Part 3

7K 351 3
                                    

Erika kembali ke dapur dengan wajah yang sangat kesal.

Dasar bos sialan, seenaknya aja dia main perintah. Pakai ngancam-ngancam segala.

Loe kenapa si Rik? Datang-datang ngomel-ngomel, ini masih pagi, buruan bantuin gue potong sayur, cuci sayur, bersihkan semua ikan, ayam dan lain-lain?

Iya chef.

Erika pun mulai bekerja sesuai intruksi chef Raynold. Saat jam istirahat makan siang Erika makan siang di dapur restoran bersama rekan-rekan kerjanya di dapur. Erika buru-buru makan. Rekan kerja Erika pun bertanya pada Erika.

Loe kenapa makan buru-buru gini sih Rik? Kayak di kejar setan aja loe.

Ini bukan lagi di kejar setan tapi iblis, dedemit, gondoruwo, wewe gombel dan mahluk halus lainnya.
Ucap Erika makan sambil bicara.

Loe jorok banget sih Rik, makanan loe keluar lagi dari mulut loe.

Sorry, loe semua sih ngajakin gue ngobrol. Gue duluan ya, gue harus bawa makanan ke ruang kerja kakek moyangnya mahluk halus? Kalau nggak gue akan di pecat dan masuk penjara.

Kakek moyangnya mahluk halus, siapa?

Siapa lagi kalau bukan presdir Steven, Steven apa lagi nama big bos kita?

Steven Sastradinata...
Ucap semua pegawai yang lain bersamaan.

Erik, kok bisa presdir nyuruh loe bawa makanan ke ruang kerjanya?

Iya, memangnya kesalahan apa yang loe buat sama presdir sehingga presdir akan memenjarakan loe?

Ucap rekan kerja Erika.

Tangan kanan presdir patah gara-gara gue.

What?
Jadi orang yang loe tabrak kemarin itu presdir?

Iya chef.

Tangan kanan presdir patah gara-gara loe?

Iya.
Makanya mulai hari ini gue harus jadi asistennya presdir gratis, sampai tangan kanan presdir benar-benar sembuh total. Kalau nggak presdir mau masukin gue ke dalam penjara.

Dasar cewek jadi-jadian loe...
Dasar cewek pembuat onar loe...

Ucap rekan kerja Erika. Erika sangat kesal mendengarnya. Erika pun segera membawa bekal makan siang dan langsung menuju ruang kerja Steven.

Tok...tok...tok...

Masuk...

Ini pak makan siangnya?

Kenapa lama banget sih?

Saya makan siang dulu kali pak, saya juga laper. Tadi aja saya buru-buru makannya.

Ya udah mulai besok kamu makan siang bersama saya saja di ruangan ini, jadi saya nggak kelaperan lagi dan kamu nggak buru-buru lagi makannya.

Iya pak.

Sekarang suapin saya makan...

What?
Suapin?
Kayak anak kecil aja...

Kamu nggak lihat tangan saya patah gini. Tangan saya kan patah gara-gara kamu. Apa kamu lupa?

Iya iya...

Erika menarik sebuah kursi menghadap Steven. Erika pun mulai menyuapi Steven sesuap demi sesuap. Setiap Steven membuka mulutnya, Erika pun membuka mulutnya sendiri. Steven pun tiba-tiba tertawa melihatnya.

Bapak jorok banget sih, keluar semua nasinya ke muka saya...

Habisnya kamu lucu, setiap saya buka mulut, kamu juga buka mulut. Kamu seperti ikan mas koki...

Aish, buruan makan saya masih banyak kerjaan di dapur.

Kenapa galakkan kamu sih dari pada saya? Saya ini presdir kamu, EGP...!!!

EGP?

Iya, Erika Gabriella Putri.

Oh...

Kamu jangan galak-galak lagi sama saya, mau kamu saya pecat?

EGP...
Emang Gue Pikirin...


EGP (1-12 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang