Tak lama kemudian Nita keluar dari rumah sakit memang kondisinya belum 100% membaik namun dirinya haru segera menyelesaikan segala tugas yang sebelumnya dia susun jauh hari.
Nata yang tidak tahu menahu tentang ini hanya berharap sang kakak baik-baik saja, papa dan mamanya pun tidak pernah tahu bahwa Nita sedang sakit keras. Mereka menyembunyikan hanya demi Nita yang takut jika membuat orang tuanya semakin kepikiran.
"Nat, gue pergi dulu ya."
"Mau ke mana? Lagian kamu juga baru aja sembuh mau ke mana lagi, ingat kamu itu gak boleh kecapekan apa lagi masa kesembuhan jantung kamu dik."
"Sudah lah, kau tak perlu begitu. Adik baik-baik saja dan semoga tak ada apa-apa, kau baik-baik ya sama papa dan mama tolong jaga mereka ya soalnya adik akan pergi."
"Maksudnya adik? Dik, please, don't talk like that!"
Nita yang tak acuh terhadap kakaknya itu pun mulai menjalankan aksinya, namun tanpa disadari dirinya telah di ikuti oleh Nata terus menerus hingga tiba di rumah Rina.
Rina dan dan Nita yang berboncengan naik sepeda motor menuju di sebuah hambaran luas. Tak lama kemudian di susul oleh lelaki berbaju hitam.
"Rin, kita memang baru saja mengenal namun kita bisa menjadi saudara bukan? Aku tahu hal ini mungkin gila, tapi aku harap kau doakan saja agar kau terbebas darinya"
"Tapi gimana dengan kondisi kamu? Apa kamu sudah baikan? Kamu baru saja sakit, aku gak papa menikah dengannya. Asal kamu tak apa-apa."
Nita yang meninggalkan Rina sendirian di tepi pantai melihat pertarungan sengit keduanya, Nata yang selesai memakirkan mobilnya langsung menghampiri.
"Nit, kamu jangan nekad!" teriak Nata dari jauh.
"Rin, kenapa kamu gak cegah sih?"
"Udah, tapi dia nekad."
"Semoga tidak ada apa-apa."
Nita dan Ruslan tetap gigih melanjutkan balapan itu hingga pertarungan sengit begitu memuncak, Nita yang menduduki urutan pertama mendapatkan kesempatan memenangkan hal itu namun siapa yang tidak kenal dengan Ruslan itu yang menghalalkan segala cara.
"Woy!" Teriak Ruslan dan melempar sesuatu yang mengenai dada Nita.
"Curang lo!"
Pertarungan itu terus menerus sampai di suatu titik tiba-tiba ada seorang laki-laki yang ada proyek disitu ditabrak oleh Nita ketika saat itu jantungnya terasa sakit.
"Hey, turun kamu!" bentak orang itu.
"Maksud kamu apa nabrak saya seperti ini? Mau ganti rugi proyek saya? Kamu siapa? Sepeda motormu itu tak cukup gantikan proyek saya."
Nita yang sembari menekan dadanya tak dihiraukan orang itu, sedangkan Ruslan berhasil memenangkan itu dan Nata dan Rina menanyai temannya itu.
"Ke mana Roni?" tanya Nita dan Rina.
"Dia? Kalian yakin tanya dia? Paling udah jadi bangkai dia."
"Gue serius sama lo, ke mana dia?" kesal Nita.
"Lihat noh dia mau mati kali nabrak orang. Dan lo Rina lo harus mau jadi istri gue, kalau lo gak mau uang yang lo buat berobat langsung gue minta sekatang!"
"Berapa utang Rina? Gue bayar saat ini juga, dasar cowok mata duitan!"
Ruslan yang mendapatkan uang tidak menjadi menikahi Rina, namun tetap Nata dan Rina segera menaiki mobil dan mencari Ronita di sepanjang pantai tersebut.
Nata sedikit terkejut ketika melihat adiknya itu sudah terjatuh di bawah dan sesak nafas, Rina yang memegangi tangan Nita itu terasa sangat dingin.
"Papa?"
"Loh kenapa kamu bisa di sini?"
"Pa, itu Nita pa anak papa sendiri."
"Nat... sudahlah, jangan kau lanjutkan."
"Papa biar tahu semuanya, biar papa tahu juga semua."
"Apa maksud kalian? Apa yang kalian sembunyikan?"
"Pa, papa tahu siapa yang menyelamatkan perusahaan papa?"
"Nat...." rintih Nita yang semakin kesakitan tak dihiraukan keduanya yang adu mulut hingga suatu ketika darah yang berada di dada dan perutnya membuat papanya baru menghampirinya.
"Kamu kenapa Nit?"
"Pa... maafkan Nita, Nita tahu sudah merepotkan papa selama ini, maafkan Nita pa... pa, aku sayang sama papa mama dan kak Nata."
"Papa lihat darah itu! Itu Nita baru selesai operasi demi papa, papa tahu Nita punya sakit jantung dia bekerja bantu papa uang yang Nata beri itu dari Nita pa bukan dari Nata. Dan lihat perut Nita dia habis operasi ginjal pa, dan itu buat ginjal papa."
Senja yang sempurna itu sebagai saksi bisu semuanya, tangisan bahagia seharusnya terjadi ketika nikmat senja namun semua terbalut tangisan duka. Nita yang mau di bawa ke rumah sakit malah menghembuskan nafas terakhir kalinya juga disitu.
Berikanlah kesempatan buat orang lain, jangan lihat dari keburukannya saja. Cobalah untuk mendalami sifatnya secara pribadi, tak perlu kau lihat buruknya saja tapi hatinya. Dari situlah kau akan tahu mengapa orang itu buruk terhadapmu. Tamat.
______________________________________________________________________________________
Hey sobat semuanya... terima kasih ya udah baca sampai chapter 1 dan 2 aku, dan ada kabar baik ini buat kalian semuanya, apa itu? Nantinya antalogi cerpen "PUDAR SENJA" akan diterbitkan jadi buat teman-teman yang mau tahu apa saja kejutannya di antalogiku bisa kok japri aku di profil itu agar tidak ketinggalan informasi juga, aku tahu banyak sekali kekurangan dalam pembuatan ini namun aku berusaha memperbaiki diri.
Dan tak hanya itu juga kawan semua, kita bisa berbagi mengenai menulis sama-sama dan aku pribadi mengedepankan persaudaraan. So, buat kalian yang mau kenal sama aku dan kita bisa saudaraan silakan pintu terbuka lebar. Salam sukses bersama teman-teman.
YOU ARE READING
PUDAR SENJA
RomanceSENJA sering di kaitkan dengan pesona alam yang tak jarang banyak yang mengabadikan sebuah moment yang berlangsung selama 30 menit saja. Kisah yang teringkas dalam antalogi cerpen bertema PUDAR SENJA memberikan makna tersendiri dalam menyuguhkan pes...