19. BerCadar untuk apa?

21K 1.4K 18
                                    

Vote dulu....
Yang belum follow.. Follow yaaa

Sudah satu minggu Syifa berada di panti asuhan milik sahabatnya. Hari-harinya di sibukkan dengan membantu merawat puluhan anak yatim. Syifa terlihat sangat telaten merawat bayi yang ada di panti. Mulai dari memandikan, menyuapi, mengganti popok, dan mengajaknya bermain.

Syifa juga membagikan beberapa majalah anak-anak yang berisikan dongeng karya Syifa. Setiap malam menjelang tidur Syifa selalu membacakan dogeng untuk mereka. Mengajar mengaji adalah aktivitas tambahan. Di tengah malam Syifa menyempatkan diri untuk bersimpuh di hadapan Allah.

Saat ini fikirannya sudah cukup tenang, tapi Syifa belum siap menemui Gio. Entah bagaimana cara dia mengawali kalimat untuk keputusan yang ia dapatkan selama menenangkan diri di panti asuhan.

Ada salah seorang remaja yang masih berumuran 15 tahun. Remaja putri itu di hamili oleh ayahnya sendiri, Syifa teriris melihatnya. Kasihan remaja itu, ia belum mengerti apa-apa tentang kehamilan. Dan sekarang ia tinggal di panti asuhan Khaira, karena ibunya telah meninggal dan Ayahnya sedang di proses hukum.

Jiwa kemanusiaan Syifa pun bangun, ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya remaja itu. Tentang wanita yang mengaku hamil di hadapan Gio waktu itu membuat syifa merasa iba. Bagaimana pun nasi telah menjadi bubur. Gio harus bertanggung jawab dengan wanita itu, Syifa juga wanita jika dia ada di posisi wanita itu dia juga pasti akan menuntut keadilan.

Syifa ingat dengan kajian yang pernah ia dengarkan. Jika seorang istri menerima poligami suaminya dengan tetap berlaku baik kepadanya dan kepada istri keduanya, maka baginya pahala orang-orang yang berlaku baik, seperti dalam firman Alloh:

( إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين ) يوسف / 90

"Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik". (QS. Yusuf: 90)

Awalnya memang berat untuk Syifa. sebagai seorang wanita, yang diciptakan sebagai mahluk pencemburu ada perasaan tak rela melepaska suami yang dicintainya menikah dengan wanita lain. Tapi bagaimanapun juga mengingat keadaan yang seperti ini Syifa harus kuat dan mencoba ikhlas.

Niat Syifa ia luruskan untuk mencari pahala, dan melapangkan dada untuk menerima takdir yang di terimanya.

"Bunda Ifa, ayokk main sama aku" ajak seorang anak kecil dengan kerudung biru muda, yang di ketahui namanya Fatimah membangunkan lamunan Syifa. Syifa segera bangkit dan mengikuti arah anak kecil itu membawanya pergi dengan tangan yang menggenggam jari Syifa.

Syifa bermain dengan beberapa anak kecil di taman panti. Suami Khaira adalah lulusan arsitektur, desin panti terlihat unik dengan bangunan yang tersusun rapi dan nyaman. Di taman panti ada beberapa ayunan, jungkat-jungkit, kursi putar, dan wahana mandi bola.

Syifa bercerita tentang seorang anak yang harus patuh, sopan dan taat pada orang yang lebih tua. Kemudian ada seorang anak kecil bertanya pada Syifa

"Bunda Syifa kenapa mukanya di tutup gitu. Bunda Khaira juga pakai kerudung seperti Bunda Syifa tapi tidak menutup wajahnya. Waktu aku lihat bunda tidur dan tidak memakai penutup wajah bunda cantik kok, kenapa harus di tutup seperti itu bunda kan cantik nggak cacat juga?" Tanya seorang anak yang terlihat sangat ingin tahu.

Syifa bernafas sejenak kemudian menjawab pertanyaan bocah kecil itu.

"Sayang yang Bunda pakai ini namanya Cadar kalau bahasa arabnya namanya Niqab. Bunda tidak sedang menutupi kecantikan Bunda maupun kejelekan Bunda. Justru Bunda senang menampilkan kecantikan baru untuk mempercantik fisik Bunda yang nggak seberapa, ini adalah pakaian yang sangat di sukai sama Allah. Pakaian seperti bunda Khaira juga bagus dan di sukai Allah. Yang terpenting adalah untuk seorang wanita yang sudah dewasa wajib menutupi aurat kita seperti rambut, kaki, dan badan. Kalau Cadar yang Bunda Syifa pakai ini hukumnya Sunnah kalau di pakai mendapat pahala kalau tidak memakai juga tidak apa-apa " jelas Syifa lembut membuat anak-anak di panti nyaman dengannya.

"Oooooohhhhhh" jawab anak-anak serempak.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh" suara seseorang yang membuyarkan konsentrasi anak-anak.

"Waalaikumsalam warahmatullahiwabarokatuh" jawab Syifa dari nada tinggi menjadi rendah setelah tahu siapa yang datang.

Dia Gio, suaminya yang sangat ia cintai. Gio menarik tangan Syifa ke tempat yang sepi kemudian memeluknya dengan erat.

"Jika kaki saja aurat dan harus di tutup dengan kaos kaki, bagaimana dengan wajah yang selalu menjadi pusah perhatian yang lebih tinggi mengundang syahwat"

CADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang