sekitar pukul 2 pagi, gue telfonan dengan kak jae. entah kenapa gue ngerasa sekarang bener-bener takut kehilangan dia, dia salah satu orang yang ngertiin gue.tapi anehnya, kak jae sama sekali biasa aja gitu. kaya gak panik ataupun takut, biasanya kan kalo udah nutupin sesuatu pasti orang keliatan banget gelisahnya.
dan dari sini, gue menangkap dua kemungkinan. pertama, kak jae gak tau kalo ada papanya yang nyusulin dia. kedua, kak jae tau cuma dia berusaha terlihat biasa aja dan nutupin itu dari gue supaya gue gak merasa sedih atau sakit hati.
cukup. kita udah beda agama, jangan lagi beda negara dan menghirup udara yang berbeda juga.
kak jae emang sesayang itu sama gue, sama seperti dia menyayangi dirinya sendiri. he always treats me like he treats himself. he loves me as he loves himself. itu yang gua rasain kalo sama dia.
"ganti jadi video call aja, mau?"
gue mendengus, "lagi jelek"
"kan selalu jelek" kata kak jae sambil terkekeh.
gue pura-pura kesel, "iya deh yang ganteng"
gak lama, layar ponsel gue menampakkan wajah kak jae yang sangat-sangat ngezoom. gue auto panik dong yah.
"kak aku lagi jelek!!!" parah ini gue teriak pas orang rumah udah pada tidur.
kak jae terkekeh, "bentar-bentarㅡ eh gue telfonan dulu diluar"
"iya paham yang kangen mah"
"anjis. ikut boleh gak, bang?"
"gak. ganggu lo"
kak jae grusuk-grusukkan dengan ponsel yang masih menyorot kewajahnya. mana ya kak jae tuh mau disorot dari sudut manapun, tetep aja cakep huhu sedih kenapa pacarnya kaya bibi warteg.
"nahㅡ sampe mana tadi?"
"sampe disini aja ya?"
kak jae ketawa, "lagi ngapain?"
"pake masker ini. kalo mau kelar pms jerawatnya keluaran semua kaya dendam gitu" kak jae nyender sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari, "kakak dimana?"
"di resort kan?"
"aku kira dihotel"
"gakkk. hotel mah sempit, kolamnya bareng lagi. gak suka" katanya dengan jari-jari yang masih setia menyisir rambut coklatnya.
"kakak ngapain sih ke bali?"
"jalan-jalan doang. penat"
"ya tauㅡ maksud akutuh kenapa gak bilang dari kemarin?"
"emang kenapa, mau anterin?" gue menggeleng, "jahat" katanya sambil cemberut gitu, lucu. "surprise sih ke kamu. siapa tau bisa kesini bareng"
"mau ngapain?"
"prewedding?" gue melotot, kak jae malah pasang tampang jahilnya. "gak mau ya?"
"jangan ditanyain"
"pasti mau"
"berisik"
gue masih mengoleskan masker kewajah dengan kak jae lah penonton setianya. sesekali dia nanyain apa fungsi masker tersebut karena bundanya sering pake.
gak heran kalo kak jae ganteng, bunda yoona aja cantik huhu.
"jef, ayo! bucin lo!"
"ntar. masih mau ngobrol"
"yaelah, besok masih bisa. cewek mulu, jodoh juga enggak"
gue tau persis suara siapa itu.
"kecil"
"apaan?"
"udah dulu ya. akㅡ"
gue ngangguk, "pergi sana. jangan sampe lewat makannya! gakpapa gendut yang penting gak busung laper"
"iya. gak bakal lupa kok" gue senyum, "mau cium?"
"gak. jauh"
"eyyy udah nakal ya?"
"berisik"
"i love you" gue tersenyum, "gak akan pernah berubah. sampai kapanpun"
sampe dimana saatnya kita harus berpisah, apakah kamu tetap bilang cinta sama aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
sun and moon, jaehyun. ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT / ADA DI GRAMEDIA] [bahasa ㅡ au] LDR yang rumit itu bukan LDR yang beda kota atau negara, tapi LDR yang beda rumah ibadah. ©jeno-ly, 2018.