ENAM

14 1 0
                                    

Sudah terbiasa dengan sekolah mereka tetapi Yasa masih sangat kikuk untuk bergaul dengan anak cowok lainnya, dia hanya selalu bersama Sia yang walau Sia selalu meninggalkannya untuk membiarkan Yasa mendapat teman di kelas.

Setiap sepulang sekolah Yasa selalu menunggu Sia di depan gerbang karena Sia yang mengikuti ekstrakurikuler cheers. Sedangkan Yasa tidak mengikuti satu ekskul pun disekolah karena baginya buku-buku  nya lebih menyenangkan.

"Yasa, tunggu gue yah. Janji 10 menit lagi" kata Sia yang keluar dari tempat biasanya anak cheers latihan

"Gue tunggu di depan" ucap Yasa yang langsung pergi

Dengan setengah berlari menggandeng tas sekolahnya dia pun ada di depan Yasa.

"Nih. Minum" ucap Yasa yang memberinya sebotol air putih kepada Sia.

Yasa tahu sejak Sia masuk ke Tim cheers dia selalu mudah capek sepulang sekolah terlebih lagi mereka hanya berjalan kaki untuk sampai ke panti. Dia sudah menyuruh Sia berhenti dari cheers tapi keinginan gadis itu lebih kuat dari ketakutan Yasa. Sehingga Yasa hanya bisa melindunginya dan membantu sebisanya.

Setelah memberi minum dia menarik tas Sia yang sedari tadi menggandeng tasnya di punggungnya. Dan menggandeng tas Sia bersama tasnya di punggungnya.

Sia terkejut melihat perlakuan sahabatnya itu. tetapi Sia tetap diam karena jika melawan pun Sia tahu Yasa melakukan ini karena ingin melindunginya. Tetapi Sia juga wanita. Ketika Yasa melakukan hal hal seperti ini Sia merasa ada yang berbeda dari persahabatan mereka.

Yakin loh ngak mau keluar dari cheers? Loh itu mudah capek Si" ucap Yasa kepada sahabatnya itu yang masih berdiri di depan pagar sekolah

"ngak mau! Masuk cheers itu susah! gue ngak mau selalu baca buku di kelas kek loh" jawabnya dengan penuh tekangan. Karna Yasa yang selalu menyuruhnya keluar dari cheers.

Mendengar perkataan Sia. Yasa hanya diam dan mulai melangkah pergi dari gerbang sekolah  bersama Sia.

"yasa" ucap sia seperti memanggil Yasa untuk melihatnya

"Apa?" jawabnya dengan suara pelan

"Kenapa akhir akhir ini ngak pernah hujan? Gue rindu main hujan sama loh" lanjut Sia dengan tetap berjalan melewati lorong-lorong

Terkejut mendengar sahabatnya itu Yasa menghentikan langkahnya dan menghadap ke Sia.

"Sia loh itu ongol banget sih. Ini kan musim kemarau" ucap Yasa dengan memukul jidat Sia Dengan pelan

"Tapi kenapa ngak pernah hujan? Bukan kah kita juga butuh hujan jika terus panas" Tanyanya lagi dengan polos

"Emang loh segitunya suka hujan? Kenapa?" tanya Yasa yang malah bertanya balik ke Sia

" karna hujan itu menenangkan. selain itu dia mirip loh" ucapnya dengan tertawa kecil di hadapan Yasa yang belum melanjutkan perjalanannya

"Mirip gue?" ucapnya dengan perasaan penasaran terhadap Sia.

Sia hanya terdiam dan berlari- lari kecil mendahului Yasa yang masih terdiam.

"Sia jawab gue" teriaknya yang melihat Sia mulai jauh dan pergi menyusul Sia

Sia hanya memutar tubuhnya menghadap Yasa dan berjalan mundur di lorong itu sambil tertawa melihat Yasa yang kebingungan.

Tanpa melihat ada polisi tidur karena berjalan mundur Sia malah terjatuh karena kakinya tidak dapat melangkah besar untuk melewati polisi tidur itu.

Melihat sahabatnya terjatuh Yasa langsung berlari ke Sia. Tanpa berbicara sedikitpun dia melihat lihat kaki gadis itu yang tergores dengan sedikit darah di bagian yang tergores.
Sia hanya bisa terus berteriak kecil ketika Yasa menyentuh kakinya yang terluka.

"Ada lagi yang sakit selain ini?" ucap Yasa dengan penuh kekhwatiran

"ngak. Cuma ini kok" ucapnya yang ingin berdiri

tanpa bicara apapun lagi Yasa menyerahkan punggungnya untuk Sia naikki.

"Naik" ucap Yasa dengan pelan

" ngak mau" jawab Sia yang menjauh dari Yasa dan terus berjalan kecil walaupun selalu menyentuh kakinya

"Kenapa?" tanyanya yang menyusul Sia

"Karena gue ngak mau nyusahin loh lagi. Ini cuma luka kecil Yas, biarin gue ngak selalu bergantung sama loh" ucapnya dengan penuh tentangan

"Dan gue ngak mau jatuh cinta sama sahabat gue" gumam Sia dalam hati yang takut jika hatinya terus mengharap Yasa dan dapat menghancurkan persahabatan mereka.

"Maafin gue Si" balas Yasa tetapi membantu gadis itu berjalan dengan memegang tangannya.

Semoga suka yah😆😆

HUJAN KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang