Preman Insyaf

21.4K 1.1K 26
                                    

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar" [Al-Ahzab : 70-71]"
---------------------------------------------------

"Ok! Kali ini, gue maafin kalian! Ingat! Jika ini terjadi lagi, akan gue patahkan semua tulang kaki kalian!" ancam Shakila tegas. Gengsi juga, jika harus berdebat dengan anak kecil, lawan yang tak sepadan sama sekali.

Tangan Shakila mengibas. "Kalau gitu gue pergi! Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawabnya pelan.

Haikal mendongakkan kepala menatap Kakaknya kesal, sambil menarik-narik baju koko yang dia kenakan.

"Kak Hisyam? Aku tak suka dengannya. Dia seperti macan. Mengerikan."

Hisyam tersenyum, menunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan adik tampannya. "Kamu harus menyukainya, dia akan jadi keluarga kita nanti."

Wajah Haikal menekuk.

"Aku tak mau punya Kakak ipar galak seperti dia!" kepala Haikal menggeleng-geleng tak sudi. Sedangkan Hisyam, mengacak rambut adiknya gemas.

#Shakila_Pov

Langkahku sudah tak karuan, pikiran kalut, semoga saja tak akan kesurupan. Memikirkan keputusan Ayah sungguh membebani otakku beberapa hari ini. Pilihan yang diberikan tak ada yang membuatku lebih baik. Dua-duanya menyesatkan.

Ya Allah! Beri aku pilihan lain? Setidaknya jangan berikan aku calon suami lulusan pesantren. Menghapal juz tiga puluh saja gelagapan. Bagaimana bisa wanita buruk sepertiku, bisa mendapatkan lelaki terbaik? Oh, tidak! Ini tak boleh terjadi. Kasihan yang sudah memperbaiki bertahun-tahun jika harus bersamaku yang penuh dilumuri dosa.

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Mengacak rambut gusar, frustasi, selalu saja Ayah memutuskan sesuatu sebelah pihak, tanpa memikirkan aku menyukainya atau tidak.

Inilah hidupku! Berada di lingkungan bebas, bersama mereka yang sering dijuluki preman. Apa itu salah? Mengambil jalan hidup yang kusukai. Sayang, Ayah terlalu egois! Sekalipun tak pernah mau mengerti dan memahami keinginanku selama ini. Seandainya Ibu masih ada, mungkin hidupku akan lebih baik.

***

#Flasback

"Ke mana Shakila?!" kulihat Ayah memasuki kamar, setelah tadi mendobrak pintu sampai hampir-hampiran rusak dan membuat jantungku melompat dari tempatnya. Tak menemukan keberadaanku, Ayah menoleh ke belakang. "Cari anakku!" bentak Ayah murka.

Tak lama pengawal ikut masuk ke dalam kamar, mereka mencari ke setiap penjuru kamar. Membuka lemari, melihat kolong ranjang, sampai keranjang cucian berisi baju-baju mereka acak-acak, berpikir kalau diriku bisa saja ada di sana, dan itu pemikiran yang sangat bodoh.

Sedangkan aku masih bertahan di balkon, bergelantungan layaknya Tarzan. Berpegangan kepada tali tambang yang kuikat pada pembatas balkon. Jika kubayangkan, mungkin sekarang aku sama persis seperti Rapunsel, kabur dengan cara turun dari lantai dua dengan menggunakan tali. Atau juga, kemungkinan dulunya aku ini saudaraan dengan Rapunsel hingga punya nasib sama yaitu kabur dari orang tua. Lucu sekali.

"Kami tak menemukannya, Tuan!" lapor salah satu pengawal kepada Ayah.

"Cari ke balkon, siapa tahu putriku ada di sana!" perintah Ayah. Seketika membuatku langsung panik.

Sial! Bagaimana ini? Kulihat ke bawah, masih sangat jauh agar aku bisa menampakkan kaki ke tanah. Loncat juga mana mungkin yang ada Inalillahi. Parahnya, posisiku sekarang ada di tengah-tengah, tanganku juga sudah memerah, terasa sakit, membuatku sedikit meringis.

SHAKILA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang