intro + prolog

7.4K 324 20
                                    

Janu Kamandaka Jayastu

Janu Kamandaka Jayastu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Intania Diva Louie

Minggawa Adriano Dierja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggawa Adriano Dierja

Minggawa Adriano Dierja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekar Ayudisa Kagendra

Phitsamai Phawta Lalisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Phitsamai Phawta Lalisa

Phitsamai Phawta Lalisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoga Arkano Padmana

Yoga Arkano Padmana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vernon Hans

Vernon Hans

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Prolog

Pelajaran sedang berlangsung, sementara seorang gadis bername tag Intania Diva mati matian menahan rasa inginnya untuk membuang air kecil. Kakinya terus bergerak di bawah meja. Ia sudah tidak tahan lagi. Namun apa daya, Bu Rini selaku guru yang sedang mengajar tidak mengizinkan Diva untuk keluar. Alasannya karena Diva sering izin ke toilet namun tidak kembali lagi sampai pelajaran Sejarah selesai.

"Div, sabar, 5 menit lagi," bisik Sekar yang duduk di sebelah Diva.

Diva tidak menghiraukan perkataan Sekar. Yang ia mau hanya pergi ke toilet untuk memenuhi panggilan alam agar ia lega. Kalau tidak punya urat malu, ingin rasanya ia buang air kecil ditempat duduknya sekarang.

Menit demi menit berlalu, akhirnya bel pergantian pelajaran berbunyi. Diva tanpa berkata apa apa lagi langsung tancap gas pergi menuju toilet, padahal Bu Rini belum benar benar mengakhiri pelajaran. Tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi? sudah diujung tanduk.

"Sialan kenapa rusak sih?!" Teriak Diva sembari menendang pintu toilet perempuan yang ada digedung kelas 11. Satu satunya jalan adalah pergi ke toilet kelas 12 karena itu yang paling dekat.

Anjir siapa yang ngedesah? Batin Diva sembari bergidik ngeri. Kini ia sudah berdiri didepan pintu toilet perempuan kelas 12. Oh sungguh Diva tidak perduli dengan sepasang kekasih dan kegiatan mereka. Tapi masalahnya adalah ini di sekolah! Apa mereka gila?

Walaupun menurut Diva itu menggelikan, namun tetap saja ia penasaran. Tiba tiba saja ia tidak merasa kebelet pipis lagi. Perlahan ia membuka pintu toilet agar tidak menimbulkan suara gaduh. Ia mengintip dari celah kecil. Diva melihat dua orang yang tengah asik bercumbu. Satu hal yang membuat Diva makin penasaran adalah, ia seperti familiar dengan postur tubuh cowok yang memunggunginya.

"Eh anjir!" Pekik Diva tanpa sadar saat kedua kekasih itu akan melakukan sesuatu hal yang lebih. Diva membekap mulutnya ketika menyadari betapa bodohnya ia. Buru buru ia berlari pergi dari sana. Sebelum kembali ke kelas, Diva pergi menuju toilet guru terlebih dahulu karena itu yang terdekat dari pada harus pergi ke kelas 10. Satu hal yang pasti bagi Diva, cowok tadi adalah cowok yang sama dengan tebakannya.



To Be Continue

Ephemeral [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang