Boleh ga aku marah sama kamu? Aku kesel tau sama kamu. Aku ingin marah tapi tak mampu. Aku sayang kamu.
▫▫▫
Whatsapp sudah menjadi alat media utama ku untuk bisa berkomunikasi dengan Arsen.
Tiap bangun tidur, hal yang pertama aku cek pasti handphone ku. Aku tau ini adalah kebiasaan yang buruk. Tapi, aku berharap ada rentetan chat dari dia.
"Huh terakhir dilihat pukul 00.36, ngapain aja sih", keluhku sambil menghembuskan nafas lelah, dan melempar ponselku ke sembarang arah.
Seperti biasa aku selalu mengirimi dia chat untuk membangunkannya dan mengingatkan nya untuk sholat shubuh.
Dia jauh, jauh dari keluarga, jauh dari teman-temannya dan jauh dariku. Terkadang ingin rasanya aku berlari dan menghampirinya, memeluknya erat dan berkata aku rindu.
Itu hanya ada di anganku saja.
Ingin juga rasanya. Tiba tiba dia ada di depan gang rumahku duduk dengan sabar di atas motornya, dan tersenyum saat melihat wajahku.
Aku tau, aku telalu banyak menghayal. Terlalu banyak keinginan. Dan aku tahu terkadang apa yang aku rasakan saat ini entah dia merasakannya juga atau tidak.
▫▫▫
"Pagi Ritaaaakuuu," teriakku sambil memainkan kunci di tanganku.
Rita hanya melihat wajahku sejenak, lalu memalingkan wajahnya kembali "berisik", hanya itu jawabannya.
"Huuu masih pagi udah bt aja buu", ejek ku sambil nyengir nyengir ga jelas.
Aku masuk ke dalam ruanganku. Lalu, mengecek kembali handphone ku. "Huft", aku meghembuskan nafas lelah sambil membuka jaket yang aku kenakan.
"Kesel, kesel banget. Kemana sih? Kok ga ada kabar. Padahal terakhir di lihat setelah aku chat dia. Tapi kaga di bales", aku uring uringan sambil meremas remas handphone ku.
Sepanjang hari aku hanya diam, tidak seperti biasanya yang banyak omong. Aku juga mematikan data seluler di handphoneku. Maksud ku sih supaya pas dia chat ceklis 1 terus dia cemas. Eh ternyata pas aku nyalain lagi data selulernya masih nihil, tak ada satupun pesan dari dia.
Rita menghampiri ku dan daaar. Aku hanya menatapnya datar.
"Kenapa sih? Ada masalah ya Thal?", tanya nya lalu duduk di sampingku.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis.
"Yaelah, loe ga bisa bohong Thal. Loe ada masalah kan pasti. Cerita aja sama gue, siapa tau gue bisa bantu". Aku tau Rita memang sudah mengerti aku, aku tak bisa menutupi rasa sedih atau senangku di depan dia.
Tapi aku tetap diam tak berkata apa-apa. Aku hanya ingin sendiri, tak ingin di ganggu oleh siapa pun
▫▫▫
Malamnya.
Arsen baru mengabari ku saat aku sudah tiba di rumah. Dia bilang maaf dan menjelaskan semuanya.
Iya, aku mencoba mengerti. Tapi tetap saja ada rasa sedih, kesel, marah tapi sangat sulit untuk di ekspresikan, sangat sulit untuk di keluarkan.
Jadi, memang aku yang salah karena tidak bisa mengerti dia? Atau dia yang salah karena kurang memperhatikanku? Entahlah, aku selalu berfikir memang aku yang salah. Toh, apa pun yang aku lakukan memang selalu salah bukan?
▫▫▫
Assalamualaikum 😊
Oh iya lupa bilang, jadi cerita ini tuh hanya dari sudut pandang dr si cwe nya doang, si Thalita aja. Dan mungkin aku ga akan masukin terlalu banyak karakter di sini. So, semoga kalian sukaaaakkkk 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
RomanceKita itu kaya bulan sama matahari. Berada di tempat yang sama, namun sulit untuk berjumpa. Hanya bisa menahan rindu satu sama lain, tanpa ada dari kita yang berani mengutarakan. Memiliki status namun seperti masih ada yang kurang. Ingin saling mengg...