Bukan drama korea namanya kalau tidak membuat seorang gadis 'baperan'. Bukan drama korea namanya kalau tidak membuat seorang gadis mampu membuat matanya terbuka lebar melihat layar monitor laptopnya. Mulai dari matahari condong ke sebelah barat. Lalu berganti dengan sinar rembulan yang tidak menyengat. Sampai matahari muncul kembali di arah timur. Satu lagi, bukan drama korea namanya kalau tidak membuat seorang gadis mengeluarkan cucuran air mata."Ya ampun, Weni. Kamarmu seperti kapal pecah!" tiba-tiba Zahra muncul di depan pintu kamar sambil menggeleng-geleng kepala. Ada tisu bekas air mata yang bertebaran di lantai. Aku yang masih berselimut di tempat tidur dengan masih menonton film korea di monitor laptop.
"Ah! Enggak apa-apa sekali- sekali, lagian hari ini kan libur. Nyantai bentarlah. Eh, Ra aku dapat film bagus nih dari teman. Kamu mau ikut nonton enggak?" ajakku pada Zahra.
"Ih! Kalau lihat kamu seperti ini aku pikir-pikir dulu deh. Lihat tuh, mata kamu bengkak. Kulitmu kusam dan ada garis-garis gituh. Cepat sana cuci muka, entar cepat tua loh," kata Zahra sambil menunjuk ke arahku.
"Hah! Apa benar. Ahhh aku enggak mau!" tanpa pikir panjang aku langsung melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Zahra hanya tertawa terpingkal-pingkal saat melihat mukaku yang sangat cemas.
Ah! Apa iya ada kisah cinta seperti drama korea di dunia nyata? Seorang laki-laki yang sangat mencintai seorang perempuan. Bahkan ia rela berkorban nyawa demi seorang perempuan yang dicintainya itu. Menyatakan cinta di atas sebuah perahu yang berada di tengah danau. Disaksikan sinar rembulan purnama yang begitu indah. Berhiaskan taburan kerlap-kerlipnya bintang-gemintang. Sehingga terlihat jelas arak-arakan awan-gemawan. Ditolak berkali-kali oleh sang perempuan. Namun, sang laki-laki tak pernah menyerah mendapatkan hatinya. Kemarin korban novel. Apa sekarang korban drama korea? Hmm!
Dharmasraya, 14 April 2018