TUJUH

25 2 0
                                    

Sesampainya mereka di panti. Yasa langsung membawa Sia ke kamarnya dan anak panti lainnya. Melihat luka di kaki sahabatnya itu Yasa berlari kecil ke sebuah meja di ujung kamar dan mengambil kotak kecil yang merupakan kotak P3K yang sengaja dibeli oleh Bibi anne untuk waspada jika ada anak panti yang terluka.

Yasa mulai mengobati luka yang berada di kaki sahabatnya. Dengan pelan-pelan mengoleskan obat yang ada dalam kotak ke kaki Sia.

Sia yang menahan sakit saat dioleskan obat di kakinya hanya bisa melihat Yasa yang terlihat sangat khawatir padanya. Dia tidak akan lagi mengeluh jika dia terluka, dia harus bisa seperti Yasa yang sangat bijaksana dalam apapun.

" gue udah olesin obat di kaki loh, sekarang loh ganti baju dan tidur" ucap Yasa yang seperti penasaran kepada Sia tetapi malah berjalan keluar

"Yas, gue tunggu di taman belakang bentar malam" ucap Sia yang menyuruh sahabatnya ketika ingin pergi

Yasa menghentikan langkahnya dan menghampiri gadis itu lagi

"Besok! Loh istirahat dulu" ucap Yasa yang memerintah balik

"ngak mau! Gue mau dengar loh nyanyi" ucap Sia yang tetap kukuh

"Suara gue jelek! Loh cuma mau ngatain gue kan" jawab Yasa yang semakin dekat dengan gadis itu dan memukul dahi gadis itu dengan tangannya

"gak kok! Gue cuma rindu loh nyanyi saat gue sakit" balas sia yang masih terbaring di tempat tidur

"Apalagi suara kodok loh" katanya lagi dengan tertawa keras

Mendengarnya Yasa ikut tertawa hingga ruangan penuh dengan suara mereka. Yasa tidak tahu jika terus bersama Sia jantungnya terus berdetak kencang dan selalu salah  tingkah. Dia mengira ini hanya karena mereka sudah remaja dan SMA

malampun datang. Sepasang sahabat itu bertemu sesuai dengan keinginan Sia. Sia mengeluarkan sebuah permen dan memberikannya kepada Yasa, dan Yasa yang mulai bernyanyi dengan petikan petikan gitarnya. Yang walau Yasa hanya mengetahui beberapa lagu saja, namun dapat membuat Sia tenang.

"Yas. cewek loh nanti beruntung banget ya" ucap Sia yang membuat Yasa menghentikan permainan gitarnya

"kenapa loh bahas itu?" jawab Yasa yang mengerutkan dahinya

"Yas. Kalau besar nanti jangan lupain gue yah" ucap Sia lagi tanpa menjawab perkataan Yasa

"Loh kenapa sih?" balasnya lagi yang tambah penasaran dan memegang bahu sahabatnya

"ngak kenapa-napa" jawab Sia yang langsung memeluk sahabatnya dan tiba-tiba meneteskan air mata di pipinya

Sia yang tiba-tiba memeluknya membuat Yasa tanpa sadar memeluk erat gadis itu

"Apapun masalah loh. gue yakin loh pasti bisa nyelesainnya Si. Walaupun loh ngak mau cerita sama gue" ucap Yasa yang mengerti keadaan hati Gadis yang dia peluk

Sia hanya tersenyum di balik pelukan Yasa.

"Gue bingung sama perasaan gue sama loh yas" gumam sia yang semakin meneteskan air mata walau tidak diketahui oleh Yasa

                           ~*~*~    

Sinar matahari membangunkan Sia yang pertanda bahwa pagi telah datang. Seperti biasa Sia selalu membangunkan Yasa untuk pergi kesekolah bersamanya. Namun hari ini adalah hari dimana Sia akan berlomba cheers di sekolah lain yaitu sekolah yang berada di sebelah sekolah Sia namun dibatasi oleh lorong kecil.

Sia sangat bersemangat. Dia mulai memasukkan pakaian cheers nya untuk lomba nanti dan membawa alat make up untuk merias wajahnya nanti, tak ingin tampil jelek dia mulai menggulung rambut panjangnya dengan alat yang biasa dipakai orang dulu.

Yasa yang merasa Sia terlalu lama di kamarnya merasa khawatir apakah dia sakit dan bibi Anne yang menyuruhnya untuk menyusul Sia.
Yasa pun tiba di depan kamar Sia, Yasa sedikit ragu untuk mengetuk nya di pagi hari khawatir anak panti lainnya akan terbangun. Akhirnya dia langsung membuka pintu dan melihat Sia didepan cermin kecil yang sedang melakukan sesuatu dengan rambutnya.

"loh ngapain. Bibi Anne tunggu loh dari tadi" ucap Yasa yang sedikit berbohong dan langsung menarik tangan Sia karena gadis itu tidak berbalik

Melihat Sia berbeda hari ini dengan wajah yang ditambahi lip ice dan sedikit bedak belum lagi rambut yang terbentuk di bawahnya. Membuat Yasa terdiam dan terus bergumam di dalam hati dan jantungnya agar tidak berdetak.

"Yas. Gue udah cantikkan, kata anak cheers kita harus maksimal buat lomba dan akan ada anak cowok dari sekolah sebelah" ucap Sia yang melihat sahabatnya yang  terus menatapnya

"loh cantik Sia" spontan keluar dari bibir Yasa

haii😊😊

HUJAN KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang