20 | Isam [R]

1.2K 60 0
                                    

"Bunda.." panggil Athif lesu.

"Iya sayang, ada apa? Bunda di dapur." jawab Abrianna setengah berteriak.

"Athif mau sekolah." ucap Athif saat sudah di dapur sambil memeluk sang Bunda dari belakang. Abrianna berbalik, menangkup pipi Athif lalu menjawab, "badan kamu masih panas."

"Daripada nanti di sekolah cuma bolos mending nggak usah sekolah." lanjut Abrianna membuat Athif nyengir lalu memeluk sang Bunda.

"Cuma mau ketemu Ara, Bunda." jawab Athif yang saat ini tengah memejamkan matanya.

"Ya udah. Tapi habis itu, pulang ya. Bunda tau kamu cuma mau bolos." ucap Abrianna sambil menjawil gemas hidung Athif, lagi-lagi Athif hanya nyengir. Setelah itu mencium pipi sang Bunda yang dibalas Abrianna dengan kecupan di dahi.

Setelah menerima bekal dari sang Bunda, Athif segera melajukan motornya menuju sekolah.

Tak butuh waktu lama, Athif akhirnya sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motornya ia segera menghubungi Ara.

Athif : Ra, dimana?

Ara : Di kelas. Ada apa?

Athif : Nggak. Masih pusing?

Ara : Enggak kok, kenapa sih Ath?

Athif : Ke taman belakang ya. Aku tungguin.

Athif melamun, sesungguhnya ia merasa bersalah kepada Ayahnya tapi ia pikir Ayahnya juga keterlaluan. Apalagi sampai hendak melukai sang Bunda.

Athif terlalu asik melamun hingga ia tersentak ketika merasakan tangan seseorang membelai lembut rambutnya. "Loh? Badan kamu anget loh, Ath." sapa perempuan itu. "Tumbenan masuk." lanjutnya.

"Kangen kamu, abisnya, Ra." jawab Athif sambil menarik pelan tubuh Ara.

"Aneh-aneh aja." Ara geleng kepala.

"Kamu masih pusing?" tanya Athif tanpa melepaskan pelukan mereka. Ara menggeleng membuat Athif bernafas lega. "Kamu ya yang pusing?" tanya Ara balik. Athif menggumam, membuat Ara berganti mendesah lelah.

"Kamu ini, ngeyel banget emang." kesal Ara sambil mengelus rambut Athif. "Kamu kenapa jadi manis banget sih?" tanya Athif gemas sekaligus senang.

"Karena kamu selalu baik sama aku." jawab Ara sambil mencium cepat pipi Athif dan segera berlari.

Athif tertegun sedangkan Ara berlari sambil menangkup pipinya.

"Ara!? Kamu cium aku?" teriak Athif senang sambil tersenyum malu-malu.

"Najis, Yan. Najis. Temen lo, mesam mesem sendiri." ejek Endra.

"Iya nih, gara-gara sama Ara jadi lupa masih punya satu temen sama satu babu, dia." jawab Ian ikut nimbrung.

"Ye babi, lo kan babu nya?" kesal Endra. Ian geleng kepala lalu menunjuk Endra membuat Endra mencak-mencak sedangkan Ian tertawa.

Mereka bercanda sambil berjalan menuju kelas. Tapi saat sampai di kelas Ara malah tidak ada. Segera, Athif mengirim pesan pada Ara.

Athif : Ra, kamu kemana?

Ara : Ada apa?

Athif :  Kemana?

Ara : Di rumah, Ath. Kenapa?

Athif : Pusing lagi kamu? Aku perlu ke rumah?

Ara : Nggak, Ath. Ada apa sih?

Athif : Aku jemput sekarang ya, kita ke kafe Bunda.

Athif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang