Mohon tinggalkan jejak sesudah membaca.
Setelah kepergian Baekhyun, banyak yang berubah di hidup jihoon.
Setiap kali ia menyusuri sudut rumah, ia teringat kembali akan keberadaan mamahnya.
Seperti saat ini.
Jihoon membuka kulkas dan mengambil segelas air.
Jihoon menatap kosong ke arah dapur yang tertata rapi, biasanya ada sang mamah yang sedang memasak untuknya.
Namun sekarang, ini hanyalah dapur kosong yang penuh dengan kenangan.
Berada di rumah terlalu lama membuat dada jihoon terasa sesak, karena penyesalan yang terus datang bertubi tubi.
"Hah..."
Jihoon melangkahkan kakinya ke arah ruang tengah, dan mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja.
Lagi.
Jihoon memandang keadaan rumah yang gelap, dan sepi. Perhatian jihoon teralihkan pada bingkai foto di sudut ruangan. Itu adalah foto dirinya bersama Baekhyun.
Dengan ragu jihoon mengambil bingkai foto tersebut.
Terpampang wajah sang mamah yang sedang tersenyum sambil mencubit kedua pipi jihoon dengan gemas.
Rasa penyesalan kembali menggerogoti hatinya.
"Kenapa gue ga nemenin mamah di saat dia butuh gue"
"Kenapa gue ga perhatiin mamah"
"Kenapa gue cuma fokus sama skripsi, kerja, skripsi, kerja. Kenapa gue ga bisa fokus ke mamah. Kenapa"
Semua kalimat itu terulang ulang di dalam pikiran jihoon.
"Hei, kenapa bengong?" tanpa sadar sudah ada guanlin di sampingnya.
"Eh? Kapan dateng?"
Jihoon langsung nyembunyiin bingkai foto itu di belakang punggungnya.
"Baru aja. mikirin apa sih sampe ga denger aku panggilin"
"Ah.. Nggak, nggak mikir apa apa ko"
Jihoon langsung meletakkan kembali bingkai foto itu dengan hati hati, berharap guanlin gak melihatnya.Bohong.
Guanlin tau jihoon bohong. Tapi guanlin ga mau memperbesar, dia ga mau jihoon ngerasa bersalah.
"Yaudah, yuk ke kampus, nanti kita mampir dulu di jalan beli sarapan"
Dan cuma di jawab anggukan sama oleh jihoon.
----
"Guan"
"Hm?"
"Aku mau jual rumah"
Seketika perhatian guanlin langsung terfokus ke jihoon.
"What? Kenapa di jual?"
"Gapapa, rumah itu terlalu besar buat aku sendiri"
"Tapi itu kan-" Omongan guanlin langsung terpotong.
"Gapapa, cuma rumah aja kok. nanti uangnya bakal aku pake buat beli apartemen" jihoon senyum ke arah guanlin
Guanlin tau jihoon sebenernya ga ikhlas buat jual rumah itu. karena rumah itu pasti berarti banget buat jihoon, di rumah itu jihoon di lahirin, tumbuh besar, dan di rumah itu juga kedua orang tuanya mencurahkan semua kasih sayang mereka buat jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME. • PANWINK ✔ [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[EPILOG] √ andai waktu bisa di ulang. Jihoon pasti ga bakal ngelakuin hal yang sama.