Promise?

807 210 7
                                    




"Tumben, ketua datang ke kelasku, kangen?"

Karina menghela napas, "Bisa serius sedikit?"

"Oke, matematika aja bisa kuseriusin, masa sama ketua nggak," Felix bersedekap dan menyenderkan bahu ke tembok luar kelas, wajahnya dimiringkan sedikit dan menatap Karina seolah Karina ceweknya, "Ayo bicara, aku dengarkan."

Karina menggeleng singkat, tak habis pikir dengan sikap Felix, "Begini, karena kemungkinan besar  hari ini aku bakal telat datang rapat, kamu yang ambil alih pimpin rapat class meeting, pulang sekolah, bisa?"

Ada kerut samar diantara mata Felix.

"Kenapa harus aku? Kan ada Yoa?"

Karina mendesah panjang dan bersedekap. "Karena jam kelas terakhirku diperpanjang 30 menit lebih lama. Hari ini Yoa absen sakit dan karena kamu yang paling tidak sibuk, kamu harus mau."

Felix mendecak, "Kok, ketua seenaknya sendiri, sih?"

"Karena aku ketua."

Felix merasa kesal, nyaris marah, cewek ini, selalu saja seenaknya sendiri. "Memang, ketua diktator." gumamnya pelan, nyaris berbisik.

"Maaf?" gumam Karina tidak senang, "bilang apa?"

"Nggak, nggak ngomong apa-apa," Felix berhenti sesaat, seolah-olah sedang memutuskan akan mengatakan sesuatu atau tidak, "Oke, oke..jadi hanya perlu memimpin rapat sebelum ketua datang, begitu kan?"

"Ya."

"Kalau ketua nggak datang?" Felix curiga.

"Pasti datang."

"Janji?"

"Janji." tegas Karina.

"Kok aku meragukan, ya?" Felix menggosokan telunjuk di dagu, terang-terangan mengirimkan sinyal keraguan, "Maaf ya, begini-begini aku masih ingat insiden tiga bulan lalu, ketua bolos rapat, melimpahkan semua tugas padaku dan malah—" ada nada sedih palsu terselip disana, "—Malah kencan sama Soobin." ekspresi terluka Felix jelas dibuat-buat.

Kalau Karina tidak ingat Felix pintar bermain mimik muka,  dia pasti percaya Felix sedih betulan.

"Well," Karina menghela napas panjang, "Kalau nggak datang, aku akan traktir tiket bioskop, kita nonton film bareng, deal?"

Felix mengumamkan sesuatu yang kedengaran seperti W-o-w-k-e-n-c-a-n dan membulatkan bibirnya berlagak terkejut, "Serius?"

Karina mengangguk, memutar bola mata—alisnya bertaut jengkel, ia paling tidak suka mengulang-ulang, "Serius."

Wajah Felix mendadak sumringah.












"Wah..Ya udah, nggak usah datang aja sekalian."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo, Karina - Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang