Aku dan Kazune sengaja berangkat pagi. Ah, lebih tepatnya aku yang terpaksa berangkat pagi. Karena alasan ketika ospek hari pertama aku hampir telat, Kazune sengaja membangunkanku sebelum ayam berkokok dan mengajakku berangkat bersama.
Tapi, satu hal yang membuat aku benar-benar sangat tidak suka dengan cara Kazune.
"Kenapa aku harus berangkat sekarang? Ini baru jam setengah 6 pagi," aku merengek, mencoba protes ke Kazune.
"Tidak usah banyak bicara. Sudah enak aku mengajakmu berangkat bersama. Lebih baik datang lebih awal daripada datang paling terakhir," dengan santai Kazune berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan didepannya.
Pipiku sengaja ku gembungkan, "Masalahnya, ospek baru akan dimulai pukul 07.30. Dengan begini aku harus menungguk dua jam disana," aku menatap Kazune angkuh, "lagipula, apa aku harus duduk termenung sendirian di lapangan menunggu teman-teman yang lain datang?"
Dengan bosan Kazune memutar matanya, "Jika kau tidak ingin sendiri, datanglah ke ruanganku."
Tanganku reflek memukul kepala Kazune, "Jangan gila!" aku berteriak, "orang-orang akan bingung kenapa aku bisa kenal dengan ketua BEM."
Dia bungkam. Seperti tidak berniat menyauti ucapanku. Dengan sebal ku silangkan tangan didepan dada. Ah, sedikit penjelasan, aku dan Kazune sepakat untuk menyembunyikan dari orang-orang di fakultas bahwa kami saling kenal. Selain karena Kazune yang notabennya menjadi ketua BEM, ada alasan kuat lain yang membuat kami menyembunyikan semua ini.
Jadi, jika sampai ada orang yang tau aku dan Kazune saling kenal, tentu itu akan membuat perjanjian yang kami buat rusak. Menurutku itu juga akan berdampak buruk untuk Kazune.
Awalnya memang aku menentang perjanjian ini, dengan alasan, kenapa aku harus tidak mengenal Kazune di kampus, sedangkan kami tinggal satu atap? Namun, setelah ku pikir-pikir, hal ini tidak masalah.
Kembali ke dalam suasana awal. Ku perhatikan jalan, sebentar lagi kami akan sampai di kampus. Berakhir sudah kebersamaanku pagi ini dengan Kazune. Padahal baru dua hari aku masuk masa ospek, tapi rasanya sudah lama sekali. Aku jadi merasa kurang mendapat perhatian dari Kazune. Lebih tepatnya, aku merasa kurang bebas mengekspresikan perasaanku pada Kazune. Sudahlah, bukan saatnya untuk memikirkan itu. Lagipula masih pagi, tidak baik berpikir buruk.
"Karin," suara Kazune membangunkan diriku dari dunia khayalku. Ku alihkan pandanganku kearahnya.
"Ada apa?" mungkin wajahku masih terlihat sebal. Karena bisa ku perhatikan mata Kazune menatapku lekat.
"Kau tidak akan kesepian. Aku akan selalu memperhatikanmu."
Blush
Pipiku panas. Sial Kazune. Pagi-pagi dia sudah berusaha menggombal hanya karena aku marah kepadanya.
Seperti tidak mempedulikan perubahan sikapku, Kazune meneruskan jurus gombal ampuhnya, "Setelah ospek selesai, akan ku tunggu di parkiran. Tenang saja. Akan ku pastikan tidak akan ada yang melihatmu."
Tanpa ingin menunggu tanggapanku, dia terus berbicara, "Karena sudah lama kita tidak makan malam di luar. Akan ku ajak kemanapun kau mau."
Tau-tau ketika aku menatap Kazune, wajahnya sudah berada didepan wajahku. Heh, orang ini benar-benar. Ada apa dengan dia?
Ku pukul keras wajah Kazune. Memang sebenarnya tidak sengaja, namun aku menjadi merasa bersalah ketika melihat bekas merah tanganku di wajahnya.
"Eh, maaf. Aku tidak sengaja," prihatin dengan keadaannya, tanpa sadar tanganku megelus wajah Kazune.
Kazune menutup mata, "Jangan pedulikan aku, cepat turun sebelum orang lain datang dan memergokimu keluar dari mobilku," nada bicaranya menjadi dingin. Ah, jadi sekarang dia sedang marah -_-.