Sebelas

8.4K 486 0
                                    

Aku berdiri mematung di tengah-tengah taman , bersama kedua sahabatku. Ekspresi kami sama , terkejut . Dengan mata yang terbelalak menatap tak percaya pada sesosok pemuda tampan dan berwibawa di hadapan kami. Di sebelahnya ada pemuda lain , yang tak lain adalah temannya .

"Saya ingin mengkhitbah kamu. " ulangnya lagi .

Aku masih bergeming , masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar .

****
FLASHBACK

''Ahhh " keluh Yumi sambil mendudukkan bokongnya di kursi besi yang berada di tengah-tengah taman. Di ikuti oleh Veren dan Fani .

Seperti biasa , di sela-sela jam kosong kuliahnya , Veren dan kedua sahabat nya biasa menghabiskan waktu untuk sekedar nongkrong di taman.

"Kenapa sih di dunia ini harus ada yang namanya belajar ? . " keluh Fani.

Veren melirik sahabat nya itu dengan tatapan bingung. "Emang lo mau bego terus ? Enggak tau apa-apa? ."

"Ya bukannya bisa baca tulis aja udah cukup ya ?. Orang yang lulus sd aja sekarang udah bisa jadi menteri ." Lanjutnya lagi.

Veren yang mendengar itu hanya menggeleng. "Lo pernah denger pepatah bilang apa ? ." Veren menjeda ."tuntutlah ilmu mulai dari ayunan , sampai ke liang Lahat. Sampai kita mati ."

"Anak sd juga tau kali Ren ." Komentar Yumi.

"Kalau udah tau , kenapa masih ngeluh? Toh kita belajar bukan buat bisa kaya, bukan biar bisa jadi menteri . Tapi belajar itu salah satu ibadah, karena Allah. " Balasnya. Kedua sahabatnya itu hanya mendengus .

"Iya tau ." Cicit Fani . Dan Veren hanya menggeleng mendengar respon sahabatnya itu .

"Assalamualaikum ukhti. " salam itu sontak membuat Veren dan kedua sahabat nya menoleh ke sumber suara . Dan benar saja , di hadapan mereka kini sudah berdiri dua orang pemuda yang mereka kenal sebagai kakak tingkat di fakultas kedokteran.

"Wa'alaikum salam. " Veren menjawab salam itu sambil mengangguk. "Ada apa ya kak ?." Tanyanya.
Walaupun berbeda jurusan, tak ada yang tidak mengenal mereka . Dua pemuda calon dokter yang sedang menjalani masa koas di sebuah Rumah Sakit , namun masih menyempatkan diri untuk menjadi Asdos. Bisa di bilang, mereka adalah idola di kalangan para mahasiswi .

"Kamu Veren 'kan .?" Tanya pemuda yang mengenakan kemeja biru kotak-kotak. Yang seingat Veren, namanya Galang .

Veren mengangguk pelan sambil menunjuk dirinya sendiri. Bingung , bagaimana bisa kakak tingkat yang super populer mengenalnya ?

"Kenalkan, saya Galang. " Katanya menyebut namanya sendiri . "Dan ini ...."

"Kak Azam ." Potong Veren menyebut nama pemuda yang memakai kemeja abu-abu dan kacamata yang berdiri di sebelah Galang . Pemuda itu tersenyum dengan tampan nya . Yang membuat Fani dan Yumi yang sedari tadi menyimak , serasa melambung melihatnya.

"Kalian idola kampus. Gak ada yang enggak kenal kalian disini". Katanya. Azam dan Galang hanya terkikik pelan.

"Bisa aja kamu. " Kata Galang merendah.

Hening sesaat ."Jadi gini, tujuan kami ke sini karena teman saya Azam ingin menyampaikan sesuatu sama kamu. " Kata Galang menunjuk Azam.

Kening Veren mengkerut sambil melirik Azam yang masih bergeming dengan senyum yang tercetak di bibirnya.

"Aku. ? " Tanya Veren menunjuk dirinya sendiri , dan Azam mengangguk .lalu melirik kedua sahabatnya yang mengangkat kedua bahunya .

"Iya , Veren Ardina Wijaya ." Kata Azam menyebut nama lengkapnya.

"Ada apa kak ?." Tanyanya.

"Veren , maaf apa kamu sudah ada yang mengkhitbah? ." Pertanyaan itu sontak membuat Veren dan kedua sahabat nya terkejut .

"Kok ...kakak nanyain itu ?."

"Apa sudah ada ?". Tanya Azam, dan Veren menggeleng pelan .

"Kalau begitu , apa saya boleh ..." jeda tiga detik ." Mengkhitbah kamu ?."

Ekspresi terkejut kembali terlihat dan semakin jelas . Bahkan mata dan mulutnya sudah terbuka saking terkejutnya. Begitu pula dengan sahabat nya.

FLASHBACK OFF

***

"Saya ingin mengkhitbah kamu, Veren. " . Sikutan di perutku membuatku tersadar dari ke terkejutanku. Melirik kearah Yumi yang mengisyaratkan dagunya untuk melihat ke arah kak Azam.

Aku melirik ke arah kak Azam yang masih menanti jawaban ku.

"Hmmm" gumam ku .karena jujur, aku tidak tau harus jawab apa . Khitbahan ini seperti serangan mendadak di tengah peperangan. Tanpa persiapan.

"Hmm, kak maaf ....."

"Kasih Veren waktu ." Sambar Fani tiba-tiba memotong kata-kata ku . "3 hari . Veren bakal kasih jawabannya 3 hari lagi. Iya kan Ren? " Lanjutnya .

Aku melotot kearah Fani yang mengambil keputusan tanpa persetujuan ku .

Aku gelagapan saat kak Azam melihatku dengan ekspresi menuntut jawaban. Lalu kembali menatap Fani yang melotot padaku .

"Iya kak , kasih Veren waktu 3 hari buat mikir ya ?." Kataku akhirnya . Dalam hati aku merutukki sikap Fani yang seenaknya .

"Ya sudah kalau begitu . Saya tunggu 3 hari lagi . Assalamualaikum. " Katanya lalu berpamitan.

"Wa'alaikum salam. " balasku , Fani dan Yumi serempak. Lalu melotot kearah Fani sambil memukul bahunya pelan.

"Lo apa-apaan sih Fan. Pakek nyuruh kak Azam nunggu 3 hari segala .?" Protesku kesal . Padahal tadi aku sudah ingin menolak nya .

"Kenapa ? Tadi pasti lo mau langsung nolak 'kan ?".

"Iya lah . Gue gak mau ngasih dia harapan palsu ." Kataku .

"Ya elah Ren , ngapain di tolak langsung Sih? ". Tanya Yumi menimpali. "Gue setuju sama yang di lakuin Fani. Hasil lo waktu buat mikir ."

"Gue enggak perlu waktu. Gue enggak ada niatan buat nerima khitbahan nya kak Azam. " Balasku.

"Kenapa ?." Tanya Fani.

Karena Akbar. Khitbah yang selama ini gue nanti itu dari Akbar. Ujar ku dalam

"Gue baru kenal kak Azam. "

"Lo Enggak inget cerita kak Aila dan mas ilham ? Mereka cuma ketemu dua kali. Seminggu sebelum pernikahan ." Kata Fani lagi mengingatkan tentang perkenalan indah kak Aila dan mas ilham yang singkat .

Aku bergeming .

"Lagian lo udah lama kenal kak Azam. Idola kampus , Ren ." Timpal Yumi. Mereka seperti bekerja sama memojokkan ku .

"Semua orang di kampus ini juga udah pada tau kak azan itu orang yang kayak gimana. "

"Ganteng , Alim, rajin ibadah , ketua aktivis keagamaan, ramah , pinter , Asdos, calon dokter . Kurang apa lagi coba Ren? ." Kata Fani memaparkan keunggulan kak Azam yang sudah bukan rahasia umum lagi .

"The perfect Imam banget 'kan ? Sesuai kriteria yang lo cari . Calon imam yang bisa membimbing lo ke surga. Udah hadir di depan mata lo ." Lanjutnya menggebu .

Au masih bergeming . Tidak tau harus bilang apa .

Kak Azam memang memenuhi kriteria calon imam yang aku impikan , . Dan aku yakin , dia bisa membimbingku ke surga - Nya.

Tapi , bisakah aku menerima Lamaran nya di saat hatiku masih menaruh harap pada Akbar? .

Apa kak Azam adalah calon imam terbaik yang dikirim Allah untukku dan melepas harapan pada Akbar yang terus melambung tanpa ada tempat untuk berlabuh ?.

Ya Allah, untuk yang terakhir kalinya, apa Akbar benar-benar hanya akan menjadi Fatamorgana ku selamanya ?.

Tbc

Bukan Fatimah Az-zahra(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang