kejutan

3K 97 11
                                    

'Tik..tik...tik...' bunyi detik jam seakan menguasai ruangan kantor pagi itu. Tak ada bunyi bergerutu atau sekedar canda antar karyawan. Semuanya seakan dibekukan setelah kedatangan sang bos.

Sambil mendorong kursi kerjanya mundur, Diva melirik kekiri dan kekanan, sambil berusaha jangan sampai mengeluarkan suara. Namun bilik- bilik kerja temannya pun tampak tenang. Hanya ada bunyi yang dihasilkan dari jari-jari yang mengetik keyboard komputer, dan sesekali telepon kantor yang berdering.

Tanpa Diva sadari Melly sudah berada dibelakangnya.
'Div!' Seru Melly sembari menepuk bahu Diva.

"Astagah!" Pekik Diva lumayan keras. "Mba mel, bikin kaget aja!!"

"Hahaa,, hayoo! lu lagi mikir apaan coba. Sampe segitu kagetnya.ckckck" ejek Melly sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue tau nih, pasti mikirin pak Yudha  yang cakepnya kebangetan itu kan. Hahahha" masih ledek Melly.

"Ah Mba Mel bisa aja" timpal Diva dengan wajah malu-malu.

"Div, lu habis makan siang temuin bos kita yah. Ada yang mau dibicarakan" ucap Melly sambil mengerlingkan sebelah matanya.

"Aa..aaapaa Mba Mel?! Diva gak salah dengerkan nih? Jangan2 Mba Mel godain Diva lagi!" dengan muka tidak percaya Diva tanpa sadar menarik tangan Melly seakan butuh kepastian.

"Ah elah Div, emang otak lu mikir apaan? GR amat ne anak. Hahaha" goda Melly.
"Gak elu aja kok Div, Sarah sama Mita juga dipanggil."

Seketika pikiran Diva teringat sosok Sarah. Cewek cantik, berkaki jenjang dengan rambut sebahu. Lulusan luar negeri, dan merupakan anak tunggal dari bos properti yang sudah terkenal di kotanya. Entah kenapa Diva selalu berasa ciut jika bersanding dengan Sarah.

Sedangkan Mita merupakan sahabat Diva dari masuk kerja pertama kali. Lulusan Universitas yang sama, hanya berbeda angkatan. Sosok sederhana, berkacamata namun wajahnya manis dan berlesung pipi.

"Bos kita ada pertemuan dengan klien di Bandung. Gue gak bisa dampingin beliau. U know lah, gue musti ngurusin Adit bolak balik rumah sakit." Jelas Melly.

"Jadi, gue rekomendasi lu bertiga. Ntar pak bos sendiri yang nentuin" sambung Melly.

Dengan wajah bingung Diva menempelkan kedua tangan dipipinya yang merona "Oh Tuhan, mimpi apa Diva semalam"

Melly hanya tersenyum melihat tingkah Diva dan berlalu meninggalkan Diva yang nampak masih tidak percaya dengan apa yang ia katakan.

"Tenang Div, lu harus tenang, kalau emang rejeki gak kemana" batin Diva. Walaupun berusaha menenangkan hatinya, matanya seolah-olah tertarik magnet tak terlihat kearah pintu Direktur Utama. Membayangkan berhadapan dan berbicara langsung dengan sang Direktur yang tampan sekaligus misterius...

"Arrrghh!!" pekik Diva tanpa sadar sambil menghentak-hentakkan kecil kakinya dilantai, diiringi tatapan keheranan seluruh temannya diruangan kantor pagi itu.

My Perfect BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang