***
Desir pasir begitu lembut, sinar cahaya menyinar begitu menyengat, tarian-tarian yang terdengar mendayu. Ibunya Ineke juga mencoba mencari di tempat dimana Ineke menyukainya.
"Maaf, bapak apa melihat anak ini?" tanya Ibu Ineke sambil menujukkan foto di hapenya itu. Hampir sampai petang tak ada batang hidungnya.
Raka yang menelepon ibunya Ineke dan bertemu di rumah, namun tak disadari bahwa Ineke sudah di dalam kamarnya. Entah sejak kapan dan gimana dirinya sudah membuat kedua orang yang menyayanginya di buat resah.
Raka yang di suruh kembali ke rumah tak menyadari juga bahwa Ineke sudah berada dalam kamar. Ibunya Ineke yang kebetulan masuk ke dalam kamar Ineke terkejut anak semata wayangnya sudah tergeletak di lantai, tangannya penuh dengan darah.
Ibunya yang langsung menelepon ambulance, setibanya di rumah sakit Ineke malah semakin parah dirinya mengeluarkan muntahan darah di mulutnya. Dokter yang langsung menangani dengan sigap, Ibunya yang terduduk dan tak henti berdoa.
(Tuhan, sembuhkanlah Ineke anakku. Jangan ambil dia, cukup Mas Rangga yang meninggalkan kita semua. Jangan dia ya Tuhan, aku cuma ada dia. Berikanlah dia kesempatan untuk bahagia dengan kekasih surganya nanti, dan memberikan warna indah dalam hidup.)
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangannya itu memberikan kabar yang sedikit membuat ibunya tercengang dan kalut apa yang di pikirkan.
"Ibu, keluarganya pasien?"
"Iya, saya ibu kandungnya Ineke. Apa yang terjadi dengan anak saya, bagaimana dengan kondisi paru-parunya?"
"Ibu yang sabar ya, semua masalah pasti akan ada solusinya begitu pula dengan keadaan Ineke sekarang."
"Maksud dokter apa? Saya tidak mengerti, apa Ineke tak tertolong seperti suami saya yang meninggalkan sama dengan kondisi Ineke sekarang? Atau bagaimana?"
"Sabar ibu, sabar. Ineke sekarang hanya bergantung dengan pengobatan seperti ini, memang dengan berat hati saya katakan bahwa hidupnya hanya hitungan waktu saja."
"Tidak, Ineke pasti kuat menghadapi sakitnya. Saya sering lihat ia berlarian di kala waktu kita belum pindah di sini, dia juga akan memberikanku sebuah kebahagiaan yang tak mungkin kulupa."
"Setiap orang akan menemukan kebahagiaan di setiap waktunya, memang tidak sekarang namun suatu saat nanti. Karena kebahagiaan tak terlepas dari kesedihan yang kita alami. Percayalah bahwa Tuhan akan menolong ibu dan menyembuhkan Ineke."
Ibunya Ineke yang tak sanggup menedengar semua itu dan terjatuh pingsan. Dokter dan suster membantu ke ruangan yang tak jauh dari ICU, memeriksa keadaannya. Ya ibu mana yang tidak kaget ketika anak semata wayangnya akan menderita melawan kanker paru-paru sama dengan suami yang telah lebih dulu meninggalkannya.
YOU ARE READING
PUDAR SENJA
RomanceSENJA sering di kaitkan dengan pesona alam yang tak jarang banyak yang mengabadikan sebuah moment yang berlangsung selama 30 menit saja. Kisah yang teringkas dalam antalogi cerpen bertema PUDAR SENJA memberikan makna tersendiri dalam menyuguhkan pes...