16 - Kenapa Lagi?

34 0 0
                                    

Keesokan harinya..

Aku bertemu Rehan di parkiran Kampus.

"Apaan tuh dibelakang kamu?" tanyaku padanya.

"Rahasia dong, belum saatnya kamu tau." kemudian Rehan berlalu begitu saja.

Saat tiba dikelas, Rehan sedang bercanda dengan Aira -- Sahabat kami. Tepatnya sahabat baru kami, karena Aira ini berbeda SMA dengan kami. Aira ini sudah seperti adik kami berdua karena sifatnya yang manja dan kekanakkan.

"Eh Rus, sini." ajak Aira.

Aku bergegas menghampiri mereka.

"Tau gak Rus? Aira lagi marah, haha." tawa Rehan.

"Abisnya pas kuis kemaren Rehan pelit banget." bela Aira.

"Biar kamu mikir anak manja, kapan pinternya kalo nyontek mulu." ucap Rehan sambil mengusap kepala Aira.

"Nah, benar itu." timpalku setuju.

"Rusyana malah belain Rehan lagi." Aira semakin merajuk dan memanyunkan bibirnya.

"Jangan sok imut kamu Ra, malu sama umur. Haha." Rehan mengacak-acak rambut Aira.

"Kalian ini sudah seperti tikus dan kucing saja, berantem mulu. Lucu." komentarku.

Dan ini berlanjut sampai kegiatan belajar dimulai.

Saat istirahat.

"Eh Rus kamu duluan aja ke kantin nya, nanti aku nyusul." ucap Rehan.

"Yaudah, aku duluan deh. Ra, ikut ke kantin gak?" tanyaku pada Aira.

"Hehe, biasa, aku bawa bekal Rus." jawabnya.

"Yaudah, aku ke kantin."

Aku pun pergi ke kantin. Sesampai di kantin aku memesan minuman, dan mulai melakukan kegiatan menunggu Rehan.

"Boleh duduk disini?" tanya seseorang didepanku.

"Oh, boleh." jawabku.

"Sedang menunggu seseorang?" tanyanya.

"Iya." jawabku.

"Oh iya, perkenalkan namaku Rafa, kakak kelas beda dua tingkatan denganmu." ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Aku Rusyana." ucapku menjabat tangannya.

"Aku sudah sering mendengar cerita tentangmu dari Anisa, dia sepupuku." ucapnya.

"Benarkah? Oh jadi kak Rafa ini sepupunya Anisa ya?"

"Iya. Oh iya, sedang menunggu siapa, pacar?"

"Bukan. Teman."

"Oh iya, aku pergi dulu ada tugas yang harus diselesaikan, sampai jumpa."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Aku kembali menunggu.

Sepuluh menit.

Duapuluh menit.

Tigapuluh menit.

Rehan tak kunjung datang. Aku pun bergegas ke kelas tapi Rehan tidak ada disana. Bahkan sampai pulang Rehan tidak masuk kelas, padahal tas nya ada.

***

Keesokan harinya..

Pagi-pagi sekali kak Rafa sudah menjemputku. Ketika kutanya tau darimana alamat rumahku, katanya dari Anisa. Tentu saja aku tidak enak jika menolak, terpaksa aku ikut. Di perjalanan hening, aku memilih diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang