11 - Alam Bawah Sadar Sinbi

4.8K 793 400
                                    

Sinbi memilih duduk di sofa. Gadis itu tampak blank saat mengingat di mana Jehop membentak dan mengatakan sesuatu padanya.

Dadanya sakit, terasa sesak, namun tidak tahu apa sebabnya. Apalagi saat tiba-tiba setetes airmata turun, mengalir di pipi dan menetes sampai membasahi pakaian yang dia kenakan. Kejadian itu terus berulang hingga Sinbi terisak dan akhirnya menutup wajah dengan kedua tangan.

Gadis itu menangis, tidak tahu karena apa. Yang jelas, dia hanya ingin menangis sekarang.

Di kamar, Jehop tidak bisa menutup kedua kelopak matanya lagi. Berulang kali, dia menatap ke arah pintu kamar dan berharap Sinbi kembali masuk ke dalam. Hampir setengah jam berlalu, tak ada tanda-tanda istrinya itu akan kembali.

Apa dia marah dan akhirnya pergi?

Tapi ... di luar masih hujan deras. Sinbi juga belum mengganti pakaiannya, jadi mana mungkin gadis itu pergi?

Jehop memutuskan untuk keluar kamar dan mencari keberadaan Sinbi. Lelaki itu berjalan ke lantai bawah, melihat ke arah ruang makan, kamar mandi, tetapi dia tidak menemukan Sinbi di sana. Saat Jehop berjalan menuju ruang tamu, langkahnya terhenti saat mendengar suara isak tangis dari ruang tengah.

Lelaki itu kembali memundurkan langkah, matanya menangkap sosok rambut hitam yang tengah duduk membelakanginya di sofa.

Itu Sinbi!

"Sinbi," panggil Jehop saat dia sudah berada di dekat gadis itu. Sinbi langsung mendongak, menatap ke arah laki-laki yang tadi membentaknya sebelum memilih menunduk dan mengusap airmata. "Apa kau menangis karena aku? Demi Tuhan, maafkan aku, Sinbi."

Jehop duduk di bawah, karpet, sembari berhadapan dengan istrinya yang masih duduk di sofa. Sinbi menjauhkan kedua tangannya yang hendak dipegang Jehop, tetapi lelaki itu kembali menariknya untuk kedua kali dan Sinbi akhirnya membiarkan Jehop kini mengenggam kedua tangannya.

Tangan Jehop terasa hangat, bahkan saat kulit tangan mereka tak sengaja saling bersentuhan, semuanya tampak terasa lebih hangat dari suhu normal orang biasa.

Sinbi masih menunduk, menutupi wajah dengan rambut agar Jehop tidak tahu jika wanita itu masih menangis. Sementara Jehop yang duduk di bawah Sinbi, kini menempelkan punggung tangan kurus istrinya ke pipi berulang kali.

"Maaf tidak bisa menjemputmu. Aku lupa mengabari dan mengatakan aku sedang tidak enak badan tadi, lain kali aku akan memberi kabar agar tidak membuatmu menunggu lama."

"Besok-besok kau tidak perlu menjemputku lagi, aku bisa pulang dengan kendaraan lain," ucap Sinbi dengan nada suara agak bergetar.

"Tidak boleh. Kau masih tanggung jawabku. Selama aku mampu melakukannya, aku akan tetap melakukan tugasku," jelas Jehop. "Kau sudah makan belum?"

"Harusnya aku yang menanyakan itu padamu," kata Sinbi.

"Kau lebih penting dari diriku sendiri." Jehop kembali menatap ke arah tangannya yang menggenggam tangan Sinbi. Dia mengelus punggung tangan sang istri dengan ibu jari, kemudian kembali mendongak agar bisa menatap manik mata Sinbi. "Ingin makan apa?"

"Aku sudah makan bersama teman-temanku tadi. Bagaimana denganmu?"

Jehop tersenyum. "Belum, rencananya aku ingin membuat bubur sekarang. Kau mau?"

Sinbi menatap manik mata Jehop sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Buat dan makanlah untukmu sendiri. Aku sudah kenyang."

Jehop menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Baiklah, apa kau mau menemaniku makan malam? Sekali saja, aku hanya ingin melihatmu lebih lama di rumah."

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang