EMPAT PULUH LIMA

241 20 0
                                    


Akbar berlari di sepanjang koridor Rumah sakit dengan tergesa-gesa . Sesekali meminta maaf pada pengunjung dan perawat yang tanpa sengaja ia tabrak .

Kemarin , setelah Verel menghubunginya dan mengatakan bahwa istrinya terjatuh dan mengalami pendarahan, sehingga terpaksa harus melakukan operasi di usia kandungan 6 bulan benar-benar membuatnya khawatir , Fokusnya terpecah . Beruntung pak Dahlan , dosen yang mendampinginya mengerti keadaannya dan mengijinkannya untuk pulang lebih dulu .

Jadilah setelah mendapat ijin , Akbar langsung mengepak barang-barangnya dan langsung meluncur ke bandara dan memesan tiket untuk pulang ke Indonesia.

Setelah hampir 7 jam dalam perjalanan, Akbar sampai di tanah air dan langsung meluncur le Rumah sakit setelah dijemput oleh Verel .

Ckleekk

"Assalamu'alaikum ." Akbar langsung mengucapkan salam dengan nafas memburu . Alhasil semua mata kini tertuju padanya . Disana ada ibunya , mertua dan juga Fani .

"Wa'alaikum salam .." jawab mereka serentak .

"Mas... kamu udah pulang ?." Panggil Veren yang tengah berbaring di ranjang dengan mata yang di perban .

"Sayang, kamu enggak usah bangun . Kamu baring aja ." Akbar buru-buru menghampiri Veren yang ingin mendudukkan tubuhnya dengan susah payah .

Veren meraba tangan Akbar , dan mencium punggung tangannya .

"Aku seneng banget kamu udah pulang .."

"Iya ,,, maaf ya aku telat . Aku gak bisa nemenin kamu di saat kamu berjuang demi anak kita ." Ujar Akbar penuh penyesalan .

Veren menggeleng pelan sembari meraba wajah Akbar dan tersenyum simpul . "Enggak apa-apa . Yang penting sekarang kamu udah ada disini . " ujar Veren tenang. "Oh iya mas , anak kita laki-laki . Kata mama ganteng kayak kamu , tapi belum di adzani , kamu adzani ya ?."

"Iya pasti. Makasih ya , kamu benar-benar wanita hebat . Aku benar-benar takut waktu Verel bilang kamu terjatuh dan harus di operasi . Aku bener-bener takut terjadi sesuatu yang buruk sama kamu dan anak kita ."

Akbar mengecup tangan Veren yang berada dalam genggamannya cukup lama . Meluapkan rasa rindu, khawatir dan penyesalan yang menyelimutinya sejak beberapa jam yang lalu .

Lagi-lagi Veren tersenyum simpul ."gak akan terjadi apapun pada kami . 'Kan kamu sendiri yang bilang.. ada Allah yang selalu menjaga kami ." Ujar Veren yang membuat perasaan Akbar mulai tenang .

****

"Ice cream coklat ."

Yumi buru-buru menghapus air matanya saat Verel menyodorkan sebungkus ice cream corneto rasa coklat ke hadapannya .

Yumi mendengus ."lo kira gue anak kecil , dikasih es krim langsung diem ."

Verel tersenyum simpul sambil duduk di kursi kosong di samping Yumi.

"Aneh , kalau kak Veren lagi kesel atau sedih , dia suka kalau di kasih es krim coklat . Tapi kalau kakak kok gak mempan ya ? Padahal 'kan coklat bisa membuat perasaan jadi lebih baik." Kata Verel sembari menggigit es krim cornetonya .

"Coklat bikin gue jerawatan ." Balas Yumi ketus .

Hening .

Verel sibuk dengan es krim di kedua tangannya , sedangkan Yumi sibuk dengan fikirannya sendiri sambil menatap beberapa pengunjung yang hilir mudik di sekitaran taman Rumah Sakit.

"Lo kok gak marah sih ke gue ?." Tanya Yumi sambil melirik Verel di sampingnya .

"Marah buat ?."

Yumi mengangkat kedua bahunya acuh . "Ya karena 'kan gue udah ngebohongin lo. Gue udah nyembunyiin fakta yang sebenarnya dari lo . Jadi seharusnya lo marah atau mungkin benci ke gue kayak yang dilakuin Fani."

Bukan Fatimah Az-zahra(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang