Secret : Mencari
Kazune POV
Hari ini adalah hari terakhir ospek. Akhirnya setelah dua hari mengurung diri di dalam ruangan, aku bisa juga keluar untuk melihat keberlangsungan ospek. Memang sebenarnya dua hari kemarin aku selalu keliling hanya untuk memastikan, tapi aku tidak pernah bertemu langsung dengan para peserta ospek—kecuali saat upacara pembukaan.
Keadaan di dalam ruangan sedang ramai—bisa dibilang para peserta sedang panik karena mereka diancam tidak akan diluluskan. Ini memang sudah rencana, tapi kami melakukannya agar mereka tidak cengeng lagi seperti saat di SMA. Mereka harus bisa berpikir sebagai seorang mahasiswa. Perlu kalian ketahui, seorang pelajar dan mahasiswa itu beda, sangat berbeda sekali. Aku sendiri sudah merasakannya, jadi aku bisa berbicara seperti ini.
Sebentar lagi giliranku untuk masuk ke dalam ruangan, jadi aku menunggu di depan pintu sambil bersandar. Cukup membosankan juga jika menunggu seperti ini.
Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. Aku pun menegakkan tubuhku saat melihat ada dua orang peserta keluar dari sana.
Aku sedikit terkejut saat melihat dua orang gadis—salah satu dari mereka membopong teman mereka yang kelihatan lemah. Aku bisa mengenali orang yang sedang lemah itu, dia pasti Karin. Aku pun bertanya, "Eh, kenapa dek?"
"Ini kak, dia sakit, mau saya antarkan ke klinik," jelas gadis yang membopong Karin.
Ah, tidak heran juga, tubuh Karin memang mudah lelah, apalagi dua hari ini dia terus disiksa oleh Rika.
"Oh, baiklah, ruang kesehatan ada di pojok gedung, ikuti jalan ini dan belok kiri, nanti pasti ada kakak-kakak yang menjaga di ruangan sana. Hati-hati," aku sebenarnya khawatir dan ingin mengantarkan Karin. Tapi karena sebentar lagi aku dibutuhkan untuk penutupan ospek, jadi aku biarkan temannya saja yang mengantarkan.
Bicara tentang Rika, hari ini aku sengaja memberi dia pekerjaan berat agar dia tidak bisa berulah. Aku ingin sekali memarahinya tapi aku tidak boleh melakukan hal itu. Rika bukanlah orang yang dengan mudah menerima komentar orang tanpa tahu alasannya. Dia akan mencari tahu kenapa aku bisa memarahinya berkali-kali.
"Kazune-kun," tiba-tiba suara Himeka membangunkanku dari lamunan.
"Ah, Himeka, ada apa?" tanyaku setelah melihat dia berdiri disampingku.
"Ini sudah waktunya kau masuk, keadaan di dalam sudah terlalu panas," jelas Himeka.
Sebelum masuk, ku tarik napasku dalam-dalam. Aku harus bisa mengendalikan keadaan agar semua usaha panitia tidak sia-sia. Waktunya berakting menjadi orang yang menyeramkan lagi.
...
Ospek sudah ditutup setelah tadi aku masuk ke dalam ruangan. Aku bisa mengatakan acara ospek ini sukses karena aku dan panitia yang lainnya berhasil membuat para peserta ospek menangis—meskipun tidak semuanya.
Koridor sedang ramai dilewati para peserta ospek yang bergerak pulang. Mereka menyanyikan lagu angkatan mereka bersama-sama. Para panitia pun ikut bertepuk tangan mengikuti irama.
Beberapa peserta yang melewatiku menyempatkan diri untuk menyapa, hanya saja aku membalas sapaan mereka dengan anggukan kepala saja tanpa tersenyum ataupun menatap mereka. Aku tidak berniat melakukan itu, hanya saja aku sedang panik sekarang.
Aku sedang mencari Karin. Aku tahu dia berada di ruang klinik saat aku masuk ruangan tadi, hanya saja aku tidak melihatnya kembali untuk ikut pulang bersama peserta yang lainnya. Karena itu aku jadi panik sendiri. Aku takut Rika akan melakukan sesuatu kepadanya.