"Assalamualaikum" Veren yang tengah menghadap jendela sontak menoleh ke sumber suara. Veren kenal suara itu .
"Wa'alaikum salam" Balasnya sambil tersenyum.
"Kamu dari mana Rel ?" Itu adalah adiknya , Verel.
"Tadi aku sama mama ketemu dokter Alvian, dan katanya hari ini kakak udah boleh pulang" Wajah Veren berubah sumringah dan berseri kala mendengar kata 'pulang '. Veren berjalan cepat kearah tempat tidur sampai tidak menyadari ada tongkat di hadapannya yang membuatnya tersandung dan jatuh.
"Amboi ! Seneng banget kayaknya mau pulang , sampai kesandung gini" Verel membantu kakaknya berdiri dan memberikan tongkat pada Veren yang tengah meraba - raba mencari tongkatnya
Veren mengulum senyumnya "Kakak belum terbiasa Rel" Veren duduk di atas ranjangnya dengan dibantu oleh Verel. Perasaan sedih mulai menyelimutinya.
Verel menghela nafas, lalu menggenggam tangan kakaknya "Kakak yang sabar ya , aku janji . Aku akan cari donor kornea yang cocok buat kakak walau ke ujung dunia sekalipun "Veren tersenyum . Rasanya bahagia memiliki adik yang super perhatian seperti Verel. kalau kata teman-temannya, Verel itu seperti adik rasa pacarnya.
"Dan suatu saat kakak pasti bisa melihat wajah ganteng adik kakak ini lagi" Veren mencibir mendengar kalimat narsis adiknya yang memang ganteng.
"Heleh... narsis kamu"
Keduanya tertawa bersama Setelah Veren menghadiahi sebuah cubitan sayang di pipi Verel. Sampai mama dan kedua sahabatnya datang dan mengajak Veren pulang ke rumah .
***
Mobil Jazz berwarna hitam milik Yumi berhenti di depan pagar rumah keluarga Veren. Mereka memutuskan untuk pulang dengan mobil Yumi . Karena berhubung mobil Veren sedang tahap perbaikan pasca kecelakaan , dan mobil mama Dina ditinggal di rumah sakit .
"Sini kak aku bantu" Verel yang menggunakan motor tiba lebih dulu dan langsung berhambur menghampiri Veren yang baru turun dengan tongkat di tangannya.
Veren menggeleng "Enggak apa-apa, kakak bisa sendiri kok ''Tolak Veren halus lalu membiarkan tongkat hitam itu menuntun jalannya.
Verel yang melihat itu hanya bisa menghela nafas , rasa iba menyelimutinya. Andai ia bisa menggantikan posisi kakaknya .
"Yuk masuk" Fokus Verel terputus saat Yumi menyikutnya "Jangan sampai Veren sadar kalau lo memandang dia dengan pandangan iba kayak gitu"
Verel tersenyum . Dalam hati ia bersyukur, paling tidak kakaknya beruntung karena masih di kelilingi oleh sahabat-sahabat yang begitu menyayanginya.
"Rel , jangan bilang lo terpesona liat gue dari belakang sampai gak bisa gerak !" Gurauan Yumi memang terdengar receh , namun mampu membuat Verel terkikik sendiri .
"Kalau aku terpesona , aku bakal nikahin kakak"
"Heol ..."
****
"Assalamualaikum" Veren yang tengah khusyuk menikmati hembusan angin sore yang memanjakan di tepian kolam sontak menoleh ke sumber suara.
"Wa'alaikum salam, .... Akbar?" Tanyanya meyakinkan.
Akbar mengangguk . Namun segera tersadar kalau Veren tidak akan pernah melihat anggukannya "Iya ini aku , Akbar"
mendengar nama Akbar, perasaan Veren campur aduk . Antara senang, dan juga sedih
Senang karena rasa rindunya selama ini terobati . Suara yang dirindukan nya bisa kembali di dengarnya. Namun di lain sisi ia juga merasa sedih . Karena sekarang dia hanya bisa mendengar suaranya , gadis itu sudah tidak bisa melihat wajah tampan sang cinta diam-diamnya . Wajah yang mulai saat ini hanya akan bisa dilihat melalui angannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Fatimah Az-zahra(END)
EspiritualJUDUL AWAL "CINTA DALAM DO'A" Dialah Veren Ardina Wijaya, gadis 22 tahun yang memiliki segalanya. Termasuk pacar tampan dan populer seperti Lian Alvaro. namun di lain sisi juga menyimpan sebuah nama yang selalu menghiasi di setiap doanya sejak lama...