26 - Biar Aku Yang Mengalah

5.9K 830 117
                                    

"Ada apa?" tanya Sinbi setelah dia kembali duduk di hadapan Jehop, menggeser kursinya agak jauh agar tercipta jarak antara mereka.

"Pertanyaanmu tadi membuatku teringat sesuatu."

"Pertanyaan yang mana?"

"Mengenai Eunha," kata Jehop setelah dia mengunyah dan menelan makanannya. "Kemarin malam dia menelponku, nomornya baru. Dia membuang nomor lama hingga tidak ada siapapun yang bisa menghubunginya lagi."

"Lalu? Apa masalahnya denganku?"

"Dia tidak memberitahu di mana dia sekarang. Saat kubilang Jungkook mencarinya dan kondisi lelaki itu kacau sejak dia pergi, dia mematikan telponnya dan sampai sekarang kuhubungi nomor itu tidak aktif lagi."

Sinbi menatap manik mata Jehop. "Setelah ini apa yang ingin kau lakukan, ha? Berusaha membujuk wanita itu agar kembali padahal dia sudah memutuskan untuk pergi?"

"Ya." Jehop mengangguk. "Aku harus membantu keduanya kembali dan mengagalkan niat Eunha untuk menceraikan Jungkook."

Sinbi memutar bolamata sembari melipat kedua tangan ke dada. "Itu masalah mereka. Mau bagaimanapun mereka ke depannya, kau tidak perlu ikut campur. Jika memang Eunha mau bercerai dengan Jungkook ya sudah biarkan saja. Mengapa harus repot-repot mengurusi orang, sih?"

"Aku yakin, mereka sebenarnya masih saling mencintai. Ini semua hanya kesalahpahaman biasa. Bisa saja karena hamil jadi membuat Eunha sensitif dan tidak pikir panjang. Akhirnya dia memilih pergi dan bersikap kekanakan seperti ini."

"Oh, berarti secara tidak langsung kau mengakui jika penyebab Eunha pergi bukan karena aku yang menyuruhnya, kan?"

"Sinbi, mengapa kau terus menyindirku?"

"Tidak, aku hanya mengingatkan saja."

"Aku minta maaf," kata Jehop, akhirnya. "Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu waktu itu, hanya saja karena emosi aku jadi kalap."

Sinbi hanya menatap Jehop tanpa ekspresi dan tidak mengucapkan satu katapun.

"Jujur saja saat kau mengobrol dengan Jungkook, aku pikir kalian sekongkol dan berpura-pura tidak saling mengetahui mengenai masalah Eunha. Tapi ternyata dugaanku salah." Jehop menghela napas lelah. "Adikku sudah seperti mayat hidup tanpa istrinya."

"Aku bicara dengannya untuk bertanya apakah Eunha pergi itu benar atau bohong, dan kau malah memarahiku seperti orang gila di kamar," dumel Sinbi, kesal kalau diingat-ingat. Dia kaget dan takut, jika Jehop menamparnya atau melakukan hal lain, bagaimana? Untung saja Jehop bukan orang yang ringan tangan sekalipun saat dia marah.

"Ya, otakku baru berfungsi dengan baik kembali kemarin malam. Mungkin jika kau tidak pergi ke rumah mama dan membiarkan aku sendiri, sampai saat ini aku masih berpegang teguh pada egoku." Jehop menghela napas. "Sekali lagi, aku minta maaf karena telah menyakitimu."

Mereka saling bertatapan beberapa saat sampai akhirnya Sinbi melepas kontak mata lebih dulu dan bicara, "Lanjutkan makanmu, aku akan pergi."

"Di sini saja, temani aku dulu." Jehop menahan tangan Sinbi, membuat gadis yang hendak pergi itu kembali duduk. "Biar nanti kita keluar dan kembali menghampiri papamu bersama."

Setelah itu, suasana mendadak hening. Jehop kembali melanjutkan makannya dan Sinbi mengedarkan pandangan ke arah lain, kemana saja asal tidak menatap Jehop.

"Uhuk ... uhuk!"

Gadis yang mendengar suara batuk langsung menoleh dan mendapati Jehop tersedak makanannya sendiri. Reflek, gadis itu berdiri dan mengambil gelas kosong yang dia isi air dari dispenser lalu menyerahkannya pada Jehop.

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang