terpilih

944 61 9
                                    

"Masuk.." suara yang agak serak dan dalam terdengar dari dalam begitu Diva mengetuk pintu ruang Direktur Utama.

Dengan menghela nafas, Diva mendorong pintu itu perlahan dan mendapati sosok sang direktur yang sedang berdiri membelakangi meja direktur utama. Kaki sang direktur yang jenjang terlihat bersilang. Sekarang dia hanya memakai kemeja putih yang nampak sangat pas melekat ditubuhnya yang atletis. Sedangkan jasnya terlihat tergeletak dibahu kursi sang direktur. Hal ini justru membuat Diva sedikit terganggu "kenapa gak kayak tadi aja, pake setelan jas. Kalau seperti ini kan....aku...gak bisa fokus bertatapan dengan direktur" gumam Diva dalam hati dan pipinya pun seketika itu  memerah.

Satu tangan direktur memegang kertas dan tangan satunya lagi sedang mengusap dagunya. Cahaya matahari pagi menjadi background dijendela besar ruangan itu. Membuat sosok sang direktur terlihat menyilaukan...

"Oh Tuhan..pemandangan apakah ini. Membuat jantungku berdegup tak karuan" gerutu Diva dalam hati.

"Duduk" ucap sang direktur dingin sembari menunjuk kearah sofa dipojok ruangan. Diva segera bergegas dan duduk dengan perlahan.  Jantungnya masih saja berdegup kencang, kebiasaannya muncul, jika sedang gugup dia refleks menggigit-gigit kecil ujung bibirnya.

Perlahan sang direktur melangkahkan kakinya menuju sofa seberang Diva."Jadi namamu Diva, baru magang 2 bulan, lulusan universitas A, dan kamu lulus dengan nilai memuaskan..."seketika ucapan sang direktur terhenti. Ujung alis matanya naik sebelah dan dengan tatapan dingin menusuk dia melanjutkan " kita lihat nanti, apakah kamu memang benar-benar memuaskan..." cibir sendu diujung bibir direktur kembali muncul.

Diva tersentak, jantungnya berdegup semakin kencang. Otaknya berpikir liar tidak karuan."Ya Tuhan, ada apa ini. Kenapa ucapan direktur seperti itu!memang apa yang dia pikirkan!huh..semoga saja tidak seperti yang ku pikirkan!" matanya terpejam dan kepalanya menggeleng-geleng kecil.

Tiba-tiba tercium aroma harum maskulin namun lembut..,  menyeruak indra penciumannya. Ketika membuka matanya, betapa terkejutnya Diva...

Wajah sang direktur hanya berjarak 10 cm dari wajahnya. Kedua tangan direktur disamping kanan kiri tubuh Diva, sehingga membuat Diva tak bisa bergerak untuk merubah posisi.

Tatapan tajam kembali menghujam Diva yang tak berdaya. "Kamu kupilih mendampingiku keBandung. Jangan sampai mengecewakanku."

Sang direktur kemudian membalikkan badannya. Kini pundaknya yang lebar nampak membelakangi Diva, tiba-tiba ia pun menoleh kebelakang " Besok jam 6 kamu akan dijemput supir, persiapkan dirimu. Sekarang kamu boleh pergi" dan sang direktur kembali kekursinya. Tanpa sedikitpun menoleh kearah Diva.

Diva pun langsung berdiri dan membungkuk kearah direktur "te..terima kasih banyak pak!! Saya permisi.."

Sang direktur tetap tidak bergeming, membuat Diva semakin salah tingkah. Ia pun membalikkan badannya dan bergegas meninggalkan ruangan yang seakan-akan membuatnya kehabisan nafas.

Sekarang dibenaknya penuh dengan bayangan menemani sang direktur.. "Arrrrgghh...pipiku panas" Diva memegang kedua pipinya yang  sedang memerah diluar kendalinya.

My Perfect BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang