Run From You

205 33 1
                                    

"Wendy!" panggil Chanyeol entah ke berapa kalinya di koridor gedung itu.

Matanya melihat yeoja berambut coklat dengan highlight yang lebih terang itu berlari dengan sekuat tenaga untuk menghindarinya. Ia menatap ke kaki yang memakai heels, jelas ia tau kalau Wendy tak biasa memakai heels pasti sulit sekali berlari saat ini.

Mungkin saja kaki Wendy sudah lecet dan terluka tapi Chanyeol juga tak ingin berhenti mengejarnya agar Wendy berhenti berlari dan tidak semakin menyakiti kakinya karena ia ingin menatap mata imut yeoja itu, karena ia ingin bertatap wajah dengannya, karena ia tak ingin kehilangan lagi.

"Aakhh!"

Wendy keseleo dan mengaduh kesakitan di depan sana. Dengan cepat Chanyeol berlari dengan membuka langkahnya lebar-lebar. Ia langsung berlutut di samping Wendy.

"Gwaenchana?" tanya Chanyeol menyentuh bahu kanan Wendy dan matanya menatap tangan Wendy yang sedang mengelus tumitnya.

"Lepaskan!!" Tanpa disangka Wendy menghempaskan tangan Chanyeol di bahunya.

Chanyeol beralih menatap mata yeoja itu yang kini sudah menggenang air mata jernih yang siap meluncur turun ke pipi tembem itu kapan saja. Ia tertegun. Apa sebanyak ini membuat Wendy kesakitan?

"Jangan menyentuhku! Pergi kau! Pergi!" jerit Wendy.

Perih. Begitulah keadaan hati Chanyeol setelah mendengar kata-kata dari yeoja dihadapannya ini. Kau menyuruhku pergi tapi kenapa kau terlihat tak ingin aku pergi?

"Kakimu, baik-baik saja?" tanya Chanyeol berusaha mengatur suaranya agar terdengar tenang.

"Pergi saja, tak usah urusi aku lagi!" Wendy menatap ke lantai. Ia sadar kini matanya sudah menangis, entah karena rasa sakit di pergelangan kakinya atau di dadanya?

Chanyeol berdiri. Hal itu menbuat Wendy cukup terkejut, dan ia rasanya ingin sekali semakin menangis. Apa namja ini benar-benar akan pergi? Apa ia akan meninggalkan ku?

Tapi tak lama Chanyeol kembali merendahkan tubuhnya, ia berjongkok dan mengangkat wajah Wendy agar mata cantik itu menatapnya. Namja itu melempar senyum.

"Sepertinya kaki mu sangat sakit. Sampai kau menangis seperti ini. Padahal selama ini kau cukup kuat?" Kata-kata menenangkan itu keluar begitu saja dari mulut Chanyeol. "Ingin ku bantu berdiri?"

Dengan bantuan Chanyeol, Wendy berdiri. Yeoja itu sudah berhenti menangis, tapi masih ada jejak-jejak air mata di pipinya. Bahkan kelopak matanya berubah merah seketika begitupun hidungnya karena kulitnya yang terlalu putih nyaris seperti susu. Dengan sigap Chanyeol menyekanya menggunakan jari tangannya.

"Kau bisa jalan? Atau mau ku gendong?"

Tak ada jawaban. Wendy bisu beribu kata. Ia tak tau harus menanggapi pertanyaan Chanyeol seperti apa setelah perlakuan namja itu yang menyeka pipinya. Tangannya terasa begitu hangat, dan ia rindu dengan kehangatan tangan itu.

"A-aku...bisa berjalan sendiri." Wendy melepaskan diri dari pegangan Chanyeol. Ia berjalan menyusuri koridor yang akan membawanya keluar dari gedung itu. Sementara Chanyeol menatap punggung kecil tersebut sambil terus mengikutinya.

Mereka tak saling membuka mulut lagi yang artinya tak ada lagi pembicaraan antara keduanya meskipun dalam hati ada begitu banyak kata yang ingin disampaikan.

Tak lama sebuah taksi berhenti dan Wendy masuk ke dalamnya. Sesaat sebelum ia menutup pintu taksi, Chanyeol menahannya. Membuat Wendy menatapnya.

"Kita harus bertemu, besok ku tunggu di tempat kita kencan pertama kali, oke?"

Wendy tak menjawab. Rasangya ia ingin lari ke ujung dunia sekalipun. Setelah lama menunggu tapi mereka bertemu disaat dirinya belum mempersiapkan diri.

"Aku akan mengejarmu sejauh apapun itu, aku akan mencarimu, arraseo? Dan aku akan menemukanmu." Setelah mengucapkan hal itu, Chanyeol menutup pintu taksi dan tak lama kemudian taksi itu pergi mebawa Wendy di dalamnya yang benar-benar merasa tertegun.

***

Begitu sampai di apartemennya Wendy langsung bersantai di sofa. Ia menutup matanya.

"Jeongmal, kenapa kami harus bertemu disana? Ani, kenapa harus bertemu sekarang?"

"Apakah wajahku baik-baik saja saat melihatnya?"

"Ah, apakah aku terlihat memalukan?"

"Kenapa dia muncul setelah lamanya ia menghilang?"

Wendy mengerang kesal sambil menggeleng-geleng kepalanya berapa kali tak tentu arah dan tangannya memukul-mukul sofa juga kakinya yang menendang-nendang lantai. Ia menghentikan kemarahannya.

"Aku harus pergi dari Seoul." gumamnya tiba-tiba.

"That's right!" Kini Wendy berseru sambil berdiri.

"Should I go to Canada?" fikirnya.

Wendy pun bergegas pergi ke kamarnya. Dan tanpa pikir panjang ia langsung packing menggunakan kopernya. Ia akan pergi ke kampung halaman appanya yang ada di Ilsan. Disana ia akan tinggal dengan bibinya untuk beberapa hari. Yapp, untuk menghindari bertemu Chanyeol tentu saja.

Selesai packing, Wendy melihat ponselnya untuk mengecek jam. Jadwal keberangkatan travel paling lambat masih setengah jam lagi, ia bisa mencapai terminal dalam 15 menit saja dan transaksi selama 5 menit. Okey, lebih baik berangkat malam ini juga dibanding harus menunggu besok.

.

.

.

.

.

Sesuai perhitungannya. Ia sampai di terminal dalam 15 menit kurang dan langsung pergi menuju lotrei untuk membeli tiket yang tersisa. Setelah mendapat tiket jadwal terakhir, Wendy segera mencari busnya. Bus yang akan berangkat kurang lebih 10 menit lagi.

Ia berjalan melewati barisan kursi mencari nomor kursinya. Kopernya sudah disimpan dibagasi bus yang ia bawa naik hanyalah sling bag kecil.

Wendy kebagian duduk di dekat jendela. Kaca jendela memperlihatkan langit malam dan pemandangan terminal yang sibuk. Kursi disebelahnya kosong tak ada yang menempati, ini artinya akan ada privasi untuk dirinya.

Baiklah. Jadi dengan begini ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan apa penumpang di sebelahnya akan terganggu karenanya.

Stay With Me [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang