next Chapter 1

74 4 5
                                    

***

"Tante, saya izin mau pergi dulu ya sama Ike."

"Iya, hati-hati ya. Jangan ngebut bahaya untuk...."

"Ayolah! Aku gak sabar Raka, aku pengen jalan-jalan sama kamu."

"Untuk apa, tante?"

"Udahlah, maksud ibu itu untuk kebaikan kita. Iya kan, bu?" Ineke yang memberikan isyarat kedipan mata, ibunya hanya bisa mengangguk.

Mereka yang beranjak pergi ke sebuah taman, dirinya yang berbincang-bincang tak lama kemudian datanglah Zeno yang membuat Raka berkeringat.

"Woy, hehe udah dapet ni."

Raka yang melototkan mata untuk isyarat diam tak juga mendapatkan respons pada Zeno.

"Halo, kenalkan gue Zeno. Dan kebetulan gue masih single."

"Iya, aku Ineke sering dipanggil Ike. Sini duduk, ikut ngobrol sama kita."

"Kita? Cuit... cuit... cuit...."

"Hadeh datang ni lagi."

"Wuhaha, kenapa masbuloh?"

"Udah deh, kita bisa ngobrol disini bertiga. Saling kenal kan adil, bentar aku mau ke toilet dulu."

Raka dan Zeno berbarengan menjawab "Sama gue aja."

"Aku bisa sendiri kok, kalian disini aja. Kalau perlu pesankan makanan juga okay, hehe."

***

Ineke yang merasakan pusing tak ingin jika mereka mengkhawatirkan keadaannya itu. Hampir setengah jam lamanya dia berdiam diri di toilet, darah segar langsung keluar begitu saja.

Raka yang merasakan keresahan tak seperti biasanya dia memerlakukan para mantan maupun orang yang singgah di hatinya.

"Eh, lo apa masih sama Jessi?"

"Jessi? Masih dia belum gue putusin, bingung harus gimana."

"Gila lima cewek yang bulan lalu aja belum lo putusin, ini si siapa namanya?"

"Ineke?"

"Iya itu pokoknya, mau lo ke manain?"

"Entah lah, jujur aja sih dia cinta pandangan pertama gue pas di SMP."

"Gila lo ya, ingat kesepakatan kita loh ya?"

"Sepertinya gue nyerah aja deh daripada nanti dia sakit hati, gue kapok banyak kutukan ke hidup gue. Itu Ambar gue putusin gara-gara dekat sama seseorang gue di kutuk bakal sial kagak akan nikah."

"Bro... bro, ngapain nikah kita bahagia aja kayak gini."

Mereka yang berbincang-bincang tak sengaja Ineke belum juga kembali, padahal tadi pamitnya ke toilet hanya sebentar. Raka yang mencoba menghubungi nomornya tidak aktif.

Dia yang khawatir mencoba menghampiri ke toilet dan mencoba mengetuk pintu satu per satu tak ada Ineke, dirinya yang mencoba menghubungi ibunya Ineke.

"Halo, maaf tante. Ineke apa sudah pulang?"

"Loh, bukannya sama kamu tadi keluarnya?"

(Apa dia mendengar perkataanku ya)

"Raka, kok diam? Tadi bukannya sama kamu? Haduh!"

"Maaf tante, coba nanti saya cari dulu."

Raka yang mencoba menghampiri Zeno, apa Ineke sudah kembali belum. Namun Zeno tak memberi tahu dirinya seakan memainkan rahasia.

"Bro, Ineke udah kesini belum?"

"Em... Rahasia."

"Bro gue serius kali ini."

"Biar aja kenapa sih? Dia itu udah gede, gak perlu berlebihan kali. Kayak bininya aja lo."

"Serah deh, gue mau cari dia. Kagak enak sama ibunya."

Raka yang mencari menyusuri taman dan mencoba menanyakan di orang sekitar namun tak kunjung menemukan, rasa khawatirnya semakin tak karuan.

***

PUDAR SENJAWhere stories live. Discover now