Setelah pulang sekolah Nesa langsung ganti pakaian.
"Mau kemana Nes?", tanya Ibu Desi.
"Mau ketoko buku bu".
"Sama siapa?, Mona?".
"Bukan bu sama kak Farel kakak kelas yang waktu itu pernah nganterin Nesa sih bu".
Ibu Desi hanya mengangguk mengerti sambil mengingat ingat.
"Eh itu bu kak Farel udah jemput Nesa pamit pergi dulu bu".
"Naik motornya hati hati ya jangat ngebut ngebut".
"Iya tante kami pergi dulu", jawab kak Farel sambil tersenyum.
Sampailah disebuah toko buku yang lunayan besar, disana juga terdapat tempat untuk membaca buku buku yang yang ruangannya terbuat dari kaca sehingga orang yang berada dilamnya bisa terlihat dari luar.
kak Farel dan Nesa pun mulai memasuki toko tersebut.
Saat kak Farel sedang mencari buku UN nesa ikut melihat buku buku dan kemudian membacanya.
"Kak aku tunggu di ruangan baca itu ya kak, nanti kalau udah selasai pangil panggil Nesa".
"Oh iya", jawab kak Farel sambil mencari cari buku kembali.
Setelah lama kak Farel mencari akhirnya menemukan buku UN yang dia cari kemudian kak Farel menghampiri Nesa diruangan baca.
Namun saat kak Farel menghampiri Nesa ternyata disana Nesa sedang tertidur dengan buku yang dibaca Nesa menjadi alas kepalan tidurnya.
Kak Farel hanya bisa tersenyum manis melihat Nesa tertidur.
Kak Farel pun mengambil buku yang sedang dibaca oleh Nesa dan menggantikan alas kepala dengan tas kak Farel.
Saat membaca buku yang Nesa ambil itu kak Farel hanya bisa memandangi Nesa sambil berfikir sesuatu.
"Hmmm, tadi aku tidur ya ka?". Tanya Nesa panik.
Kak Farel pun kembali tersenyum.
"Maaf ya kak tadi Nesa ketiduran".
"Nggak apa apa kok, ayo kita pulang".
Saat Nesa ingin berdiri dari duduknya tiba tida ada suara.
"Kruyuk kruyuk..."
Perut Nesa berbuyi dan membuat kak Farel terdiam, Nesa merasa malu karena perutnya tidak bisa di ajak kerjasama.
"Nesa kamu lapar ya?".
Nesa hanya tersenyum malu sembari memegang perutnya.
"Yaudah ayo kita ke tempat makan dulu", ajak Kak Farel.
"Eh gak usah kak lagian kita mau pulang jadi Nesa makan dirumah aja takut ngerepotin".
"Yaelah Nesa kan kamu makan pake uang sendiri kenapa bisa aku yang direpotin?". Jawab kak Farel sambil melanjutkan jalannya dan tersenyum miring.
"Eh iya iya".
"Aku kira mau dibayarin sedih hiks", suara dalam hati Nesa.
Setibanya di rumah makan Nesa dan Kak Farel segera memakan pesananya itu karena waktu sudah mulai sore.
Saat Nesa mau membayar makannya kak Farel menghentikan itu dan dia malah membayar semua makanan yang aku pesan.
"Udah uangnya simpan lagi aja, kakak yang bayarin".
Setelah itu mereka pulang dan kak Farel langsung menghantar Nesa kerumahnya.
"Makasih kak atas traktirannya tadi", ucap Nesa setelah turun dari motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusi Cinta
Fiksi RemajaTerimakasih karena sempat hadir dikehidupanku dengan sebuah luka dan goresan dihatiku, karena itu menjadi bukti dari kehadiranmu yang nyata. Dan hal itu tidak menjadi masalah, aku masih bisa tersenyum dan mampu menjalani kehidupanku dengan seseorang...