Just Tell Me!

258 34 0
                                    

Buat part yang ini , hm..lets see, mungkin cocok sambil denger lagu :

Untitled - GDragon









Pagi harinya, Wendy terbangun masih dengan pakaian yang sama. Mau tak mau ia harus bangun karena hari ini akan ada pertemuan kelas pagi yang sempat ia tinggalkan.

Yeoja itu beringsut turun untuk pergi mandi. Selesai mandi, terlihat Wendy dengan tampilannya. Hoodie putih bertulis Rockin Eve dan jeans biru tua. Ia memilih mengikat rambutnya rendah asal terikat. Meraih tas kampus dan mengisinya dengan yang ia butuhkan.

Wendy berangkat menuju kampus.

Ketika ia membuka pintu, bayangan Chanyeol yang berdiri menunggu sambil tersenyum di depan pintu hal yang biasa namja itu lakukan setiap hari ketika ia akan berangkat ke kampus. Tentu saja, itu hanya khayalannya saja. Tidak ada Chanyeol disana.

Wendy menelan ludahnya kasar mencegah agar air matanya tak keluar lagi. Ia menutup pintu apartemennya dan pergi.

Selama di perjalanan menuju kampus di dalam bus, Wendy benar-benar diam. Ia tak bergerak, bahkan mungkin tak terlihat bernafas. Pandangannya terus menatap keluar kaca, memandangi sepanjang jalanan kota. Fikirannya kosong, atau penuh, ya, dipenuhi oleh Chanyeol.

Satu pertanyaannya, akankah ia bertemu dengan Chanyeol di kampus?

***

Seorang namja terduduk di pojok kamar mewah. Ia terlihat begitu sedih, tertekan dan depresi. Wajahnya mungkin akan sangat terlihat manis jika ia tersenyum, tapi wajah itu hanya memperlihat raut muka kosong.

Di tangannya ponselnya menyala, memperlihatkan kotak pesan. Pesan paling atas dengan jumlah banyak yang belum ia buka sama sekali, atau ia takut untuk membukanya, berasal dari yeoja yang sangat ia cintai sepenuh hati.

Tapi apa daya. Ia bahkan tak bisa menemuinya sekarang juga. Ia merasa yakin bahwa yeoja itu sekarang pasti sudah membencinya. Membencinya, karena melewatkan hari yang bermakna bagi mereka.

Tidak. Ia tidak bisa menemui yeoja itu, untuk saat ini. Keadaan memaksanya memilih untuk tidak menemuinya. Namja itu kemudian hanya menarik nafas hingga oksigen memenuhi paru-parunya dan mengeluarkannya tanpa kentara.

Ia harus segera pergi.

Namja itu berdiri dengan sedikit sempoyongan. Kakinya sangat terlihat panjang dengan celana yang ia pakai. Bajunya terkesan rapih, tentu saja ini sudah ia pakai sejak kemarin pagi untuk menemui yeoja itu.

Ia menyimpan ponselnya di meja dan pergi menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Kamar mandi yang terlihat mewah itu justru sangat ia benci, ia pergi ke wastafel.

Pantulan wajahnya, ia menatapnya, benar-benar berantakan rambut ungu piasnya itu. Dengan kasar ia menyalakan keran wastafel dan membasuh wajahnya langsung. Air dingin terasa di kulitnya itu.

Bayangan yeoja yang ia sayangi melintas, membuat tangannya berhenti. Air dari keran wastafel dibiarkan olehnya. Nafasnya berubah tak beratur, namja itu menutup mata dan menengadah keatas tak membiarkan cairan bening keluar dari matanya.

Maaf, aku tau kau pasti menunggu disana. Aku tau kau menghubungiku. Aku tau kau mencariku. Aku tau semuanya...

Wendy.

Jeomal mianhae, aku tidak bisa menemui sekarang. Mungkin juga tak bisa menemuimu untuk beberapa waktu.

Aku yakin kau sudah kesal dan marah padaku karena mengecewakanmu. Aku rasa kau pun sudah membenciku saat ini.

Mianhae.

Aku bahkan tidak melakukan apapun untuk membuatmu berubah fikiran. Aku pantas disebut brengsek oleh mu.

Jeongmal mianhae, Wendy-ya.

***

Wendy melihat gerombolan teman-teman Chanyeol di dekat tangga kampus. Dengan cepat ia menghampiri namja-namja yang tampak mengobrol itu.

"Cheogi..." Suaranya kecil hingga terdengar mencicit. Sebelumnya ia sama sekali tak pernah mengobrol dengan geng Chanyeol ini.

"Eoh, Wendy?" ucap namja yang kulitnya sangat putih dibanding namja lain disana menyadari kehadiran Wendy, namanya Suho.

"Wae?" tanya namja yang memiliki mata sayu, bernama Baekhyun.

"Ah, Wendy-shi, apa kau sudah bertemu Chanyeol? Dia sama sekali tak ada kabar pagi ini." cetus namja yang berkulit lebih coklat dari yang lain, Kai.

Tapi Kai langsung mendapat sikutan dari dua temannya yang bernama Chen dan Kyungsoo. Sehingga menbuat ia meringis.

"Ada apa sebenarnya?" tanya namja sipit yang sejak tadi diam, turunan China, bernama Xiumin.

"Ya. Tumben kau tidak bersama Chanyeol?" sahut namja yang seumuran dengan Wendy dengan alis tebal itu, Sehun yang langsung mendapat pukulan di atas kepalanya dari Chen.

"Yaa, hyung!" kesal Sehun.

"Diamlah!" perintah Chen.

"A-anu..." Kedelapan namja itu menatap Wendy sekarang, ah, ada satu yang sejak tadi diam seakan mengacuhkan Wendy, dia Lay, orangnya memang dingin. "Eung, euhm, gak jadi deh. Maaf ya mengganggu kalian."

Wendy buru-buru pergi menapaki tangga melewati kedelapan namja itu tanpa mengatakan niatnya ketika memghampiri mereka. Ia memilih pergi karena sepertinya teman-teman Chanyeol itu pun pasti tak mengetahui keberadaan namja itu.

Ia memang pergi, tapi hatinya tetap saja ingin kembali untuk bertanya. Saat berjalan di lorong kampus yang nyaris sepi itu, Wendy menghentikan langkahnya. Ia menggigit bibir bawahnya.

Apa mungkin Chanyeol sedang membutuhkan waktu?

Tapi....

Tetap saja, ia tak bisa, kalau ia belum bertemu wajah dengan namja itu. Minimalnya jika Chanyeol memang butuh waktu sendiri dulu, setidaknya namja itu harus mengatakannya sendiri di depannya.

.

.

.

.

.

Hari berganti, pagi berubah menjadi siang. Wendy keluar dari kelas ketiganya hari itu paling terakhir. Fikirannya terfokus selama pelajaran berlangsung, tetapi begitu selesai, ia kembali teringat pada Chanyeol.

"Yaa." panggil seseorang begitu Wendy baru saja melewati ambang pintu kelas.

Yeoja itu mengangkat wajahnya dan menemukan dua wajah menatapnya. Yang satu memiliki mata tajam yang sayu lagi berkulit putih. Lay dan Suho. Wendy mengikuti mereka berdua menuju taman samping gedung fakultasnya.

"Waeyeo?" tanya Wendy,

Lay dan Suho saling bertukar pandangan. Lalu Suho mengedikkan dagunya, setelah itu Lay kembali menatap Wendy.

"Kau mencari Chanyeol kan?"

Sekejap mendengar pertanyaan Lay itu mata Wendy membulat sempurna. "Ba-bagaimana...anniyeo, apa kau tau dia dimana?"

"Akan ku beritahu dia dimana." kata Suho kemudian.

Wendy nyaris akan tersenyum seperti orang bodoh begitu mendengar ucapan Suho itu. Tapi senyumnya menghilang mendengar kelanjutan ucapan dua namja di depannya.

"Dengan syarat...kau harus meninggalkannya."

Wendy langsung menelan ludahnya. Apa? Ia bisa menemukan Chanyeol tapi setelah itu ia harus meninggalkannya?

"Wae?" tanya Wendy dengan suara yang serak.

Lay mengedikkan bahu. "Kami tak mungkin tega. Tapi ini demi Chanyeol sendiri, kau tau? Hanya kami berdua yang mengetahui tempat Chanyeol bekerja."

Haruskah? Haruskah begini?

"A-arraseo. Akan ku ikuti keinginan kalian. Jadi, palli beritahu aku."

Ya, mungkin Wendy sudah gila. Ia mengorbankan semuanya termasuk perasaannya hanya untuk bisa menemukan keberadaan namja itu. Setidaknya ketika kau sedang mencari seseorang, Seoul yang kau kira sebesar telapak tangan ternyata lebih luas dari yang kau tau.

Stay With Me [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang