34. Trimakasih Ayah

16.9K 1.1K 4
                                    

Mengapresiasi karya orang lain sama dengan menanam bibit apresiasi orang lain terhadap karyamu.
Vote vote vote........

Coment coment coment.......

"Benturan di punggung bayi cukup keras membuat tulang belakangnya cedera dan berdampak pada Syaraf mata yang menyebabkan bayi itu mengalami kebutaan" jelas seorang dokter yang menangani Shezan.

"Apa tidak ada obat untuk menyembuhkan dok?" Tanya Gio.

"Operasi mata pada bayi yang belum genap 1 bulan sangat berbahaya, dan kita juga memerlukan pendonor kornea. Sebaiknya kita tunggu sampai dia besar dan mendapatkan donor". Jelas dokter itu lagi.

"Gimana ini Gio?" Tanya Syifa dengan berurai air mata.

Shezan putri satu-satunya yang sangat ia dambakan kehadirannya harus menerima nasib buruk. Matanya tak dapat melihat keindahan dunia. Syifa sebagai seorang bunda yang telah berjuang melahirkannya ke dunia merasa sangat terpukul dengan apa yang dialami oleh buah hatinya. Ia tak  rela melihat buah hatinya terlahir cacat.

Gio meraih tubuh Syifa dan memeluknya. Sejujurnya hatinya juga hancur melihat sang buah hati yang harus mengalami cacat mata. Tapi bagaimanapun ia tak boleh memperlihatkan kegalauannya yang begitu dalam kepada semua orang. Yang harus Gio lakukan saat ini adalah tegar dan berusaha menenangkan sang istri. Jika memang Allah masih memberikan jalan dan kemudahan tentang apa yang ia hadapi InsyaAllah akan diberi kesembuhan.

"Baik dok trimakasih" pamit Gio, kemudian membawa Syifa keluar dari ruangan.

***

"Aku ikhlas mendonorkan mataku untuk anakku Gio" kata Syifa di keheningan malam sambil menjaga bayi mereka.

"Kamu nggak boleh seperti itu sayang" cegah Gio.

"Aku sudah melihat isi dunia Gio. Semua aku sudah tahu wajah kamu, wajah Mama, Wajah Papa, Bunda, Ayah semua aku sudah tahu. Sedangkan dia, dia belum pernah melihat indahnya dunia Gio. Biar dia bisa melihat bagaimana wajah ayah dan ibunya. Bagaimana aku tega melihat anakku seperti itu. "

"Aku tahu bagaimana rasa khawatir kamu. Akupun merasakan hal yang sama Syifa, aku juga sempat berfikir untuk memberikan mataku pada anakku. Tapi aku berfikir, jika aku memberikan mataku untuk anakku memang dia bisa melihat. Tapi bagaimana tugasku sebagai seorang ayah yang diwajibkan mencarikan nafkah untuk anak istriku. Apa kau tidak berfikir jika kau yang mendonorkan mata itu untuk Shezan, siapa yang merawat dia. Memasakkan dia, memandikan dia, menyiapkan bajunya. Kasih sayang dalam hal ucapan tidak cukup membuktikan kesungguhan cinta. Cinta itu butuh tindakan Syifa"

Lagi lagi Syifa menangis. Ia mengelus bayi cantik yang sedang tertidur pulas. Wajah polosnya yang bersih tanpa dosa membuat Syifa terpukul atas kecelakaan yang dialaminya.

"Sebaiknya kita berdoa agar bisa mendapatkan donor untuk anak kita. Lagi pula dokter kan sudah bilang operasi tidak bisa dilakukan sekarang" tambah Gio lagi untuk meyakinkan sang istri.

***

Oeekk....oeekk...oeekk

Suara tangisan bayi itu terdengar nyaring meramaikan suasana malam rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan vaksin dan akan segera pulang. Keadaannya sudah mulai membaik.

Syifa mulai mengikhlaskan semua kehendak tuhan yang ditujukan pada dirinya. Ia harus bisa menjadi best moom untuk merawat putri kesayangannya.

"Ush ush ush sayang" Syifa mencoba menenangkan Shezan.

Sementara Gio sibuk mengemasi barang-barang untuk persiapan pulang. PH(produksi House) yang ia miliki sementara ia pasrahkan pada Anji, mengingat tahun ini ia memproduseri 5 judul film dalam satu tahun.

Di dalam mobil Syifa diam tak bergerak. Ingatan tentang kecelakaan dirinya beberapa waktu lalu masih menyimpan trauma baginya. Dalam hati ia tak pernah berhenti memanjatkan doa. Raut wajahnya terlihat sangat panik, tapi untung saja tertutup oleh cadarnya.

Sampai tanpa ia sadari mobil yang dikemudikan okeh Gio sudah tiba dirumah.

"Sayang udab sampai" kata Gio membangunkan lamunan Syifa.

"Eh udah sampai ya" jawab Syifa, kemudian ia turun setelah Gio membukakan pintu mobil. Sementara Shezan tertidur pulas di gendongan Syifa.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh"

Gio dan Syifa memasukki rumah yang beberapa hari kosong tak berpenghuni.

"Selamat datang di rumah baby Shezan kesayangan ayah dan Bunda kecintaan Ayah" teriak Gio dari belakang membawa sebuket besar bunga berwarna pink.

Syifa nampak bahagia kemudian meraih Bunga dari Gio.

"Trimakasih Ayah" Syifa mencium pipi Gio.

"Sama-sama sayang. Yuk bawa Shezannya ke kamar" Ajak Gio.

Gio dan Syifa berjalan menuju kamar Shezan yang telah mereka siapkan sejak Syifa hamil 7 bulan.

Saat membuka pintu kamar lagi-lagi Syifa dibuat terkejut oleh Gio. Sebuah kamar bernuansa pink dengan hiasan bunga dan balon ditambah sebuah tulisan ucapan selamat datang Baby Shezan dan Bunda Syifa menambah keindahan kamar.

"Surprise kedua" kata Gio.

"Woaaahh Ayahnya Shezan romantis ya. Bunda jadi makin sayang nih" goda Syifa.

"Bangun dong Shezan ayah udah kasih kejutan nih" Gio mencoba membangunkan Shezan tapi bayi itu tetap tidur.

Syifa meletakkan Shezan ke ranjang bayi yang sudah ia siapkan setelah berfoto dengan bunda dan ayahnya.

"Jadilah suami yang bisa membahagiakan istri. Sebab ia adalah bidadari yang diciptakan Tuhan untuk kau muliakan"

CADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang