Aku menyentuh dadaku sambil terus beristighfar dengan deraian air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipiku setelah kepergian Akbar. Beruntung di kelas tidak ada orang . Jadi aku tidak perlu menjadi tontonan karena menangis sendirian.
"Astagfirullah hal'adzim, ya Allah" Istighfar tak henti kulantunkan, berharap rasa sesak ini bisa pergi .
"Ya Allah, jika dia bukan jodohku , aku mohon hapuskan rasa cinta ini dari hatiku . Sungguh sakit jika aku harus mencintainya disaat ada hati yang harus dia jaga atas izin-Mu" Aku menutup wajahku yang sudah basah dengan telapak tanganku . Aku ingin berhenti menangis, tapi tidak bisa.
"Ren ... " Buru-buru kuhapus air mataku saat seseorang memanggil ku. Lalu menoleh. Ternyata Suci , teman sekelasku datang bersama seseorang di belakangnya . "Ibu ini nyariin lo"
Aku langsung terkejut dan berdiri saat suci menyingkir, dan menampakkan seorang ibu yang kukenal.
"Tante Rahma ?" Panggilku pada tante Rahma. Mamanya Lian.
Tante Rahma berjalan mendekatiku , meraih tanganku , lalu memelukku "Veren ..." Panggil tante Rahma lirih sambil mengelus punggungku. Aku bisa mendengar suaranya yang serak . Tante Rahma menangis ?
"Tante kenapa ? Kok nangis?" Tanyaku setelah mengurai pelukkan.
"Lian, sayang ..."
Dahiku mengkerut "Lian kenapa tante ?" Tanyaku heran.
***
Aku berjalan perlahan mendekati pintu coklat dihadapanku. Di sampingku, tante Rahma merangkulku dengan sesekali menangis sesegukkan. Seolah takut jika aku akan pergi sebelum menemui putranya .
Ya , saat ini aku sedang berada di Rumah Lian. Tadi tante Rahma sengaja datang mencariku ke kampus karena ingin mengajakku menemui putranya yang saat ini sedang sakit . Atau bisa dibilang sedang kacau .
Saat kutanya kenapa, jawaban tante Rahma membuatku mencelos. "Dia seperti orang linglung semenjak putus sama kamu" Katanya "Lian pengen ketemu kamu" Lanjutnya lagi.
Awalnya aku menolak , tapi aku tidak tega melihat seorang ibu memohon padaku dengan linangan air mata . Akhirnya aku menyetujui permintaannya semata-mata demi tante Rahma .bukan karena Lian.
Aku tersenyum pada Mas Leon , Masnya Lian yang menyambutku bersama istrinya Mbak Windy di depan kamar Lian.
"Makasih ya udah mau dateng" Kata Mbak Windy, kakak ipar Lian yang sedang hamil besar sambil memelukku .
"Iya mbak , sama-sama" Balasku setelah melepas pelukan .
Aku kembali menoleh kearah kamar Lian yang tertutup , Sayup-sayup aku bisa mendengar racauan Lian yang tidak jelas . Tapi satu kata yang bisa aku dengar dengan jelas yaitu namaku . Lian meracau memanggil namaku .
Dengan bismillah , aku memutar knop pintu dan membuka pintu coklat itu .
Cklek
Saat pintu terbuka , alu tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Seketika aku menutup mulutku dengan telapak tangan , Tangisku tak dapat kubendung saat pemandangan di depan mataku menyapa .
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Fatimah Az-zahra(END)
EspiritualJUDUL AWAL "CINTA DALAM DO'A" Dialah Veren Ardina Wijaya, gadis 22 tahun yang memiliki segalanya. Termasuk pacar tampan dan populer seperti Lian Alvaro. namun di lain sisi juga menyimpan sebuah nama yang selalu menghiasi di setiap doanya sejak lama...