kandang macan

944 61 5
                                    

Keheningan diperjalanan itu tiba-tiba terpecahkan oleh nada dering hp Diva yang melantunkan lagu BTS favoritnya.

Mendengar itu sang direktur mengernyitkan keningnya dan mencibir "labil"gumamnya pelan.

Saat bersamaan Diva terlihat kikuk mencari hp-nya, menggeledah tas selempangnya sejadi-jadinya. Karena malu dengan nada deringnya yang sangat nyaring itu.

"Naaahh!!"dapat!"dengan muka riang Diva meraih handphone-nya seakan-akan mendapat harta karun yang sangat berharga. Tapi malang, tangannya licin karena berkeringat diakibatkan rasa gugup sepanjang perjalanan.

Hp-nya pun meluncur dengan bebas dari tangannya, seakan-akan ingin melarikan diri dari tangan Diva. Dan dengan refleksnya tubuh Diva mengikuti arah sihandphone nakal itu terjun bebas.

"Tuk..." sihandphone terjatuh tepat dibawah kaki sang direktur. Tanpa Diva sadari, untuk menjangkau handphone nakal itu kepalanya sudah menempel dipaha sang direktur. Dan sepersekian detik Diva merasakan paha itu terasa sangat kokoh...

Saat itu waktu serasa berhenti, seakan-akan badan Diva membatu dan langsung retak berkeping-keping.

Secepat mungkin Diva langsung mengangkat kepalanya dan berbalik badan. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Ia tidak berani menatap wajah sang direktur dan dengan terbata-bata"Ma...maaf...pak..sa...saya...tidak sengaja..."ucap Diva pelan sembari menundukkan kepalanya.

"Sudah tidak sabar rupanya...," ucap sang direktur sinis. Kini tubuhnya bergeser  kearah Diva, satu tangannya kebelakang pundak Diva. Ia pun berbisik pelan ditelinga Diva "aku test kemampuanmu nanti...".
Setelah mengucapkan itu sang direktur kembali keposisinya, dan kembali berseringai.

Tubuh Diva merinding, rona wajahnya sudah merah tidak karuan. Nafasnya berburu dengan cepat.
Namun dering hp-nya kembali memecah kesunyian, akibat sudah diacuhkan pada panggilan pertama.

Dengan sigap Diva langsung mengangkat teleponnya yang tertera nama Melly dilayar hp-nya.

"Ahh..akhirnya diangkat juga!"seru Melly diujung sana.

"Iii..iya maaf mba Mel..kenapa mba?" ucap Diva lirih dengan nafas masih tersengal.

"Kok pelan banget div suaranya? Ada pak bos ya disamping lu?"

"Heuuh mba..." Diva melirik kearah sang direktur yang kini tampak melihat kearah luar jendela.

"Hahahha..sudah gue duga. Gue mau ingetin aja, file yang lu perluin udah gue kirim ke email lu..dan inget ya Div..lu harus bener-bener pelajari bahannya. Pak Yudha paling gak suka kesalahan sekecil apapun...dan tentunya jangan lupa oleh-oleh khas Bandungnya yoww.hahahaa" ucap Melly dengan riang, tanpa tahu situasi yang sedang terjadi sekarang.

"Ok mba, nanti Diva cek benar-benar. Makasih banget mba Mel"ucap Diva masih setengah berbisik.

"Et..et..satu lagi...jangan ampe lu kesemsem ama pesona boss kita itu yaa...pak Yudha itu terkenal Lady Killer loh..hihihi" goda Melly.

"Aa...apa mba?!"pekik Diva kali ini nyaring tanpa sadar.

"Hahahaa..sudah dulu ya Div. Met bersenang-senang!!tut...tuuut..tuttt.."

Diva masih merasa tidak percaya dengan yang ia dengar. Bisa-bisanya Melly menyuruhnya bersenang-senang dengan situasi seperti berada dikandang macan seperti ini. Kali ini Diva hanya bisa menghembuskan nafasnya  dengan panjang.

Sang direktur meliriknya melalui ujung mata dan bergumam "dasar kucing lugu..."

Setelah beberapa jam mereka akhirnya sampai disalah satu hotel berbintang 5 dikota Bandung. Dengan tergopoh-gopoh Diva mengiringi sang direktur menuju meja resepsionis.

Semua mata menatap kearah mereka, terutama wanita-wanita dilobi hotel itu seakan-akan terkesima melihat sang direktur yang berjalan dengan elegannya. Wajahnya yang tampan, tubuhnya yang tegap, dibalut setelan jas berwarna gelap membuatnya seperti model catwalk saja. Keadaan ini sangat kontras dengan kondisi Diva yang rambutnya sudah acak-acakan akibat diperjalanan, ditambah harus membawa beberapa tas bawaannya.

"Sudah seperti pangeran dan babu.."jerit Diva dalam hati.

Tanpa banyak kata sang bos menyerahkan sebuah kartu kamar untuk Diva.

"Ini kartu kamarmu, jika ada apa-apa kamar kita bersebelahan.Temui aku untuk bertemu klien jam 14.00 direstoran hotel." Ucap sang direktur dengan nada dingin. Dan berlalu meninggalkan Diva yang masih kikuk dan harus menerima pandangan sinis dari wanita-wanita dilobi hotel  itu.

My Perfect BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang