Sang Motivator

139 14 3
                                    

Berjalan bak sisa nyiur kelapa, bergoyang lembut dengan irama angin.
bertahan diantara sisa sisa puing, memberi keteduhan dengan nyiur yang berselimut lumpur.
seorang wanita berkulit coklat itu hilir mudik, datang dari sebuah kota jauh, berbagi cerita dan sedikit ilmu.
tak datang dengan materi, tak dengan pamrih.
tulus seperti kasih seorang ibu untuk anaknya, dia menjejal kebahagian kebahagian kepada setiap anak anak yang kehilangan keluarga, kehilangan akal untuk mengingat tentang kebahagian mereka.
Gemulai tangan yang melekuk di udara beriring dongeng dalam sebuah desa.
bercerita setiap malam dalam sebuah tenda yang di sambut gelak tawa kecil dari setiap sudut.
mereka lupa dalam sesaat apa yang di alami, mereka lupa akan luka luka kecil bukti dari bencana yang begitu pahit.
aku melihat dari kejauhan, rasa ingin tahu dan kekaguman menjadi satu.
sedikit senyum meluap di antara bibir bibir anak anak yang rindu akan sekolah.
setiap malam, aku mengintip dan menunggu kehadiran orang yang tak pernah ku kenal.
curi pandang sesekali dia lakukan, tenggelam di balik pintu tenda dan muncul kembali.
tak lama dia menatapku dan melempar senyuman.
aku bersembunyi dalam kepanikan dan melempar muka ke arah tak beraturan, kepala di paksa oleh hatiku untuk kembali melihatnya.
aku tertangkap dan kami saling memandang, aku membalas senyuman itu, kemudian bergeser solah olah tak ingin melihatnya lagi, aku membelakangi tenda itu.
menatap kerlap kerlip bintang, mendengar lagu lagu yang sama dari pembangkit tenaga listrik, suara berisik genset itu selalu menemani malam malam kami.
suara riang bertebar di udara malam, jam menunjukan waktunya mereka kembali ke tenda masing masing.
kembali kepada sisa sisa keluarga dan juga sebagian kembali kepada orang yang mereka kenal.
saling dorong, saling teriak, kesibukan di depan tenda pun bak pasar yang melelang barang barang murah.
lari lari kecil dan pejalanpun mulai pecah. beberapa kelompok tetap bersatu dan melanjutkan perjalanan berasama.
aku mendengar semua yang mereka lakukan, aku terlalu takut untuk menyaksikan mereka, tak ingin ku terperangkap untuk kedua kalinya.
langkah kecil mengarah ke padaku, langkah tunggal yang gemulai,langkah yang tak rela menginjak bumi dengan kerasnya. semakin jelas dan semakin dekat.
bayanganpun muncul dari belakangku, melewati kepalaku terukir gelap di bawah kaki ku.
aku gugup, ingin ku berputar dan memastikan siapa yang mendekatiku.
berharap dia mengunjungiku, tapi malu dengan keadaanku.
apakah aku harus berlari, seperti anak anak kecil yang kembali ke tempat mereka.
senyum kecil dari beberapa pemuda dihadapanku, memastikan bahwa dia berada tepat di belakangku.
menepuk pundak ku dan duduk disampingku.
"hai, bisakah saya ikut duduk disini?"
hangat, dan begitu lembut.
suara yang membawa kedamaian, suara yang membawa ketentraman.
Aku tak mengerti apa yang dia katakan, aku tak mengerti apa yang dia inginkan.
aku menyesal tak pernah serius belajar bahasa asing di sekolah.
teman ku mengartikan semua yang dia katakan, sedikit tak percaya. seperti ada rekayasa, apa yang dia katakan berubah, mimik wajah nya begitu menyeramkan, dia tak pantas jadi translator ku.
suara lembut itu menjadi kasar seperti teriakan di bibir temanku.
tapi tak ada yang bisa aku lakukan, hanya dia yang membuatku bisa berkomunikasi dengan perempuan ini.
beberapa pertanyaan di ajukan, pertanyaan tentang sebuah kepercayaan.
"aku tahu kalian, tapi tak pernah tahu arti dari gerakan kalian"
Dia mengeluarkan sebuah kamera, menghidupkannya kemudian sibuk mencari apa yang ingin dia tunjukan.
"siapa dia, ketua kampung disini?. mengapa mereka mengikutinya, saat di tunduk, mencium lantai, dan saat dia duduk".
Seorang yang memimpin sholat, dia fasih begitu fasih. dia membaca dengan tegar dan lantang. tak ada satupun keluarganya yang hidup, tapi dia begitu kuat.
"Allah tidak memandang usia, memandang jabatan, atau memandang kekuatan.
dia layak, layak menjadi imam kami saat itu.
karena dia memang imam masjid dikampung kami.
"bisakah aku tahu lebih banyak tentang islam?"
wajah yang penuh harapan, rasa ingin tahu yang begitu kuat.
aku sering melihat wajah itu, wajah beberapa anak yang melihat kedalam tong eskrim, wajah yang ingin memastikan bahwa mereka mendapat sesuatu yang mereka inginkan, sesuatu yang pantas mereka dapatkan.
"ya, katakan kepada kami. apa yang ingin anda ketahui"
jawaban yang mantap itu datang dari remaja masjid kampung kami. dia seoloah siap berbagi apa yang di pelajari selama ini.
"mengapa mereka mengikuti seseorang yang berada paling depan"
Aku menarik nafas dalam dalam, berharap apa yang aku jelaskan itu benar, setiap kata yang terucap dan secepat itu temanku merubah ke bahasa yang dia pahami.
"itu adalah Imam, dan begitulh kami menyebutnya. imam adalah orang yang terpilih karena ilmunya, bukan kekuatan, kehebatan, harta, atau keturunan, siapapun bisa menjadi imam asal mereka berilmu dan tidak memiliki hal hal yang dilarang, seperti gila dan lainnya, kami mengikuti setiap gerakan, itu adalah bentuk dari sebuah kesatuan dan kepatuhan. kami memilih dia sebagai pemimpin oleh karena itu kami siap untuk mengikuti gerakan yang dilakukannya dengan terkecuali. kami satu dalam gerakan, satu dalam perintah dan satu dalam kepercayaan".
dia melihat ke atas, berfikir akan satu hal, mencari apa yang ingin dia ketahui.
perlahan kepalanya turun dan menatap dengan serius.
suara penuh tanda tanya keluar dari mulutnya.
"apa arti persatuan menurut islam?"
temanku tersenyum, pertanda bahwa ini sesuatu yang sangat mudah untuk di jelaskan.
tapi matanya penuh keraguan, bagaimana dia menjelaskannya. dia seperti ku, dia tak bisa mengeluarkan kata kata seperti orang asing tersebut.
dia mengucap bismillah, kemudian menatap penuh harapan kepada translator kami.
"persatuan merupakan salah satu kekuatan perekat umat kami untuk memperkokoh kebersamaan. dan persatuan dalam gerakan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas dan silaturahmi di antara sesamanya.
Meskipun demikian, terkadang kami memperoleh godaan-godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan antara satu sama lainnya dan perpecahan pun terjadi.
Karena itu, gerakan persatuan ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami untuk membentuk interaksi dan komunikasi dengan tujuan yang sama yaitu Allah. persatuan ini sendiri menunjukkan jalan yang dapat dilakukan tanpa memandang status apapun, ia juga memberikan pengertian dalam ajaran sesuai dengan petunjuk al-Qur'an. dan juga persatuan menurut islam.
Bahwa persatuan itu juga bak wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi untuk memperkokoh dan menyerahkan tugas kepada masing masing, agar dapat terlekaksana dengan rasa kepercayaan yang tulus dan ikhlas".
sebelum menutup bibirnya, translator kami terkejut dengan balasan cepat darinya.
"Aku semakin tertarik dengan Islam, pantas saja semua tetap melaksanakan perintah islam meski dalam reruntuhan, jadi bagi kalian sholat itu harta yang tak ternilai dan tak dapat terganti dengan apapun".
"terima kasih".
dia pun beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah tenda. tak lupa dia melempar senyum kepadaku, ya aku yakin itu untukku, walaupun senyum itu adalah senyum untuk semua yang bersamaku.
pagi, kegiatan kami semakin teratur.
bantuan datang bagai bencana pagi yang lalu. terus dan terus mengalir. beberapa negara ikut andil dalam bantuan tersebut.
sesekali aku memperhatikan perempuan yang selalu aku perhatikan selama ini.
dalam lelah dan kegiatannya, tak lupa dia memperdalami islam.
dia begitu tertarik dengan islam, sayup sayup terdengar dia bertanya akan masjid yang berdiri lantang menghadap laut.
dia terkagum kagum dengan satu persatu cerita dari setiap orang. keajabian keajabian di balik tsunami dia ungkap satu persatu.
aku semakin penasaran dengannya, dia menarikku lebih dalam dari air air tsunami yang menarik banyak orang.
aku memaksa, memaksa translator kami ikut mencari tentangnya.
satu persatu orang yang turut bersamanya kami tanya.
akhirnya pencarian kami jatuh ke tangan seorang pria tua.
dia seorang dokter tanpa obat, dia dokter bagi anak anak yang tak dapat menerima kenyataan.
hanya kata kata senjata terampuh yang dimilikinya.
dia menarik kami duduk di tendanya.
tempat dimana hanya kami bertiga.
"Bianca, gadis kecil itu baru ku kenal, gadis itu berumur 16 tahun. sementara hanya aku yang ada dalam hidupnya, dia tak layak disini, dia tak layak berbagi kasih, dia mengalami sesuatu yang lebih dasyat dari tsunami. tapi dia memaksa untuk ikut, aku menolak dan tak ingin dia semakin larut dalam lukanya, ketika hari keberangkatan tiba, dia datang dengan alasan sempurna. "disini dia akan menemukan orang orang sepertinya, disini dia akan melupakan apa yang dialaminya, disini dia akan menemukan apa yang selalu di pertanyakannya".
"Bianca, dia telah kehilangan keluarga dan kehormatannya. dia saksi kematian orang orang yang sangat menyayanginya, dia saksi akhir dari tetes air mata terakhir yang terurai dari mata ibunya, dia saksi peluru yang memberontak masuk kedalam rahang pemberontak yang berteriak saat kehormatan anaknya di ambil paksa, dia saksi panasnya api yang membakar kenangan kenangan yang menghanguskan rumahnya, dia saksi yang sanggup berlari agar menjadi saksi dari kehidupanya".
kami terdiam, kami saling pandang. tak hanya kami yang menderita, derita ini terlalu mudah bagi kami, derita ini bukan derita akhir bagi kami.
aku bangkit, aku mendapat semua jawaban yang selalu berputar di tiap malam ku.
Aku meyakinkan diri, dia wanita terhebat yanh aku temui.
aku benar benar kagum akan dirinya, sekedar kagum, tak lebih dari itu.
dia motivasi dalam diriku untuk bangkit, dia motivasi dalam hidup untuk berjalan di dalam mimpi.
aku semakin yakin dapat menggapai semuanya.
kami pun pergi meninggalkan tenda dan pak tua.
jam 01.30, terik matahari itu hilang di hempas angin angin dari arah pantai.
terdengar bisik bisik tentang seseorang.
kami berlari di suatu titik, dimana orang orang berkumpul.
tangis sedih terdengar dari beberapa wanita yang ada disana.
kami memutar agar bisa masuk ke kerumunan orang orang yang mendengar cerita dari depan.
dia menceritakan semua, satu persatu mereka mendengar apa yang di alaminya, tak ada lagi rasa malu, tak ada lagi rahasia.
"aku, menemukan dia disini.
beberapa minggu aku bertanya tentang keadilan, tentang keberadaan, tentang kekuasaan.
aku merasa dia tidak ada, dia berpihak dengan orang orang yang menyakiti.
tapi disini, dimana kalian berada, aku dapat melihat, aku dapat mengerti, apa yang diinginkanya selama ini, adalah hal yang terbaik, dia yang maha berencana, dan dia yang maha kuasa".
"dan dengan ini, Aku yakin seyakin yakinnya, tanpa paksaan, tapi dengan keajabian yang aku lihat, keajabian yang aku rasakan.
tuntun aku untuk memeluk islam".
tangis warga pun pecah, gadis kecil itu memberi semangat bagi mereka.
"ashadualla ilahailallah wa ashadu anna muhammadarrasulullah"
ikhlas dan dengan penuh kesadaraan dia mengucap itu dengan lantang.
hadiah kecil dari beberapa wanita, diberikan kepadanya.
dia membukanya dan wajahnya terlihat bersinar, aku yakin dia gembira. dia mengambil hadiah itu dan memakainya.
terlihat asing bagiku, tapi dia begitu cantik, dia begitu suci, dia seperti terlahir kembali dengan kerudung itu.
malam..., dia duduk diantara baris baris wanita di belakangku.
dia mengikuti gerakan gerakan yang kami lakukan.
sayup sayup terdengar,
seorang wanita bercerita dengan wanita lainnya.
"dia bertanya, kenapa kita semua harus menggunakan penutup kepala, apakah ini akan sebagai pertanda bahwa kita wanita muslim dan apakah ini akan menjadikan kita wanita muslim yang baik".
di baris wanita ada beberapa orang beruntung, ada beberapa orang yang tak sepertiku, beberapa orang yang mengerti bahasa yang dia gunakan.
"kerudung, jilbab, atau penutup kepala adalah hal yang di wajibkan dalam islam, ada beberapa bagian tubub yang harus ditutup dalam islam.
dan kerudung adalah salah satunya, ini di wajibkan bukan sebagai tanda untuk membedakan wanita dan pria, tetapi lebih dari untuk menjaga wanita dari hawa nafsu para pria.
baik dan tidaknya seorang wanita, tak ada hubungan dengan kerudung. karena kerudung adalah kewajiban wanita muslim, bukan suatu alat yang dapat merubah sifat sifat individu seorang wanita, karena jika kerudung itu dapat merubah swanita menjadi lebih baik, maka beberapa negara akan mengenakan kerudung kepada wanita wanita yang tidak baik agar menjadi baik. dan kerudung membawa rasa aman bagi wanita muslim yang tahu akan artinya, wanita muslim yang tahu akan kewajiban, wanita muslim yang patuh dengan laranganya".
dan aku berharap ini akan menjadi pelindungmu dimanapun kamu berada.
jawaban itu membuat dia terdiam, tak lama suara imam terdengar.
"Besok ada beberapa saudara kita akan pulang ke tempat mereka, tugas dan waktu mereka sudah sampai pada batas yang di tentukan, saya berharap kita semua dapat mengatar mereka dengan terima kasih".
kamipun bubar, aku menghabiskan malam ditepian pantai, berharap pagi tak kunjung datang. aku takut akan kehilangan bianca, tapi aku juga takut menemuinya.
subuh mengatar malam dengan cepat, aku pun tak bisa menolak apa yang alam inginkan. aku kembali ke tenda dan tertidur.
Pagi begitu terik, keringat ku membasahi bajuku, cahaya cahaya kecil masuk kedalam tendaku.
aku terdiam memandang langit langit tenda, aku takut untuk mengantar perpisahaan, takut untuk meneteskan air mata.
seseorang tiba tiba masuk ke tenda,
"kok kamu tidak ikut mengantar kepulangan mereka, telat tidur ya"
aku semakin terdiam, aku melompat dari tempat tidur, aku mencari waktu yang tepat, dinding tenda ku sisir untuk menemukannya, jam terletak tak jauh dari pintu tenda, aku melihat jarum itu tepat diangka 11.
aku bimbang, tapi tak bisa berbuat apa apa, aku melewatkan kesempatan terakhir bertemu Bianca.
"kenapa kamu mad, neh ada surat untuk mu, dari Bianca"
dan temanku keluar dari tenda.
Aku, terdiam melihat surat itu.
aku tak ingin perpisahan ini sebatas dari kertas.
Aku ingin dia berkata sesuatu yang bisa membuatku berharap dan membuatku menunggu.
aku membuka kertas itu, aku takut untuk membacanya, tapi aku harus melakukan itu.

Bianca

"Rahmat, seseorang yang selalu memperhatikanku.
rahmat, sampaikan pada Bencana pagi, Terima kasih telah menjadi motivator dalam hidupku.
Dan untukmu,
terima kasih atas kisah dimana kalian tinggal,
terima kasih atas keajabian yang tuhan kalian ciptakan,
terima kasih atas jawaban jawaban dari bencana yang kalian rasakan.
dan terima kasih yang besar akan hadiah islam yang kalian berikan.
Rahmat, berharap akan ada cerita kita setelah semua ini, tapi aku yakinkan atas nama islam, sekarang kita bertemu hanya untuk berpisah dan bukan untuk bersama.
Biarkan Allah yang menuntun kita, disaat yang tepat, dia akan membawa kita bertemu,
dalam kewajiban kamu sebagai pemimpinku.
kejar mimpimu, sebelum tuhan menunjukan takdirnya tentang kita atau tentang seseorang yang telah dia janjikan untuk kita.

Assalamualaikum.


ice cream di tanoh AcehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang