perjalanan

815 50 3
                                    

Diva melangkahkan kakinya dengan cepat begitu ia keluar dari ruang direktur utama. Ia sudah tidak sabar memberitahu Melly kabar gembira bahwa ia yang terpilih, menyingkirkan kandidat berat lainnya yaitu Sarah dan Mita.

"Mbak Melll!!" pekik Diva. "Hosh..hosh...mba!! Mba mel pasti kaget dengar berita ini!" dengan nafas terengah-engah Diva berlarian kecil menghampiri Melly yang sedang berbicara dengan Rio teman sekantornya.

"Coba tarik nafas dulu Div,, ngomong dengan tenang" Melly mencoba menenangkan Diva.

"Mba mel...Diva dipilih...dipilih pak Yudha buat mendampingi ke Bandung...."dengan muka tersipu dan bola mata melirik kekiri dan kanan Diva tidak tahu lagi bagaimana harus mengekspresikan perasaannya. Antara malu dan kebingungan campur aduk menjadi satu.

"Hemmmm..sudah kuduga..." timpal Melly dengan tenang. Wajahnya memperlihatkan senyum tulus dan merasa bangga dengan Diva.

Ekspresi Melly yang seperti ini justru membuat Diva makin terheran-heran.
"Kenapa mba mel gak kaget?? Sarah dan Mita kan benar-benar kandidat yang lebih bagus dari aku..."ucap Diva rendah diri.

"Hei! Lu juga bagus kok Div!" Seru Rio tiba-tiba. "Yah...walaupun gue agak kecewa sih..ngebayangin lu pergi ama pak bos..." senyum kecut Rio mengakhiri kalimatnya.

Rio memang dari awal Diva masuk kerja sudah menunjukkan ketertarikannya terang-terangan. Walaupun ia tidak pernah memaksa Diva untuk menerimanya, ia tetap menjalin pertemanan dengan Diva dengan baik. Wajahnya yang tampan, postur tubuh yang tinggi dan merupakan anak dari pejabat dikotanya, membuat Rio dengan mudah menjadi idola perempuan-perempuan dikantornya.

Namun Diva memutuskan untuk berteman saja dengan Rio, karena ia merasa kelebihan yang dimiliki Rio membuatnya takut menghadapi kenyataan didepannya karena perbedaan yang terlalu besar diantara mereka.

"Iya bener banget kata Rio,, lu harus  percaya diri aja Div! Gue percaya ama keputusan pak Yudha,,beliau gak mungkin salah pilih. Kita sama-sama tahu kemampuan beliau kan..." Melly tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya keDiva dan ketiga orang itu akhirnya tertawa bersama.

"Kriiiiingggg...kriiiinggg..." bunyi alarm disamping kepala Diva berbunyi merajalela, seketika membuat Diva terloncat dari kasurnya. "Astagaa!!!harus cepat!harus cepat!huaaa.!!"

Setengah jam berikutnya..
"tok..tok.."bunyi ketukan terdengar dipintu rumah sewaan Diva.
"Iyaa..tunggu sebentar.."sambil tergopoh-gopoh Diva menarik koper dan tas laptopnya.

Ketika ia membuka pintu terlihat laki-laki separuh baya berbaju seragam sudah berdiri dengan tegap didepan pintunya. "Mba Diva, saya diutus pak Yudha untuk menjemput mba."

Diva tertegun sesaat, dalam hatinya "benar juga,, kemarin kata pak Yudha aku bakal dijemput supir. Dan ini baru jam 05.50 menit.bener-bener seperti kata orang pak Yudha orang yang perfeksionis!!" gerutu Diva.

Perlahan Diva membuka pintu mobil belakang dan tiba-tiba "Aaarrrggghhh!!@$%%*">!!" pekik Diva tak karuan. Betapa terkejutnya Diva melihat sesosok lelaki sudah ada duduk dikursi belakang mobil tersebut.

Lelaki itu tenyata adalah sang direktur., ia terlihat mengenakan jas hitam, dasi hitam, dan kemeja abu-abu tua. Kilatan matanya yang tajam tentu saja membuat Diva kaget bukan kepalang.

"Lihat hantu??!" Ucap sang direktur enteng,kemudian memalingkan kembali wajahnya dengan acuh.
"Bu..bukan...seperti itu pak...saya..kaget aja melihat bayangan hitam-hitam dalam mobil...ternyata pak Yudha" seru Diva salah tingkah.

"Hemmhh" sang direktur hanya menghela nafas menanggapi ucapan Diva.

Sedangkan Diva bingung tak karuan, kenapa sang direktur sampai ikut menjemput kekostnya. "Benar-benar memalukan tingkahku barusan!!"jerit Diva dalam hati, tangannya meremas-remas rok kerjanya. Diva benar-benar canggung dan salah tingkah. Duduk sedekat ini dengan sang direktur yang dingin serta aroma mint yang tercium dari parfum sang direktur membuat Diva hanya bisa menggigit-gigit kecil bibirnya yang mungil.

Sang direktur kemudian membuka sedikit kaca mobilnya, membuat rambutnya berkilatan terkena cahaya lampu jalanan dan wajahnya yang tenang dan tampan benar-benar membuat jantung Diva berdegup dengan kencang.

Selama perjalanan, mereka hanya terdiam membisu. Melintasi jalanan tol yang sepi, pohon-pohon besar yang berkelebatan dengan cepat, membuat Diva merenung dan hanya bisa berharap semoga perjalanan ini memberikan nasib yang lebih baik bagi dirinya...

My Perfect BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang