EMPAT

24 1 0
                                    

Yasa yang mendengar perkataan Sia dan melihat gadis itu yang seketika pergi meninggalkannya dan permainan yang telah di tata rapi oleh Sia. Yasa pun mengatur kembali mainan itu dan ditaruhnya di dalam tenda dan pergi mencari Sia. Dia tahu jika sedang marah dengannya Sia pasti akan pergi,jika bukan ke taman belakang panti dia pasti pergi ke tempat anak anak panti yang masih kecil yang sedang bermain bola di lapangan dekat panti yang sengaja dibuat masyarakat yang tinggal disana agar anak anak mereka dapat bermain disana.

Tanpa terkejut sekalipun dia melihat Sia yang ikut bermain bola bersama anak anak panti Mikasa. Yasa tahu Sia pasti akan ikut bermain bersama mereka untuk menyenangkan anak anak yang senasib dengannya.

Dengan rasa yang bersalah. Yasa terus menunggu Sia yang tidak berhenti bermain hingga senja mulai terlihat.
Dia pun menarik tangan Sia seketika dan menjauhkannya dari anak anak yang bermain.

"Loh mau sakit? Loh udah main 3 jam! Hujan udah mau turun"ucap Yasa dengan meninggikan suaranya yang takut jika sahabatnya itu sakit.

"Emang loh peduli! Loh kan udah dewasa. Gue ngak!" ucapnya dengan terus melihat Yasa dan masih marah dengan kejadian di tenda itu.

"Gue peduli! Gue peduli!Gue peduli!
Dan gue minta maaf soal tadi" ucapnya dengan semakin meninggikan suaranya karena hujan yang mulai mengguyur mereka dan suara deras hujan yang meninggi.

dengan masih menatap gadis itu. Yasa langsung memeluknya karena sadar Sia mulai menangis walau tidak terlihat karena hujan yang mengguyur wajah gadis itu.

"Gue takut! Kalo Gue nanti pergi dan loh ngk cukup dewasa buat ngerti Si" gumannya dalam hati yang terus memeluk sahabatnya itu.

Sia hanya terdiam melihat sahabatnya itu. Sia tahu itu bukan pelukan pria ke wanitanya. Melainkan pelukan sahabatnya yang mengerti perasaan dirinya.
Karena setiap kali menangis Yasa selalu memeluknya karena tidak ingin melihat sahabatnya itu terus menangis.

Mengetahui Sia mulai berhenti menangis karena suaranya yang mulai merendah membuatnya melepas pelukannya dan menatap gadis yang dipeluknya tadi.

"Loh udah gak papa? kita harus masuk ke panti.loh dari tadi kena hujan" ucap Yasa dengan menarik tangan Sia pergi dari tempat itu.

"Ngak! Gue mau bilang sesuatu! Sekarang! Disini!"ucap Sia yang menarik tangan Yasa agar berhenti menarik tubuhnya.

"Apa?" ucapnya dengan bingung dan menatap sahabatnya

"Gue tahu klo loh nanti mau pergikan? loh berusaha bikin gue dewasa dan ninggalin gue! Gue tahu Yasa. Gue ngak bodoh! Loh boleh pergi kapanpun yang loh mau! jangan bikin gue jadi bebanloh buat ngejar mimpi dan orang tua loh" ucap sia yang menatap terus sahabatnya itu dan mulai menangis lagi.

Yasa hanya terdiam. Semua yang dikatakan Sia itu benar. dia tidak ingin Sia bergantung terus kepadanya jika nanti pada akhirnya salah satu diantara mereka harus pergi Sia ataupun dirinya dapat merasa terbiasa.

"Tapi loh harus janji! loh ngak akan pergi tanpa ngucapin selamat tinggal dan loh harus kembali. Gak peduli kapan loh balik . loh harus kembali " ucap Sia yang terus menatap sahabatnya.

"Gue janji.Dan gue juga janji gak bakal maksa loh buat dewasa! Maafin gue Si" Ucap yasa yang menaruh tangannya di bahu Gadis itu.

Sia langsung menghapus air matanya dan menarik Yasa ke tengah lapangan dan mulai bermain hujan. Mereka selalu melakukannya jika melihat hujan yang sangat deras. Yasa pun ikut melakukan apa yang dilakukan gadis itu berlari kesana kemari. Dia tahu hujan dapat menenangkan Sia dan dirinya. Dan Sia selalu bahagia ketika bermain hujan walaupun dia selalu sakit setelah bermain hujan.

Maaf yah singkat. 😂

HUJAN KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang