24. Terkunci

1K 100 32
                                    










yuhuuuuuu~




















Pagi ini jam 8 gue bener bener pergi ke peternakan. Bingung juga mau ngapain. Ini atas usul Aunty Ra yang mengatakan bahwa sebaiknya gue turutin aja dulu maunya kakek selama itu masih dalam batas wajar. Kalo bukan karena Aunty Ra, mana mau gue kesini.

"Hello, are you Intania Diva?" Sapa seorang perempuan yang memakai pakaian kantoran rapi.

"Yes I am," jawab gue.

"Nice to meet you," katanya sambil mengulurkan tangan.

Gue membalas uluran tangan perempuan itu. "Nice to meet you."

"Mr.Louie bilang anda cucunya?"

Gue mengangguk, walau ga ikhlas sih. "Ya."

"Hari ini kamu akan bekerja memberi makan sapi dan domba. Tenang, tidak sendirian kok." Perempuan itu menjeda kalimatnya. "Ada sekelompok anak dari Indonesia yang liburan dan menawarkan diri untuk membantu memberi makan sapi dan domba. Mereka sudah berada di kandang sapi sejak beberapa menit yang lalu."

Gue cuma mengangguk. Perempuan itu menyuruh gue untuk berganti sepatu dan memakai sarung tangan lalu kita pergi ke kandang sapi.

Dari jauh, gue bisa denger suara teriakan teriakan histeris dari dalam kandang. Deja vu. Gue kayak pernah ngalamin hal ini sebelumnya.

"Loh kalian!?" Teriak gue begitu masuk kandang.

Gila anjir ngapain mereka disini? pantesan aja gue kayak pernah ngalamin hal itu sebelumnya.

"Eh Diva," sapa Kak Mahija.

Iya gais Kak Mahija. Anak SVT disini, di depan gue, lagi kasih makan sapi. Dan di paling ujung ada Janu yang ngeliatin gue sambil senyum manis.

Jancu ngapain sih bgst.

"Bukannya kalian udah ngerencanain liburan?" Tanya gue heran.

Yoga mendekati gue terus ngasih rumput ke gue. "Noh kasih makan sapinya."

"Yoga!" Pekik gue kaget saat tiba tiba sapinya makan rumput yang gue pegang. Gue lagi gak sadar dan bisa bisanya Yoga ngarahin tangan gue kedepan mulut sapi.

Hal itu mengundang tawa anak SVT, termasuk Yoga yang kini udah lari ngibrit menjauh dari gue. Sialan tuh anak emang.

"Awas lo Yoga Padmana!"

Gue mendengus, terus mulai ngasih makan sapi pelan pelan.

Lagi enak enak ngasih makan sapinya, tiba tiba ada yang meluk gue dari belakang. Ya gue kaget dong anjir.

Gue menoleh dan mendapati Janu lah pelakunya. "Apaan sih lo?" Tanya gue heran.

Author POV

Masih dalam keterkejutannya, Diva memandang aneh Janu. Ia merasa aneh dengan tingkah cowok itu. Tidakkah cowok itu mendengar apa yang Diva katakan tempo hari? Bahwa Diva tidak ingin berhubungan dengan Janu lagi.

Janu bukannya menjawab malah tersenyum manis lantas melepaskan pelukannya dari Diva dan pergi memberi makan sapi. Entah apa maksud cowok itu.  Yang jelas saat ini Diva sedang mengatur ritme jantungnya yang tiba tiba saja berdegup kencang.

Janu sialan! Maki Diva dalam hati.

Lantas Diva melanjutkan aktivitasnya, yaitu memberi makan sapi. Awalnya ia takut kalau sapi itu memakan tangannya, pemikiran bodoh memang karena sapi kan hewan herbivora. Tapi sekarang, Diva bahkan berani mengelus elus kepala sapi itu.

Ephemeral [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang