30. Ngidam

20K 1.1K 4
                                    

"Maafin aku ya ya ya. Aku tadi beneran makan di aqiqah anaknya temen aku si Dafa".

Gio sedang membujuk Syifa yang merajuk karena Gio makan di luar. Sejak kehamilannya Syifa gampang sekali merajuk, sensitif juga dengan Gio.

"Yaudah aku makan lagi deh iya aku makan lagi masakan kamu"
Bujuk Gio lagi setelah Syifa masih saja diam.

Gio mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, sayur sop, perkedel buatan Syifa. Kemudian ia memakannya dengan lahap, padahal perutnya sudah sangat kenyang.

"Kamu belum makan juga kan. Sini aku suapin, sini dong temenin aku makan masa aku makan sendiri"

"Bilang aja biar makanannya tinggal dikit kamu suapin ke aku kan. Masakan aku nggak enak kan, udah nggak usah makan biar aku buang aja"
Kata Syifa masih dengan ekspresi cemberut dan mata yang berkaca-kaca.

"Enggak sayang enggak. Ya kan kamu juga belum makan, kamu nungguin aku kan. Nanti kalo kamu nggak makan kasihan Babynya dong. Ya, makan ya abis itu aku bikinin susu terus kita bobok"

Gio berhasil membujuk Syifa, ia pindah duduk di dekat Gio. Tiba-tiba saja sendok di piring Gio tidak sengaja tersenggol dan jatuh.

"Kamu marah ya" tuduh syifa.

"Nggak tadi kesenggol sendoknya".

"Bilang aja kamu marah kan sama aku, kesel kan sama aku. Iya kan iya kan"

Gio sudah semakin jengkel tapi ia harus bisa mengontrol agar tak termakan kebawelan ibu hamil.

"Ya Allah Ya Robbi Ya Rohman Ya Rohim Ya Malik. Nggak sayang aku nggak marah emang tadi beneran sendoknya kesenggol tangan aku"

"Udah sini haak" Gio menyuapkan nasi dan diterima oleh mulut Syifa dengan bacaan basmalah.

Setelah selesai makan malam, Gio beranjak ke dapur membuatkan susu ibu hamil untuk Syifa.

Dikehamilannya yang masih terbilang muda, Syifa adalah ibu hamil yang kuat. Dia jarang sekali muntah tapi keadaan emosinya yang kurang stabil membuat Syifa mudah sekali menangis, ngambek, atau ngomel-ngomel pada Gio. Untung saja Gio selalu sabar menghadapi istrinya.

Setelah meminum susu, mereka berdua tidur. Dan satu hal baru, Syifa tidak akan bisa tidur jika Gio tidak mengelus rambut Syifa. Mungkin semua yang dialami Syifa adalah bawaan bayi yang di kandungnya.

***
Pukul 00:00 Syifa terbangun dari tidurnya. Ia membangunkan Gio yang sedang tertidur pulas.

"Gio, Tahajud yuk" kata Syifa sambil menggoyang-goyangkan tubuh Gio.

"Jam berapa?" Tanya Gio dengan mata terpejam.

"Jam 12"

"Nanti aja jam 3 sekalian sholat subuh"

"Iiihh sekarang aja abis itu kita keluar ya aku pengen makan sate kelinci"

Gio langsung bangun dari tidurnya.

"Mana ada disini sate kelinci sayang. Adanya tuh di malang, sekalipun ada jam segini juga masih tutup"

"Uda deh kita sholat dulu abis itu kita cari" paksa Gio kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk wudhu.

Setelah selsai sholat tahajud Syifa dan Gio menuju garasi untuk mengambil mobil. Kemudian Gio melajukan mobilnya tak tau arah. Entah bagaimana caranya dia bisa menemukan sate kelinci dan pada jam segini.

"Coba deh kamu cari di internet sate kelinci sekitar sini" kata Gio.

Syifa memainkan ponselnya mencari warung sate kelinci.

"Ada ada ada. Ini nih" Syifa menunjukkan ponselnya pada Gio. Gio memutar balik mobilnya menuju alamat sate kelinci yang tertera di internet. Jaraknya cukup jauh sekitar 4kilo dari posisi mereka sekarang. Dengan mata yang memerah karena tidur yang terganggu Gio tetap menuruti permintaan istrinya.

Setelah sampai di tujuan ternyata warungnya tutup.

"Tutup sayang, tuh lihat buka jam 6 pagi sampai jam 9 malem".

"Yaudah ini kan udah jam 2 pasti orangnya udah bangun siap-siap, kita ketok aja pintunya"

"Ya Allah sayang"

"Gio yang minta babynya bukan aku. Kamu mau anak kamj ngeces terus gitu, mau iya mau?"
Syifa memasang wajah melas seperti anak kecil yang minta di belikan balon, berharap Gio menuruti permintaanya.

"Ya nggak lah, yaudah yaudah kita turun".

Gio dan Syifa menuju pintu warung yang gabung dengan rumah penjualnya.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh"

"Waalaikumsalam" suara seorang bapak-bapak yang menjawab salam. Kemudian membukakan pintu.

"Ada apa mas mbak?"

"Sate kelincinya ada mas?"

"Masih di siapin di dalam. Buka jam 6 pagi mas"

"Gini pak istri saya kan lagi hamil, dia lagi ngidam sate kelinci boleh nggak saya beli sekarang" bujuk Gio pada bapak penjual sate kelinci.

"Oh. Yaudah masuk aja mas, saya bakarkan di dalam. Mbaknya mari masuk mbak"

"Ehmm tunggu pak biar dibantuin suami saya bakarnya pak" kata Syifa. Gio nampak bingung dengan ucapan Syifa, kemudian Syifa berbisik di telinga Gio.

"Aku mau kamu yang masakin. Udah buruan"

Gio mengikuti bapak itu ke dapur untuk ikut mengolah sate kelinci permintaan Syifa. Lelah tapi harus dijadikan lillah sebab ini adalah cara Allah menguji kesabaran Gio sebagai seorang suami apalagi akan menjadi bapak nanti.

"Sabar mas orang hamil ya memang begitu, di turuti saja jangan sambil emosi" tutur bapak penjual sate sambil menyiapkan bumbu sate sementara Gio mengipasi arang yang diatasnya terdapat beberapa tusuk sate.

"Iya pak, InsyaAllah masih bisa sabar"

"Dulu istri saya juga begitu, malah aku di suruh nangkap burung sore-sore"

"Hehe. Terus istri bapak sekarang dimana masih tidur?"

"Istri saya sudah meninggal mas, waktu melahirkan anak saya dulu"

"Oh maaf pak saya nggak tahu, sekali lagi saya minta maaf pak"

"Iya tidak papa, makanya masnya dijaga baik-baik istrinya"

Mendengar perkataan bapaknya, Gio jadi mencemaskan Syifa. Namun dengan cepat Gio menepis pikiran negatif itu.

Setelah selesai membuat Sate, Gio membawa satu piring yang berisi beberapa tusuk sate dan nasi. Syifa menyambutnya dengan senyum yang merekah.

"Makasih ya suamiku sayang"

Dengan lahapnya syifa memakan sate buatan Gio dan Bapak.

CADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang