next Chapter 1

37 1 1
                                    


Jingga warnanya, siapa yang tak kenal dengannya?

Yang ditunggu kehadirannya dan ditakuti jika hilang

Senja....

Di bawah cakrawala membentang

Di tepinan pantai berseri kumenanti

Hadirnya seorang pembawa nikmat kata dalam senja

Terbilang sepuluh tahun lalu, namun kenangan tak kan berlalu

Kaulah penikmatku setelah senja, kau adalah nafasku tanpamu mungkin kuakan seperti senja

Kau datang saat mempesona dan kau akan meninggalkan ketika dia sirna

"Luar biasa." Celetuk Raka. Orang itu langsung berlari ketika mendengar suara Raka.

"Tunggu...." Raka yang berlari mengikuti perempuan ini tak sengaja juga melihat Zeno dan Jessi.

"Bro, kita disini!"teriak Zeno, mereka juga berusaha mengejar Raka.

Di beberapa langkah larian perempuan itu terjatuh, Raka yang berusaha menolongnya tiba-tiba dirinya sesak nafas dan pingsan.

"Bro, sadar bro."

"Raka kenapa? Raka kenapa?" panik Jessi.

"Mungkin jantungnya kambuh lagi, dia sering begini. Terakhir dia sempat drop, ayo kita bawa ke rumah sakit."

Perempuan itu menangis seketika itu juga dirinya yang lemah dan akhirnya tumbang juga, tak ada satu pun entah Zeno maupun Jessi melihat keadaannya.

***

Raka yang terawat di rumah sakit terdekat tak jadi mendapatkan sebuah jawaban untuk kutukannya yang terucap oleh Jessi. Jessi yang sepertinya ketakutan kehilangan Raka hanya bisa mondar-mandir di ruangan.

Sementara perempuan tadi sudah terbawa ke dalam rumah sakit yang sama, dirinya juga terawat tak jauh dari ruangan tempat Raka. Zeno yang menelepon orang tuanya dan tiba tanpa sengaja bertemu dengan sahabat lamanya.

"Eh jeng Saras, ngapain jeng disini mau jenguk siapa?"

"Eh mbak Ratna, ini si Ineke drop lagi."

"Oh ya udah kita bareng aja, ruangan Ineke apa?"

"Dahlia 7a."

"Ya sebelahan, Raka 7b."

Ya Ratna adalah temannya ibunya Ineke, Saras namanya. Dulu sebelum pindah ke kota, mereka yang berjalan menuju ruangan melihat Jessi. Begitu terkejutnya Ratna langsung memarahi Jessi yang berpenampilan sedikit urakan, celana yang berlutut sobek seperti anak punk membuat ibunya Raka gusar.

Dokter yang menangani Ineke keluar dan memberitahu bahwa dirinya mengiggo nama Raka. Saras yang menangis langsung menghampirinya. Tatapannya langsung kosong, melihat anak semata wayangnya harus terpaku diam di ranjang.

"Bu...."

"Iya, apa yang kamu rasakan? Ibu panggilkan dokter."

"I... bu, gak usah. A... ku baik... baik kok."

"Lalu kamu ingin apa? Makan atau apa?"

Ineke yang meminta Ibunya untuk bilang ke mamanya Raka, bahwa dirinya sudah lama menyimpan rasa sejak dulu dan dirinya ingin menghabiskan sisa hidupnya untuk Raka.

Ibu Saras sudah membicarakan perihal ini sebelumnya dengan Ratna setuju saja dan keduanya juga memberikan kelemahan satu sama yang lainnya bahwa Raka maupun Ineke juga sama-sama anak semata wayang.

PUDAR SENJAWhere stories live. Discover now