Maaf kalo ada typo atau salah tulis gais, ini langsung up gak di cek hehe
Tamara memasang wajah menantangnya dan kembali melihat Rey. "Bagus! Biar lo tau diri tuh kalau sama cewek harus ditemenin jangan di diemin."
"Baik nih ceweknya gue, kalau yang lain udah gak betah kali!" ujarnya songong, terlalu percaya diri.
Rey tergelak sinis. "Berarti lo bodoh."
"Kok bodoh!" Nada suara Tamara meninggi, ia tidak terima.
"Karena lo tetap disini walaupun tau gue kayak gimana," jawab Rey datar.
Tamara tiba-tiba tersenyum kecil. "Gue satu-satunya kan yang kayak gitu?"
Rey terdiam lalu ia menatap Tamara. "Sayangnya Melyn juga searah dengan lo."
_____________________
(Hari Ketiga)
Tamara senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana Rey memperlakukannya kemarin, apakah itu sebuah kemajuan? Ya mungkin saja. Dan untuk kesekian kalinya ia memeluk jaket yang Rey pinjamkan kepadanya. Kapan lagi coba? Kan berasa peluk orangnya, nyata banget. Apalagi aroma Rey masih tercium jelas dan sangat tajam di penciumannya.
Hari ini ia berencana mengembalikannya ke rumah Rey, mumpung libur jadi ia ada kesempatan untuk kesana. Kebetulan rumah Rey dan temannya Rina bertetangga jadi apa yang tidak? Ia akan meminta izin ke mama-nya bahwa ia mau kerumah Rina. Ya memang tujuan awalnya seperti itu, Tamara kerumah Rina dulu setelahnya baru ia singgah ke Rey.
Saat ini Tamara sudah siap, ia memakai dress selutut berwarna hijau tua dengan flat shoes senada dengan warna dress nya. Jujur-jujur saja Tamara sangat gugup sekarang, jantungnya berdebar kencang. Ia memukul pelan kepalanya. "Gak boleh begitu Tamara!" sentaknya pada diri sendiri.
"Fighting!"
*****
Tamara mendongakkan kepalanya melihat pagar besi berwarna hitam pekat sangat tinggi yang menjulang keatas dengan model yang sangat unik. Untuk sesaat ia terdiam dan kedua matanya menerawang mencari pintu yang memiliki cela untuk masuk. Tapi tiba-tiba ia tersentak ketika mendengar suara laki-laki yang berat. "Cari siapa dek?" tanya lelaki yang sepertinya sudah memasuki usia 50-an itu.
Mendengar itu Tamara berdehem pelan. "A-anu.."
"Ooh cari dek Rina ya? Sini masuk, sekalian om mau jemput anak om disini," sahutnya ramah. Tamara mengangguk cepat lalu masuk mengikuti langkah orang di hadapannya.
Saat ia sudah masuk, ia melihat foto di bingkai besaryang tertempel di dinding rumah Rina lalu ketawa tertahan. "Jelek banget anjir." Ia berbisik sendiri. "Masih item, mana ada gendut lagi," lanjutnya.
Saat kalimat terakhir keluar dari mulutnya ia langsung terdorong lumayan jauh dari tempatnya yang tadi. "Siapa suruh lo kerumah gue gak bilang-bilang!" ujar Rina ketus, ia melipat kedua tangannya. "Kalau gue lagi dluar gimana?"
Sedangkan Tamara hanya terkekeh pelan. "Gak perlu dorong gue gitu juga kali, lagian siapa juga mau ke rumah lo. Kan gue mau kembaliin jaket sepupu lo!" sangkalnya dengan wajah sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA
Teen Fiction‼️DON'T COPY MY STORY❗️ (SELESAI) [Based on True Story] Tamara menyukai Rey. Ia mengira bahwa dirinya mengenal Rey begitu baik, cowok yang berkepribadian dingin yang tidak pernah mengenal cinta, yang selalu mengabaikan perjuangannya. Sampai di satu...