The End Of Us Maybe

337 29 3
                                    

Jam di kamar kecil yang dulu menjadi tempatnya mengisi hari-hari semasa sekolahnya menunjukkan pukul 9. Melihat waktu yang ia rasa masih terlalu pagi untuk bangun, ia kembali menyembunyikan diri di balik selimut.

Tentu saja baik nyonya Son ataupun tuan Son sama-sama merasa aneh dan bingung dengan sikap putri mereka yang tiba-tiba datang dan sejak masuk ke kamar hingga pagi berajak siang seperti ini mengurung dibalik selimut.

Wendy termenung. Bagaimana bisa kemarin ia bertemu dengan Chanyeol? Kenapa ia harus naik ke atas panggung? Apakah kemarin hanya mimpi? Atau ilusi saja?

Tapi jika memang hanya sebuah mimpi saja atau ilusi, kenapa terasa nyata? Kenapa rasanya Chanyeol benar-benar mengajaknya untuk bicara? Bukankah itu alasannya kenapa ia saat ini sedang ada di kamar di kampung halamannya? Tentu untuk menghindari Chanyeol.

"Aaaah, aku tidak bisa diam saja disini! Ini bisa membuatku gila!"

Wendy menendang selimutnya hingga menyingkir darinya. Ia lalu memutuskan untuk pergi keluar, ke tempat favoritnya sejak dulu. Hanya dengan memakai mantel tebal dan syal yang melilitnya tanpa mandi terlebih dahulu. Yang ia bawa hanya selembar foto dan ponselnya.

"Aku pergi!" seru Wendy sambil melangkah keluar dari pintu rumahnya.

Wendy berjalan terus dengan kakinya. Tempat yang ia tuju bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki dari rumahnya karena itu ia tak membawa dompet. Tepat setelah Wendy berjalan cukup jauh dari rumahnya dan berbelok di tikungan, di tikungan lain seorang namja terlihat mencari-cari alamat.

.

.

.

.

.

"Bisa kita bicara, Wendy-ya?" kata Chanyeol. «back read to pt. 1»

Wendy tanpa sadar melangkah mundur perlahan. Ada rasa takut menghampirinya. Ia menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Chanyeol.

"Shireo." kata Wendy.

"Jebal, kumohon jangan seperti ini, Wendy."

Wendy menggeleng lagi. "Disini bukan kau yang terluka tapi aku. Aku tak ingin membicarakan apapun denganmu."

"Tapi...bukankah kau menunggu cukup lama? Jebal Wendy-ya, dengarkan alasanku terlebih dahulu setidaknya jika kau ingin mengakhiri ini semua."

Wendy menggeleng. "Shireo. Semua memang sudah selesai, tak ada yang perlu dibicarakan lagi."

Chanyeol menatap Wendy dengan tatapan sayu yang benar-benar terlihat ia ingin menyampaikan sesuatu pada yeoja di depannya yang sepertinya masih menganggapnya mimpi.

"Ada."

Dengan gerakan cepat Chanyeol melangkah cepat ke arah Wendy yang merasakan kenapa kakinya tidak mau bergerak saat ia melihat Chanyeol melangkah ke arahnya. Saat jarak mereka tinggal satu meter lagi...dalam sekali tarikan Wendy bisa merasakan suhu tubuh dan nafas hangat.

Chanyeol memeluknya dengan erat, ia bisa merasakannya dipunggungnya dimana Chanyeol mengeratkan pelukannya.

"Aku tak mau kita berakhir seperti ini, Wendy. Aku tak mau kita berakhir." Wendy terkejut, jelas ia tak salah dengar tapu Chanyeol baru saja meneriakkan suaranya yang berat itu.

Tapi Wendy berontak ingin lepas dari pelukan hangat dari orang yang sangat ia rindukan. "Lepaskan Chanyeol! Lepaskan!"

"Shireoyeo!!"

"Aku tak mau mendengar apapun darimu!" teriak Wendy masih tak bisa lepas.

"Tapi aku ingin kau mendengarkan alasanku, karena semua ini aku lakukan untuk mempertahankanmu Wendy!" Tepat saat Chanyeol mengatakan hal inilah Wendy berhenti memukuli dan berontak.

"Dengar, aku tidak mau kita berakhir Wendy. Aku masih sangat mencintaimu bahkan tak pernah berkurang, justru bertambah. Ya, karena aku merindukanmu." Chanyeol melonggarkan pelukannya untuk menatap yeoja di depannya ini tepat dimata. "Aku tak pernah sekalipun lupa padamu selama ini. Maaf aku menghilang sejak hari itu, sudah seharusnya kau membenciku. Tapi aku tak ingin dibenci olehmu. Maafkan aku menghilang selama 4 tahun, membuatmu menunggu dan terus menyakitimu."

"Aku harus pergi saat itu, eomma memintaku melanjutkan studi diluar negeri. Tentu aku menolaknya, tapi hari saat kita anniv, eomma masuk rumah sakit. Aku tidak pernah tau kalau eomma punya penyakit yang serius. Aku kabur dari rumah, karena itu aku tinggal di kost dan bekerja part-time." Cerita itu terasa begitu nyata ditelinga Wendy.

"Eomma bilang jika aku mau mengikuti apa keinginannya ia tak akan lagi mencoba menjodohiku dengan yeoja manapun. Ia akan merestui siapapun yeoja pilihanku. Dan pilihanku itu cuman kamu, Wendy Son." Chanyeol menatap sungguh-sungguh mata Wendy. "Mian sudah membuatmu menunggu sangat lama. Mian sudah membuatmu tersakiti. Mian jika kini kau sangat muak padaku. Mian..." Tangannya yang mencengkeram lengan Wendy melonggar.

"Anniyeo." potong Wendy.

Chanyeol yang sudah melihat ke tanah kembali menatap mata indah Wendy. Mata yang kini tersenyum padanya dengan sangat manis dan indah.

"Aku sudah mendengarkan penjelasanmu. Aku tidak akan memaafkanmu yang sudah pergi tanpa penjelasan sedikitpun..." Wendy melihat mata Chanyeol kembali sendu. "Tapi aku akan menerimu kembali, karena kau sudah jauh-jauh menyusulku kemari."

"Eh?"

Wendy melempar senyumnya. Ia melepaskan tangan Chanyeol dan berjalan mundur beberapa langkah. Jantungnya saat ini berdetak kembali, ya debaran yang sama dengan terakhir kali itu berdetak saat didekat Chanyeol.

"Kau...apa? Menerimaku? Jinjjayeo?"

"Wendy...kalau kau menerimaku kenapa kau mundur seperti itu?" tanya Chanyeol tersenyum senang. Tangannya menyeka air mata diujung matanya yang sudah siap jatuh namun tak jadi.

"Kemari! Biar ku peluk kau." teriak Chanyeol senang, wajahnya berseri.

"Shireo!" seru Wendy dan mengambil langkah seribu sambil tertawa.

Chanyeol yang melihat itu langsung memgejarnya. Toh lari Wendy tidak benar-benar cepat kok, dalam hitungan detik ia sudah bisa menangkap yeoja itu ke dalam pelukannya. Mereka tertawa bersama.

"Wendy-ah, mau kah kau menikah denganku? Aku ingin memilikimymu seluruhnya dengan resmi dan mengumumkan pada dunia bahwa kau sudah paten milikku." bisik Chanyeol yang memeluk Wendy dari belakang.

Hati Wendy melambung tinggi rasanya mendengarkan lamaran manis dan lucu itu. "Yaa!" Wendy menepuk tangan Chanyeol yang memeluknya diperut. "Jangan melamarku disaat aku belum mandi seperti ini."

"Kau belum mandi?" tanya Chanyeol merasa geli.

"Geurae. Wae? Kau akan membatalkan lamaranmu, eoh?"

Sebaliknya, Chanyeol justru memeluk Wendy lebih erat lagi. "Anniyeo."

Wendy tersenyum. Penantiannya selama 4 tahun ini tak sia-sia. Ia selalu menunggu, bukan karena ingin dilamar oleh namja tinggi ini tapi karena ia ingin mendengarkan penjelasannya. Dan lamaran yang baru saja ia dengar dan terima, adalah sebuah kado berharga yang tak akan Wendy lupakan. Hal yang sangat berharga dan tentunya dinantikan oleh setiap yeoja di dunia.

-The End-

Stay With Me [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang