cibir sendu

2.8K 98 1
                                    

Dengan nafas terengah-engah Diva menahan pintu lift didepannya.
Semua mata memandanginya dengan heran.

"Maaf...maaf..permisi" ucap Diva kikuk sembari berusaha menerobos gerombolan orang-orang yang berada didalam lift. Dan sebagian besarnya adalah pria-pria berstelan jas yang memandangnya dengan senyuman.

Ya, Diva memang terlihat sangat mempesona. Bulumata lentik dan panjang merangkai bola matanya yang hitam. Rambut brunettenya digelung keatas, memperlihatkan tengkuknya yang putih dengan sedikit uraian rambut-rambut kecil menutupi leher jenjangnya. Pipi yang merona, tulang hidung yang tinggi dan bibir merah muda yang sedikit terbuka. Sekilas mirip dengan aktris Hollywood Keira Knightley. Pria mana yang bisa membantah kecantikan Diva, bahkan sahabat-sahabat perempuannya pun mengaguminya.

Sambil menarik-narik blazer, dan membenarkan letak pita bajunya Diva menarik nafas dalam. Untuk saat ini yang ada dibenaknya hanyalah ia harus tampil maksimal didepan atasannya.

'Ting....' pintu lift terbuka. Sekarang Diva sudah berada dilantai lima gedung kantornya. Tempat dimana ia menghabiskan waktunya sehari-hari sampai sore menjelang.

Dari kejauhan terdengar teriakan cempreng khas milik Melly "Vaaaaa! Buruan sini!!!"

Dengan tergesa-gesa Diva mendekati sumber suara Melly.

Diva melalui beberapa dinding kantor berpanel berwarna putih, yang dihiasi lukisan dinding besar serta beberapa tanaman artificial yang berada dipojok ruang membuat suasana kantor menjadi terlihat mewah mencirikan selera sang pemilik perusahaan.

"Ada yang bisa Diva bantu Mba Mel?"

"Div, kasih tau Bobby, Ryan, Dewi, dan yang lainnya kita stand by 10 menit dari sekarang! " Ucap Melly tegas yang memang merupakan manajer perusahaan.

"Oo..ok Mba! Siap!" Sahut Diva.

10 menit kemudian, Diva bersama teman-temannya sudah siap berbaris didepan pintu lift kantornya. Dengan hati yang berdebar menantikan kunjungan dari bos yang ia hanya tau namanya saja.

Rangga Satria Yudha, M.B.A

'Ting'...pintu lift terbuka perlahan.

Tiga pria melangkahkan kakinya keluar lift. Dua pria yang disamping kiri dan kanan berbadan besar, berkacamata hitam dengan ciri khas gaya bodyguard mendampingi sosok pria yang ditengah yang mana sudah melangkahkan kakinya terlebih dahulu.

Rambut hitamnya disisir rapi, tulang hidung yang tinggi, dan tatapan mata yang tajam. Seakan ingin mencari kesalahan dari orang-orang yang berdiri menyambutnya.

Setelan jas berwarna hitam terlihat sangat pas dibadannya yang proporsional, serta wajah yang rupawan seakan kontras dengan ekspresinya yang dingin menatap seantero ruangan.

Diva tercengang melihat sosok bosnya  yang ternyata sangat jauh dari bayangannya selama ini. Tampan saja sudah sangat bersyukur dalam batin Diva. Kenyataannya ini sungguh terlalu sempurna!!

Setelah beberapa langkah sang bos berhenti tepat dihadapan Diva..

Dengan jantung masih berdegup kencang, Diva bertatapan mata langsung dengan bosnya.

'Astaga, dadaku rasanya mau meledak!' jerit Diva dalam hati.

Sang bos tersenyum, namun senyumannya berupa cibir sendu. Tersenyum, tetapi tatapan matanya seakan mengejek...

'Oh Tuhan! apa aku tadi tidak salah liat?!' Diva bergerutu.

Setelah beberapa saat pandangan Diva masih saja tidak bisa lepas dari punggung sang bos yang melangkahkan kaki menuju ruang Direktur utama.

My Perfect BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang