Extra Part 1 - 5 Tahun Pernikahan

7K 802 89
                                    

"Adek, ayo pake popok dulu."

"Ndaaaaa."

Anak berumur dua tahun itu berlari menjauhi Sinbi, membuat sendal yang bisa menyala kelap-kelip itu berbunyi ketika bagian belakangnya diinjak berulang kali.

"Nda mau, Mama. Nda mau," kata Jeana, bayi lucu pasangan Sinbi dan Jehop yang kini sudah bisa bicara dan berlarian ke sana-ke mari.

"Kita ingin pergi, Sayang. Jadi mama memakaikanmu popok agar tidak repot di mobil."

"Ndaaaaa." Lagi-lagi dia menjerit saat Sinbi membuka paksa celana pendek warna hitam yang dia pakai lalu memasukkan kaki Jeana bergantian agar popoknya bisa ditarik ke atas dan terpasang.

"Aduhhhh, sakit, Je." Kepala Sinbi sampai ikut miring saat buah hatinya menarik rambut sang mama dengan kuat, pertanda dia kesal. Jeana menangis, tak mempedulikan keluhan mamanya dan merasa seolah apa yang baru saja Sinbi lakukan adalah sebuah kejahatan.

Jeana tidak suka pakai popok, tapi Mama Sinbi tidak mau mengerti!

"Hei-hei, ini kenapa anak papa menangis, hm?" Jehop yang baru saja datang setelah mandi dan memakai kemejanya di kamar, melihat Jeana masih menjambak rambut mamanya dengan kuat. Sinbi menatap sang suami dengan wajah memelas, memberi kode supaya Jehop mau membantunya karena Sinbi belum bersiap-siap, sibuk mengurusi Jehop dan Jeana. "Hayo, jangan nakal sama mama. Sini-sini sama papa. Uh, anak papa yang cantik jangan menangis."

Jeana sangat menurut dengan Jehop, entah apa yang dilakukan anak itu sampai membuat Sinbi kadang iri. Jeana tidak pernah menjambak rambut Jehop saat sedang kesal atau memukul-mukul sang papa ketika ingin sesuatu, tapi anak itu selalu melakukan hal menyebalkan pada Sinbi. Belum lagi dia juga akan menangis keras bila keinginannya tidak dituruti, kecuali Jehop ada bersamanya. Benar-benar!

"Cup cup, jangan menangis. Kau terlihat menyedihkan."

"Papa, hiks." Bayi Jeana menangis sembari memeluk leher Jehop, menaruh wajah kecilnya di bahu sang papa. Seolah mengadu jika dia tidak suka Mama Sinbi yang suka memaksanya pakai popok.

"Tolong jaga dia, Je. Aku akan mengganti baju dan bersiap-siap."

Selesai dengan urusannya, Sinbi kembali turun ke bawah dan melihat Jeana sudah tertawa-tawa dengan Jehop sambil main boneka.

"Ah, kau senang bersama Papa Jehop, hm?" Sinbi menarik kedua sudut bibir ke atas, sebenarnya sedikit menyindir juga karena Jeana lebih sering bertengkar dengannya daripada akur. Jeana hanya akan menghampiri Sinbi jika ingin minum susu atau jika dia mengantuk.

Jehop berdiri, menggendong Jeana hingga sekarang tinggi mereka bertiga hampir sejajar. "Mama Sinbi marah pada Jeana," kata Jehop, membuat sang anak menatap papanya kemudian mengulang ucapan Jehop.

"Malah?" Maksudnya marah, tapi dia tak bisa mengucapkan huruf R dengan baik.

"Ya. Ayo minta maaf pada Mama Sinbi."

Sinbi pura-pura cemberut, seolah mengiyakan perkataan Jehop.

Jeana kembali menatap sang papa, bingung bagaimana cara meminta maaf pada mamanya.

"Jika Mama Sinbi marah, Jeana harus lakukan hal ini padanya."

Jehop menggunakan satu tangannya untuk menyangga tubuh sang anak dan satu lagi menarik dagu Sinbi. Lelaki itu mengecup bibir Sinbi sekilas, dan tentu saja membuat Sinbi kaget. Apa-apaan ini?

"Ayo, lakukan seperti yang tadi papa lakukan."

Dia mendekatkan tubuh Jeana ke arah Sinbi. Anak kecil itu menaruh kedua telapak tangan di masing-masing pipi Sinbi, lalu memanyunkan bibir dan mencium sang mama.

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang