5. Yoga

3.1K 313 37
                                    






↓↓↓




Author
Saat ini, Janu dan Diva sedang duduk di salah satu kursi restoran mewah dan ternama di ibukota. Diva gelisah dalam duduknya, berbanding terbalik dengan Janu yang terlihat sangat tenang.

"Bisa jelasin tadi kalian ngapain?" Tanya orang yang duduk di seberang Janu dan Diva.

"Mama udah liat juga, masih aja nanya!" Kata Janu ketus.

Sebuah sendok langsung saja melayang ke arah Janu. Untungnya cowok bermarga Jayastu itu dengan sigap menangkapnya. "Kamu tuh ya! Gak ada bedanya sama papa kamu!" Kata Mama Janu kesal.

"Ya namanya juga anaknya, jelas mirip lah!"

Rasanya Diva ingin menggembok mulut Janu. Sudah tau mamanya sedang murka, masih aja di jawab setiap perkataannya.

Dasar Janu goblok, diem aja bisa ga sih?! Batin Diva kesal.

Diva memandang Janu tajam. Tangannya bergerak di bawah meja untuk mencubit paha Janu.

"Aw! Sakit div!" Adu Janu sambil mengusap pahanya. Matanya memandang horor Diva.

"Diem!" Perintah Diva.

Janu mengendus sebal lalu kembali menatap kedua orang tuanya. "Mama sama papa ngapain ke apartemen? Tumbenan," kata Janu, masih dengan nada ketusnya.

"Ya jenguk kamu lah! Baru juga dateng, udah di suguhin sama begituan!" Teriak Mama Janu, membuat beberapa orang yang duduk di dekat mereka menoleh.

"Ma, ini tempat umum," peringat Papa Janu yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan antara istri dan anaknya.

Mama Janu menghela nafas berat. "Pa kayaknya kita ga bisa biarin mereka tinggal berdua," ucap Mama Janu, pandangannya masih menatap tajam sang anak.

"Maksudnya?"

"Mama bakalan tinggal di apartemen Janu sampai Minggi pulang."

Sontak perkataan mamanya itu membuat Janu terbelalak. Nanti kalau mama di apartemen Janu, ia tidak bisa modusin Diva lagi, kira kira begitulah pikiran Janu yeorobun.

"Mah! Apa apaan sih? Enggak!" Kata Janu cepat.

Janu menyenggol kaki ayahnya di bawah meja. Berusaha meminta bantuan dari sang ayah yang sama kardusnya kayak dia.

Semoga papa ngerti batin Janu.

"Nah iya, papa juga ga setuju. Nanti kalau mama di apartemen Janu, papa sama siapa? Papa gamau sendirian!"

Mendengar penuturan sang papa, Janu menghela nafas lega. Sedangkan Diva hanya bisa menyaksikan pertengkaran keluarga Jayastu itu dalam diam.

"Papa i—"

"Udah udah ayok kita makan."

Belum sempat Mama Janu menyelesaikan perkataannya, mulut wanita yang umurnya hampir setengah abad itu langsung di bungkam suaminya dengan sepotong kecil daging steak.

Mama Janu sempat menggerutu sebentar, namun akhirnya ia makan dengan tenang. Diikuti oleh Janu dan Diva yang kemudian ikut menyantap makanannya.

•°|°•

"Ingat ya Janu, kalo mama pergokin kamu kayak gitu lagi, mama potong aset kamu!" Peringat Mama Janu dengan menekan kata 'potong' dan 'aset' yang sukses membuat Janu dan sang papa bergidik ngeri. Dan jangan lupakan Diva yang ikut meringis mendengarnya.

"Diva, kalau Janu apa apain kamu, kasih tau tante ya? Jangan takut sama Janu. Kalo bisa, pas dia apa apain kamu, tandang aja adeknya."

Ephemeral [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang