Enam

11.2K 566 4
                                    

     Aku melirik Akbar dari sudut mataku . Di samping ku Akbar mengemudikan mobilnya dengan tenang dan dalam diam . Aku masih tidak percaya dengan sikap Akbar pagi ini .tapi , itu membuat senyumku rasanya tidak mau hilang .

***

    "Kakak mulai sekarang berangkat bareng aku aja , papa minjemin mobilnya  selama di luar kota ." Kata Verel di sela-sela kami sarapan . Tadi sebelum  sholat subuh , papa berangkat ke bandara untuk terbang ke luar kota . Untuk melakukan perjalanan bisnis selama kurang lebih satu minggu .jadi , papa meminjamkan mobilnya pada Verel untuk sekalian mengantar dan menjemput ku dari kampus .
   Karena aku sudah bilang kalau aku masih trauma untuk berkendara setelah kecelakaan itu .

       Aku mengangguk paham ."nanti pulangnya kalau nggak bisa jemput nggak apa-apa,  kakak nebeng sama Fani atau Yumi aja ". Kataku . Karena aku mengerti dengan jadwal sekolah Verel.  Di hari-hari menjelang UN,  dia sangat sibuk . Bahkan nggak jarang kalau dia baru pulang menjelang maghrib .

      "Iya , aku usahain buat jemput kakak "  jawabnya . Lalu meraih tasnya  ."Ya udah yuk berangkat,  ntar aku telat ". Katanya .  Aku menyudahi Makan ku,  lalu meneguk habis susu coklat yang sudah di siapkan mama . Meraih tas selempang ku , lalu meraih tangan mama.

      "Veren berangkat ya ma, Assalamualaikum ". Pamit ku sambil mencium punggung tangan mama,  lalu kedua pipinya . Di lanjutkan oleh Verel.

       "Hati-hati rel , bawa mobilnya "  Mama mengingatkan. Dan di Jawab "Iya " oleh adikku . Setelah kejadian itu , aku merasa mama menaruh kekhawatiran yang lebih padaku .tapi aku berusaha meyakinkan mama agar tidak perlu khawatir,  karena sekarang aku percaya bahwa Allah selalu bersamaku .

    Saat aku tiba di luar rumah,  aku di kejutkan dengan kehadiran Akbar yang sedang berdiri dengan tampan seperti biasa sambil menatapku. 

       "Yuk , berangkat ". Katanya seperti memerintah ku . Aku mengernyitkan dahi sambil melirik Verel yang mengangkat bahunya.

      "Gue bareng Verel aja."

      "Verel bisa telat ke sekolah kalau harus nganter kamu dulu . Jarak kampus sama sekolah Verel itu jauh". Kata nya . Memang benar jaraknya jauh  , tapi ...

Aneh ,,, biasanya aku memang sering berangkat bareng Akbar.  Tapi semenjak aku memutuskan untuk berhijrah,  aku ingin menjaga jarak darinya.  Aku tidak ingin perasaan ini semakin berkembang.  Aku tidak ingin terluka oleh perasaan ku sendiri .

       "Aku tunggu di mobil ". Katanya dengan wajah datar ,  lalu berbalik dan berjalan menuju mobil yang terparkir di depan pagar .aku melirik Verel yang tersenyum lalu mengarahkan dagunya kearah Akbar yang menunggu di depan mobil . Artinya Verel menyuruhku mengikuti Akbar . Sambil memilin ujung khimar panjang  ku , aku berjalan ke tempat Akbar yang sedang menunggu  .

   Ya Allah,  jangan buat cinta itu semakin bermekaran dan berkembang semakin besar  .

***

    "Kamu nggak mau turun? ". Suara Akbar tiba-tiba menyadarkan ku  .aku melirik ke sekeliling,  ternyata selama perjalanan aku melamun sampai nggak sadar kami sudah tiba di kampus .

       Akbar keluar, dan aku mengikutinya.  "Nanti kita ketemu disini ". Katanya sebelum berbalik , dan aku mengangguk mengerti.  Saat baru beberapa langkah , Akbar menghentikan langkahku,  lalu berbalik kearah nya di seberang mobil .  

"Veren .."  Panggil nya.

  "Semangat! . ". Katanya sambil tersenyum padaku . Aku bergeming sambil menatap nya heran . "Saat kamu mengikhlaskan seseorang karena Allah , percayalah Allah pasti akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik". Lanjutnya.  Aku sempat menahan nafas saat senyum itu semakin merekah padaku . Aku mengerti maksud Akbar . Dia memberiku semangat untuk ikhlas melepas Lian .

Bukan Fatimah Az-zahra(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang