PART 9

3.6K 130 1
                                    

SETETES EMBUN CINTA NIYALA
Karya : Habiburahman El-Shirazi

Niyala diam seribu bahasa. Kepalanya menunduk. Ia berharap Faiq akan bicara menggantikan dirinya dan membereskan semuanya. Suasana menjadi hening beberapa saat lamanya. Faiq tak juga angkat bicara. Perasaan Niyala tak karuan kacaunya.

“Ayolah Anakku Niyala. Bicaralah. Kau bebas menentukan pilihanmu. Seandainya pun kau memilih Sidempuan Umi ikhlas kok. Umi tetap menganggapmu sebagai anak Umi. Umi tidak akan berubah. Kau jangan bimbang menentukan pilihan yang kau anggap paling membuat dirimu bahagia. Di Sidempuan sana kau akan berkumpul dengan keluarga besarmu yang sangat mencintaimu.” Ujar Umi memecah keheningan sambil mengusap kepala Niyala.

Mata Niyala berkaca-kaca. Keringat dinginnya keluar. Kaki kanannya dengan halus menyepak kaki kiri Faiq. Ia ingin Faiq angkat bicara. Namun Faiq tetap diam tak bergeming dan tak bersuara. Rasanya Niyala ingin menangis. Ia sudah tidak tahan. Bibirnya benar-benar kelu dan tak mungkin bisa bicara dengan baik. Ia menurunkan tangan kanannya dan mencubit paha Faiq dengan sekeras-kerasnya. Tak ayal Faiq tersentak namun ia berusaha menahan rasa sakitnya. Faiq berdehem. Niyala melepaskan cubitannya.

”Boleh ananda bicara Pak Rusli dan Umi?”

”O silahkan Nak Faiq. Silahkan. Kita memang sedang bermusyawarah.” Sahut Pak Rusli, sedangkan Umi diam saja.

”Begini, ananda bicara atas nama kemaslahatan dua keluarga.
Masalah ini sesungguhnya pernah diutarakan Niyala pada ananda. Baik selama ananda ada di rumah, maupun selama ananda di luar negeri. Kami tak pernah berhenti berkomunikasi. Sebenarnya Niyala ingin sekali untuk pulang ke kampung halamannya. Niyala sangat mencintai keluarga besarnya dan tanah kelahirannya. Namun perlu Pak Rusli, Mas Herman dan Umi ketahui bahwa Niyala telah mencintai seseorang. Dan ia berkali-kali berterus terang pada saya, baik secara langsung maupun melalui surat, bahwa Niyala sangat susah hidup jika tidak bersamanya. Dan orang yang ia cintai mungkin juga akan sangat sengsara dan bahkan bisa mati jika tidak memperistri Niyala. Cinta keduanya telah terjalin tak kurang dari sebelas tahun.
Tepatnya sejak Niyala masuk SMP. Apakah mungkin kiranya cinta yang telah terjalin selama sebelas tahun lamanya ini akan diputus begitu saja? Siapakah orang yang tega memutuskannya? Dan saya tahu persis bahwa Niyala sangat menjaga kesucian dirinya dan kesucian cintanya. Ia tidak melakukan maksiat dengan cintanya. Menurut ananda, tindakan yang paling bijak diambil oleh Pak Rusli dan Umi adalah merestui dan menyegerakan pernikahan adik Niyala dengan orang yang sangat dicintainya itu. Dan saya berani menjamin bahwa orang yang dicintainya dan mencintai Niyala akan berusaha sekuat tenaganya untuk membahagiakan Niyala. Sebab saya tahu cinta mereka berdua sangat tulus. Ini menurut pendapat ananda.”
Muka pak Rusli pucat. Umi menangkap perubahan itu. Umi kuatir Pak Rusli kecewa dengan dirinya. Karena dirinya tidak bisa mengasuh Niyala. Bagaimana mungkin ia membiarkan anak SMP menjalin cinta. Umi sendiri kaget dengan penjelasan Faiq. Ia belum yakin dengan apa yang diutarakan anaknya itu. Dengan nada yang halus, ia bertanya pada Niyala,

”Anakku Niyala, benarkah apa yang dikatakan oleh kakakmu Faiq?”
Niyala mengangguk. Mata Umi berkaca-kaca. Dengan terisak ia berkata,
”Sebenarnya Umi sangat kecewa mengetahui kenyataan ini. Kenapa masalah sepenting ini kau sembunyikan dari Umi? Apakah kau tidak percaya pada Umi? Selama ini Umi tidak pernah menyembunyikan sesuatu darimu Anakku. Umi sangat mempercayaimu. Apakah masih kurang bijaksana Umi mengasuhmu, Anakku? Sekarang coba katakanlah pada Umi siapa lelaki yang kau cintai sejak SMP sampai saat ini itu? Siapakah dia Anakku?”

Niyala bingung. Ia tidak tahu harus mengatakan apa-apa. Permasalahannya menjadi begitu rumit. Ia benar-benar tidak punya jawaban. Mukanya pucat. Tubuhnya gemetar. Keringat dingin mengalir. Kaki kanannya menyodok kaki kiri Faiq. Sesaat lamanya Umi menunggu jawaban dari mulut Niyala tapi tidak juga keluar.

”Anakku jawablah! Siapa dia? Masalah ini tidak akan tuntas jika Umi dan Ayahmu tidak tahu siapa orang yang kau cintai itu. Jika lelaki itu memang pilihanmu, maka Umi akan merestuinya. Katakanlah siapa dia?”

Niyala tidak menjawab, ia kembali mencubit paha Faiq. Ia minta kakak angkatnya itu harus bicara. Sebab ini semua yang membuat skenarionya dia. Jadi dia yang harus menuntaskannya.

”Begini Umi. Niyala sangat pemalu untuk masalah seperti ini. Kalau boleh, biar ananda saja yang menjelaskan siapa orang yang di cintai Niyala. Namun sebelumnya ananda minta Umi tidak marah bila mendengar namanya. Apakah Umi bersedia berjanji tidak akan marah? Sebab ananda takut Umi akan marah.” kata Faiq.

”Baiklah, Umi berjanji tidak akan marah.”

”Nama lengkap lelaki yang dicintai Niyala sejak SMP sampai sekarang adalah Muhammad Faiq bin Saiful Anam.”

”Apa!? Jadi yang dicintai dan mencintai Niyala itu kau sendiri Faiq?”

Semua mata tertuju pada Faiq, termasuk mata Niyala. Semuanya terkejut dengan pengakuan Faiq itu. Niyala sendiri tidak habis pikir, kakaknya sampai nekad bersandiwara seperti itu. Ia sama sekali tidak mengira kakak angkatnya akan segila itu membelanya.

’Benar Umi. Kami saling mencintai. Aku sangat mencintai dan menyayangi Niyala demikian pula sebaliknya.”

”Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku tahu kau mencintai Niyala, tapi itu cinta seorang kakak pada adiknya. Itu bukan cinta sepasang kekasih.”

”Tidak Umi. Ananda mencintai adik Niyala seperti seorang kakak pada adiknya juga sekaligus seperti Yusuf mencintai Zulaikha, atau Romeo mencintai Juliet. Ini ananda berkata dengan sejujurnya dan sebenar-benarnya. Kalau Umi tidak percaya, silahkan Umi bertanya sendiri pada Dik Niyala.”

”Benarkah yang dikatakan kakakmu Niyala?”

Untuk kali ini Niyala membuka suara,
”Benar Umi. Apakah Umi lupa, sebenarnya kami bukan kakak dan adik. Dan kami bukan mahram. Kami saling mencintai, namun kami tidak pernah melakukan hal-hal yang dapat menodai kesucian diri, hati dan jiwa. Kami telah menitipkan rasa cinta kami kepada Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan biarlah malam ini menjadi malam yang menentukan, apakah cinta suci kami akan berlanjut ataukah akan terputus ditengah jalan.”

”Bagaimana ini Umi? Saya tidak mengerti apa yang terjadi.” Tukas Pak Rusli bingung berbaur cemas.

”Saya juga seperti dalam mimpi Pak. Bagaimana mungkin saya yang sering tidur satu kasur dengan Niyala sampai tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.” Jawab Umi.

Niyala sendiri tidak akan tahu seperti apa akhir dari skenario yang dirancang kakaknya itu. Yang jelas ia sedikit merasa lega, kakaknya itu benar-benar membelanya. Untuk sementara ia merasa selamat dari kenistaan hidup yang akhir-akhir ini menghantuinya.

Tbc

SETETES EMBUN CINTA NIYALA ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang