3 | Kafe [R]

2.3K 118 5
                                    

"Pagi, Ra." ucap Athif yang sudah berada didepan gerbang rumah Ara. Alih-alih tercengang, Ara malah memutar bola matanya-merasa malas.

"Ngapain?" ucap Ara sinis.

"Jemput bidadari gue lah."

"Alay."

"Dih jangan gitu. Aslinya seneng kan lo. Ya kan, ya kan?" goda Athif sambil menaik turunkan alisnya.

"Menjijikkan." jawab Ara lalu masuk ke dalam mobil untuk berangkat sekolah dan meninggalkan Athif sendirian di depan gerbang rumahnya.

"Anjas! Sadis bener! Masak cowok ganteng kek gue ditinggal sendirian!" ujar Athif sambil mendesis kesal lalu memakai helmnya dan melajukan motornya menuju sekolah.

•••

"Selamat pagi lagi, tuan puteri." sapa Athif saat bertemu Ara di koridor.

"Pagi." jawab Ara sambil tetap berjalan.

"Duh suaranya, manis banget." gemas Athif.

"Loh, mau kemana Ra? Kelas kita sini, woi!"ujar Athif saat Ara berlalu begitu saja.

"Suka-suka gue." ketus Ara.

"Duh, tambah manis deh kalau ketus gitu." ujar Athif sambil menaik-turunkan alisnya. "Eh, iya-iya. Sini masuk dulu!" ujar Athif lagi lalu mencekal tangan Ara dan menyeretnya masuk.

"Ngapain sih!? Gue lagi males!" ketus Ara.

"Absen dulu. Ntar baru boleh bolos," ujar Athif lalu mendekat kemeja guru dan mengambil buku absen. "Buruan tanda tangan." lanjutnya lalu menyerahkan buku absen tadi.

Ara pun menurut.

"Nah kalau gini baru, ayo bolos." ujar Athif dengan semangat 45.

"Ayo?" gumam Ara.

"Iya gue ngajak lo! Gue tau tempat biar lo nggak ngantuk."

Dan Ara pun hanya pasrah saat Athif kembali menarik tangannya.

•••

"Kok kayak nggak asing ya?" gumam Ara saat mereka berhenti di sebuah kafe.

"Ayo masuk." ujar Athif lalu berjalan mendahului Ara.

"Selamat pagi, bunda." ujar Athif sambil memeluk dari belakang seorang perempuan yang tengah berada di meja kasir.

"Bolos lagi?" kesal Abrianna.

"Kan udah absen, bunda." jawaban tersebut sudah dihafal Abrianna di luar kepala.

"Ya, ya, terserah kamu."

"Eh ini siapa?" tanya Abrianna saat ada seorang gadis yang berdiri di samping Athif.

"Calon pacar Athif, bunda." bisik Athif yang masih di dengar Ara. Dan Ara hanya bisa mendengus malas.

"Hai, cantik." sapa Abrianna ramah sambil merangkul Ara.

Ara tertegun. Ia tak pernah dirangkul perempuan dewasa apalagi yang sudah berstatus ibu. Mamanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Ah, h-hai, tante." jawab Ara kikuk.

"Bunda aja sayang." ujar Abrianna sambil menuntun Ara untuk duduk. Sementara Athif malah mengerucutkan bibirnya--merasa kesal, karena bundanya tak mempersilahkan dia duduk juga.

"Bunda, Athif nggak disuruh duduk juga?" tanya Athif manja.

"Haha! Iya sayang, duduk aja." Abrianna terkekeh melihat tingkah manja putranya.

"Nama kamu siapa sayang?" tanya Abrianna pada Ara yang kini duduk disampingnya.

"Ara tan--"

"Bunda." potong Abrianna.

"Ara bun-da."

"Kamu pacarnya Athif ya?" tanya Abrianna sambil melirik Athif.

"Bunda apa sih!" kesal Athif dengan pipinya yang memerah.

"Iya iya!" ujar Abrianna sambil terkekeh.

"Kamu mau pesan apa sayang?" tanya Abrianna sambil mengelus rambut panjang Ara.

"Apa aja bunda."

"Bunda nggak nanyain Athif?" tanya Athif manja.

"Bunda kan tau apa masakan kesukaan anak bunda yang tersayang ini." ujar Abrianna yang membuat Athif memasang senyum lebarnya. "Ya udah, buat kalian nih, bunda buatin dulu ya."

Mereka kompak mengangguk.

•••

"Udah makannya?" tanya Athif saat Ara meneguk jusnya.

"Udah." jawab Ara dengan kebingungan saat melihat ekspresi Athif yang mengeras.

"Ya udah, ayo pulang." ujar Athif dengan nada seperti menahan amarah.

Ara mengikuti Athif yang berjalan menuju pintu. Tapi anehnya, Athif langsung melewati kasir, padahal ada Abrianna disana.

Ara menengok ke belakang. Dan kemunculan seseorang di hadapan Abrianna membuat Ara terkejut.

Laki-laki itu, yang Ara lihat saat hendak jalan kaki dari halte bus.

Laki-laki itu, sepertinya Ara mengenalnya..

Ara hendak berlari mendekat laki-laki itu, ia ingin memastikan apakah ia kenal dengan laki-laki itu. Tapi, tangannya dicekal begitu erat oleh Athif.

"Ayo pulang." ujar Athif penuh penekanan.

Dan Ara hanya diam tak memberontak, karena tubuhnya masih kaku.

•••

Sepanjang perjalanan, Athif hanya diam saja. Hal yang sangat jarang.

"Lo kenapa?" tanya Ara ragu.

"Nggak apa-apa." ketus Athif.

Ara hanya menghela nafas lalu memilih diam.

Sampai akhirnya sudah sampai di depan rumahnya.

"Mak--" ucapan Ara terhenti saat Athif langsung menjalankan motornya menjauh.

•••

Note :

Ini kayaknya part terpendek deh, wkkw. Maaf ya. Pengen up aja, maaf emang labil anaknya, mwehe.

Tertanda,
28 Oktober 2018

Tertanda,28 Oktober 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Athif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang