next Chapter 2

16 1 0
                                    


Beberapa minggu kemudian kondisi Rina semakin membaik dan di izinkan pulang dengan sigap si Nita menawari mengantarkan mengendarai mobil.

"Biarkan saya saja yang mengantar Rina."

"Memang lo siapa? Beraninya mau antar calon istri gue" cetus Ruslan.

"Sudah lah Lan, aku capek debat sama kamu. Biarkan aku sama dia aja dulu."

"Kalau lo sama dia, jangan salahkan gue jika lebih dari kemarin."

Rina pun mengikuti apa yang diminta Ruslan, namun tak sedikit pun hilang akal Nita untuk mengikuti di mana mereka tinggal. Dirinya ternyata sudah mau mengikat tali pernikahan, namun kondisi membuat Rina berpikir ulang untuk menyerahkan hidupnya ke lelaki itu.

Nata yang menelepon keadaan Nita tak kunjung menjawab telepon malah kena omelan papanya saat pulang ke rumah, dirinya yang seakan selalu mendapatkan amukan papanya.

"Dari mana aja kamu? Udah kayak anak berandalan aja tahu gak jam berapa ini? Semalaman papa dan mamamu tidur disini, kamu ke mana aja? Dasar anak gak...."

"Papa, sudah lah yang penting anak kita sudah pulang."

"Maafkan aku pa, ma, gara-gara aku kalian jadi khawatir."

"Sekalian aja gak usah pulang sekalian, udah di kasih kemewahan tetap kelakuan macam bocah."

Nita yang tiap hari mendapatkan cercaan dari papanya tak sanggup dan membuatnya menekan dadanya keras-keras. Papa yang mengira dirinya hanya tak mau mendengar omelan.

"Sudah lah pa, kasihan Nita. Dia juga habis...."

"Gak papa kok, Nat. Aku udah ikhlas kalau papa marah. Ini salah aku juga kok."

"Habis apa? Ngomong sama papa, apa yang kalian sembunyikan dari papa?"

"Gak papa kok pa, ya sudah daripada kehadiran aku hanya menjadi pertengkaran lebih baik Nita pergi dari rumah. Aku gak mau papa sama mama pisah, kasihan Nata."

"Tapi Nit, kamu itu...."

"Papa, jangan begitu. Dia anak kita juga, kamu ingatkan dia menolongmu. Cegah dia pa, mama mohon."

***

PUDAR SENJAWhere stories live. Discover now