14 | Cium [R]

1.4K 62 5
                                    

Athif melihat pergelangan tangannya yang menggunakan jam, pukul dua lebih. Lalu matanya beralih pada perempuan yang tangannya sedang ia genggam, refleks Athif tersenyum manis.

"Kenapa?" tanya Ara yang merasa diperhatikan Athif.

"Pulang yuk." jawab Athif sambil mengelus lembut rambut Ara. Ara hanya mengangguk. Dan mereka pun berjalan menuju mobil.

"Kenapa Ra? Dingin?" tanya Athif saat melihat Ara sedang memeluk tubuhnya sendiri--saat mereka sudah di dalam mobil.

"Lain kali, jangan pake baju ini." ucap Athif--saat baru menyadari bahwa pakaian Ara memperlihatkan bahu gadis itu--lalu tanpa pikir panjang mengambil jaketnya di jok belakang dan memakaikannya pada tubuh Ara.

"Gue nggak dingin Ath." ucap Ara sambil bergerak melepaskan jaket Athif.

"Udah nggak pa-pa. Pake aja, ya?" jawab Athif sambil tersenyum dan melajukan mobilnya.

"Makasih." ucap Ara saat sudah di depan rumahnya.

"Sama-sama." jawab Athif. Mereka berpandangan beberapa saat, tapi Ara mengalihkan pandangannya terlebih dahulu karena pipinya sudah memanas.

"Em.. gue.. masuk dulu ya?" tanya Ara canggung. Dan tanpa menunggu jawaban, Ara bergegas masuk. Tapi panggilan Athif menghentikannya. "Ra?" panggil Athif.

"Ya?"

"Sini deh." ucap Athif sambil menarik tangan Ara mendekat.

"Ken--kenapa?" tanya Ara kikuk, jarak muka mereka cukup dekat.

"Gue boleh cium lo?" bisik Athif lembut.

"Ci--cium gu--gue?" tanya Ara gugup.

"Iya. Boleh?"

"Eng--bol--leh." jawab Ara bebarengan dengan pipinya yang bersemu merah. Athif mendekatkan wajahnya, lalu menempelkan bibirnya pada dahi Ara, cukup lama. Ara yang malu segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya membuat Athif terkikik geli.

"Heh, kenapa ditutupin sih?" tanya Athif lalu cekikikan.

"Malu tau, Ath!" rengeknya yang semakin membuat Athif tertawa. Dengan perlahan, Athif menurunkan kedua tangan Ara yang menutupi wajahnya dan memeluk Ara. Sesekali mencium puncak kepala gadis itu.

"Good night, Princess." bisik Athif lalu menguraikan pelukan mereka. Dan setelah itu Ara benar-benar masuk rumah.

•••

Ponsel Athif bergetar. Membuat Athif yang sedang sarapan langsung mengangkat telpon itu. Sekilas Athif mengeryitkan dahi saat yang ia lihat di layar handphonenya nomor tidak di kenal. Tapi Athif memilih mengangkat telpon itu setelah ia mendapat pesan bahwa itu Aijaz.

"Cepet ke rumah gue. Ara sakit." Aijaz berujar cepat dengan nada khawatir lalu segera mematikan telponnya.

Athif ikut khawatir lalu mengambil kunci dan bergegegas keluar. "Mau kemana?" suara dingin abangnya menyapa.

"Ke rumah Ara." jawab Athif cepat hingga tak menyadari perubahan raut wajah Abrisam.

"Ara?" gumam Abrisam dengan suara bergetar. "Ah, nama Ara kan banyak." racau Abrisam lalu tertawa paksa.

•••

Setelah sampai di depan rumah Ara, Athif segera masuk. Untung ada sang Bibi yang mempersilahkannya masuk ke dalam kamar Ara.

Athif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang