31. Tanda Tanya

755 83 24
                                    







Haloooo~
Sorry guys kalo ada typo✌🏻









Bau bensin yang bercampur dengan oli menyeruak masuk kedalam indra penciuman seorang cewek yang kini tangan dan kakinya diikat itu. Mata cewek itu tertutupi kain hitam sehingga ia tidak bisa melihat ke sekitarnya dan mulutnya juga diplester. Gaun putih yang seharusnya nampak cantik nan elegan itu sudah tidak berbentuk lagi, robek dimana mana dan ada noda hitam dibagian bawahnya karena terseret.

Sudah hampir 18 jam Diva disekap. Kepalanya pening akibat menangis semalaman. Tubuhnya gemetar. Mental Diva memang sudah dilatih untuk kuat bahkan sejak masih didalam kandungan bundanya, akan tetapi siapa juga yang tidak takut saat diculik? Beberapa hari yang lalu ia beruntung karena ada Mingyu yang menyelamatkannya, lalu beberapa minggu yang lalu ia beruntung karena ada Seungcheol. Lantas sekarang, apakah stok keberuntungan Diva masih ada?

Dor!
Dor!

"Bunda, ayah, Diva takut."

Batin Diva menjerit saat mendengar suara tembakan yang berasal dari luar gedung tempat ia disekap. Diva tidak tahu apa yang sedang terjadi. Berteriak minta tolong pun ia tidak bisa. Ia sudah pasrah jika memang hari ini harus mati. Lagi pula, ada ayah dan bunda yang menunggunya.

Brak!

Suara sesuatu yang seperti dihancurkan itu membuat Diva semakin menangis. Jantungnya berdegup kencang, ia dapat merasakan darahnya mengalir kesekujur tubuh. Dalam hati Diva merapalkan segala doa.

Brak!

Lagi lagi suara itu terdengar hingga membuat Diva terlonjak kaget.

"Diva are you here?!"

Diva terdiam beberapa detik sebelum berteriak sekuat tenaga untuk memberi tahu orang yang berteriak bahwa ia ada ditempat itu.

"Diva?"

Opsi terakhir adalah, Diva menjatuhkan tubuhnya sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring karena kursi yang diikat ke dirinya juga ikut jatuh. Sakit, kepala Diva terhantup lantai, lengannya pun juga begitu. Tapi cara ini cukup ampuh karena Diva mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Bangsat kekunci!"

Ada perasaan lega saat mendengar suara yang itu lagi, suara yang sangat sering Diva dengar beberapa hari belakangan.

"Joshua bisa cari sesuatu buat ngerusak ini gak?"

Iya, itu Hana. Perempuan berparas cantik itu berdiri didepan sebuah ruangan dimana Diva disekap. Dari jendela kecil yang ada di sebelah pintu Hana melihat Diva yang terkulai di lantai dengan penampilan yang bisa dibilang sangat tidak baik. Hati Hana mencelos melihatnya. Ia sangat merasa bersalah karena Diva yang tak tahu apa apa tapi harus menderita karenanya.

Beberapa menit pergi. Joshua kembali dengan sebuah palu ditangannya. Cowok itu merusak gembok besar yang mengunci pintu hingga akhirnya pintu itu dapat terbuka.

"Diva!" Hana langsung menghambur masuk kedalam ruangan dan membuka ikatan tali di tangan dan kaki Diva dengan pisau lipat yang ia bawa.

Joshua melepas kain hitam yang menutupi mata Diva dan juga plester yang membekap mulut adik temannya itu. Wajah Diva benar benar mengerikan, mata bengkak nan sembap, hidungnya yang memerah, dan kepalanya yang berdarah karena terjatuh tadi. Joshua tanpa banyak bicara segera menggendong Diva dipunggung, membawa cewek itu keluar dari gudang oli itu diikuti oleh Hana dibelakangnya.

Matahari sedang terik karena waktu menunjukan pukul 13.07. Hana dengan cekatan melepas jaketnya, menaruhnya diatas kepala Diva agar temannya itu tidak terkena sinar matahari.

Ephemeral [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang