Chapter 1 (Terhapusnya Kutukan)

164 2 4
                                    


Sebuah rasa yang menggebu mendalam bersama deru ombak, entah mengapa hati ini tiba-tiba ingin sekali menyantap sebuah pandangan dinding langit lalu menggoreskan melalui sebuah aksara. Apakah ini sebuah kutukan yang telah hadir? Atau memang sejatinya aku lemah perihal cinta?

Namanya Raka, lelaki yang berbadan tinggi dan kekar namun tak ada satu pun mau karena sifat karakter keras. Bahkan seringkali mendapatkan cacian sahabat bahwa dirinya terkutuk dari para mantan.

"Woy, melamun aja lo kayak mikir hutang."

"Dasar mulut lo itu yang penuh hutang, banyak janji namun tak bisa dibayar." Sautku.

"Haha, gila lo. Daripada suntuk gimana kalau kita taruhan, ya siapa nanti bisa dapat cewek paling banyak di satu bulan. Nanti jika yang kalah harus mau ajak ke pantai lagi dan membayar seluruh kebutuhan tanpa kecuali. Gimana berani?"

"Gila lo ya Zen, enteng amat mulut lo itu. Sini gue beli pakai sepatu."

"Berani kagak lo, punya badan aja gede masak nyalinya ciut. Memalukan!" Cetus Zeno.

"Okay, gue sepakat. Awas aja kalau gue nanti menang bakalan gue kures tu uang lo."

Raka dan Zeno menyepakati tantangan itu, ya mereka memanglah laki-laki yang sama dengan tanda playboy cap badak. Satu tanduk saja bisa gibas 5 perempuan karena ototnya yang kekar.

***

(Hari Pertama)

Seperti biasanya Raka yang selalu molor ketika semalaman di sibukan dengan gitarnya untuk membuat alunan musik berpadu puisinya, orang tuanya yang bekerja menjadi pemilik perusahaan batu bara tak khayal jika dia bisa bermalas-malas untuk kuliah maupun kerja.

'Dret... dret... dret....'

"Siapa sih malam-malam telpon? Gak tahu apa orang ngantuk."

Gadgetnya terus bergetar dan membuat Raka kesal dan akhirnya membaca.

'Raka, apa kabar?'

'Siapa lo? Ganggu tahu gak?'

'Kamu lupa sama aku? Kamu ya dari dulu sampai sekarang masih aja suka bangun siang, tu iler cepat hapus.'

'Ineke?'

'Hehe, yaya ini aku. Sahabatmu 10 tahun lalu, yang selalu kau takuti aku dengan ular mainanmu saat sekolah.'

'sekarang kau di mana? Ya kita bisa ngobrol atau apalah, aku juga mau nyubit pipimu yang tembem itu'

Ya dia Ineke, seorang sahabat Raka semenjak sekolah dasar hingga menengah pertama. Namun terpisahkan ketika Raka harus ikut papa dan mamanya pindah ke luar kota.

***

Karena dering ponsel yang terus menerus menjadikan Raka terbangun dan segera bersih-bersih, entah kenapa dia menjadi semangat jika adanya sahabat yang berbeda jenis.

Ineke yang mengirimkan alamat rumahnya ke Raka berharap sahabatnya itu datang untuk mengajaknya ke pantai lagi.

***

"Permisi...." Sapaku depan pintunya.

Dengan tatapan melongo Raka terkejut ada seseorang perempuan yang berbeda seperti terakhir kalinya dia bertemu, sosoknya yang sulit dikenali berpikir dia salah alamat.

"Eh, ini dik Raka ya? Udah 10 tahun gak ketemu, sekarang udah besar. Tahu dari mana di sini kita tinggal?"

"Iya tante, tadi Ike telepon memberikan alamat. Tante, Om, dan Ike gimana kabarnya?"

"Syukur baik, tapi ada dua dukanya."

"Maaf, apa itu tante?"

"Om Herman meninggal karena serangan jantung dan...." Belum sempat ibunya Ike bercerita langsung terhenti ketika kehadiran anaknya semata wayang itu.

"Raka, kenapa gak ke belakang aja sih? Lagian ibu kenapa lama?"

"Ibu bantu buatkan minum yang spesial itu."

"Tapi."

"Ayolah!"

Ineke yang tidak ingin masalahnya terbuka di depan Raka langsung menarik ibunya menuju dapur. Raka yang menunggu lama mendapatkan chat masuk dari Zeno, dia yang kebingungan mengeluarkan kata-kata yang membuat Ineke terkejut.

"Maaf, aku gak sengaja buat kamu terkejut. Kamu deg-degan ya. Maaf."

"Gak papa kok, bentar ya aku mau ambil tasku dulu."


_________________________________________________________________________________

Ke manakah Raka dan Ineke pergi? Lalu bagaimana cerita selanjutnya? Apakah Raka akan memerlakukan Ineke sama dengan para kekasihnya yang lain hanya untuk sebagai taruhan? Simak kisahnya di lain waktu, salam kenal dariku Yani Larasati.

PUDAR SENJAWhere stories live. Discover now