Budayakan vote sebelum membaca❤️ thanksss
______________________Tamara memasuki gedung sekolahnya dengan mata sembab dan memerah, pipi dan hidungnya sangat merah seperti tomat, tanpa diberitahu pun orang-orang tau kalau Tamara abis nangis sebelum pergi sekolah. Ia mengucek-ucek matanya dan semakin menambah kemerahan tersebut. Tanpa lihat sekelilingnya, ia cuek terus berjalan sampai
kelasnya. Tamara benar-benar tidak mood untuk melakukan sesuatu sekarang, apapun itu."Lo kenapa?" Tanya Andiny lalu ia mengambil cermin yang ada di tasnya, setelah itu ia memberikan ke Tamara. "Jangan hilangin ya! Cermin gue udah hilang 4x sama lo, untung aja kembali," ucap Andiny memperingati.
Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak kok." Ia menjawabnya dengan sangat pelan.
Tiba-tiba segerombolan temannya menghampirinya lalu memberinya bermacam pertanyaan.
"Kok mata lo sembab?"
"Muka lo ikut merah juga."
"Lo habis nangis kan?"
"Karena drakor?"
"Woi bukan, palingan Rey."
"Atau nggak uang dia di colong Farhan."
"Atau mungkin tinta pulpen dia ilang."
"Jangan-jangan dia dicabulin sama anak sebelah?"
Semua langsung bergidik ngeri membayangkan hal itu, tepatnya setahun yang lalu ada kasus teman kelas mereka dicabuli dengan anak kelas 11 IPA-3 namun sekarang siswi tersebut sudah pindah dan trauma alhasil dia homeschooling. Awal mulanya, siswi tersebut pulang telat dan pulang telat disekolah mereka itu adalah kutukan karena anak-anak pelanggaran dan nakal pasti menongkrong di koridor, sudah pasti mereka melakukan hal-hal aneh yang jarang terjadi, berhubung para guru-guru sudah pulang dan hanya tersisa OB disana. Dan jam-jam itu adalah saat yang sangat tepat untuk membuat kericuhan dan menganggu para murid yang terlambat pulang. Apalagi siswi yang pulang telat sangat jarang terlihat, oleh karena itulah terjadi hal-hal tidak diinginkan. Mereka selalu berbuat tanpa memikirkan resikonya, semua berlomba-lomba untuk mendapatkan pujian dari temannya tanpa sadar kalau perlakuan mereka bisa menghancurkan fisik dan batin orang tersebut.
"Seriusan Tamara! Lo gak di cabulin kan?" Tanya Rina khawatir, ia mengecek seluruh tubuh Tamara tapi tidak menemukan sesuatu yang ganjil.
Putri berjinjit agar bisa merangkul Rina, perbedaan tinggi mereka sangat jauh, Putri mungkin sejajar dengan bahu Rina. "Tenang aja, biar dia berpengalaman," ucap Putri santai. Sontak teman kelas mereka langsung menatapnya tajam dan Rina langsung melayangkan jitakan dikepalanya. "Bego lo! Otaknya bokep mulu!" Tuding Rina kesal.
"Gak ada bokep gak seru!" Putri menyangkal.
"Kek lo suci aja!" Tukasnya tajam. Rina menelan ludahnya, lalu melirik pelan ke teman-temannya, ia menutup telinganya lalu berlari keluar. "Dasar sok suci!""Sekarang." Tatapan Putri terahli ke Tamara. "Lo kenapa?" Tanyanya menuntut.
Tamara tiba-tiba tertawa keras sehingga keadaan kelas yang sedari tadi ribut karena murid laki-laki langsung jadi hening mendengar suara tawa Tamara. Putri yang melihat itu langsung bergidik ngeri.
"Habis baca wattpad kemarin malem," ucapnya seraya memelankan tawanya untuk mencairkan suasana. Teman kelasnya yang lain langsung menatapnya tajam. "Gak lucu tau! Orang udah khawatir gini!" Bentak salah satu dari mereka kesal.
Tamara menyengir lebar. "Siapa suruh khawatirin gue!" Ucapnya tajam. Teman-temannya yang mengerumuninya langsung bubar seketika dan saat itupun Tamara langsung menghela nafasnya lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA
Fiksi Remaja‼️DON'T COPY MY STORY❗️ (SELESAI) [Based on True Story] Tamara menyukai Rey. Ia mengira bahwa dirinya mengenal Rey begitu baik, cowok yang berkepribadian dingin yang tidak pernah mengenal cinta, yang selalu mengabaikan perjuangannya. Sampai di satu...